cari kata

Sabtu, 20 Januari 2018

Belajar Menggunakan Media Sosial

Saya tidak memilki akun FB atau Instagram, akun twitter juga tidak aktif.

Namun tetap ada akun medsos whatsapp sebagai sarana media sosial.

Di umur saya sekarang yang tidak lagi muda di tahun ini sudah hampir 45 tahun.

Media sosial hanyalah sebagai sarana untuk menjalani kehidupan sosial, karena manusia fitrahnya sebagai makhluk sosial.

 Saya pun ingin tetap menjadi makhluk sosial, sehingga dorongan untuk menggunakan media sosial ini, ada.

Saya juga bersyukur ada media blog seperti ini, jadi media ini khususnya bagi saya adalah ajang introspeksi diri, melalui membaca lagi tulisan-tulisan yang saya tuangkan.

Dalam menulis saya tidak mengejar ingin terkenal, ya sama sekali jauh dari itu. Untuk apa motivasi itu, tiada berguna tersebut.

Menulis bagi saya ini ibarat hanya mengasah pisau saja supaya tidak tumpul.

Kalau menulis tidak diasah bisa tumpul.

Kalau tidak tahu apa yang mau ditulis.... wah lebih susah lagi.... karena hal ini sama dengan sudah merasa kebas (numb) sehingga tidak tahu mau nulis apa.

Pengalaman belajar saya menggunakan media sosial ini saya lebih banyak mengamati bahwa tahun 2017 dan awal tahun 2018 ini di media sosial banyak bertebaran hoax alias berita palsu atau info yang hoax atau tidak benar.

Mengapa timbul berita Hoax?

Berita hoax selalu ada tujuannya.

Artinya si pembuat berita hoax ini pastilah memiliki tujuan tertentu.

Selama mengikuti aneka grup WhatsApp saya menandai cukup banyak berita hoax yang diunggah oleh anggota grup dengan hanya mengcopy paste atau meneruskan informasi yang ternyata hoax atau tidak benar itu dari grup whatsapp ke grup whatsapp yang diikutinya.

Dorongan hoax terkadang ada motivasi dengan kalimat 'indahnya berbagi'.

Namun ternyata belakangan diketahui bahwa info tersebut hoax.

Di sisi lain, tidak banyak orang yang menulis di blog. karema dengan nge-blog ini kan lebih terbuka, lebih terekspos, sehingga lebih sedikit orang yang menulis di blog.

Mungkin bagi para blogger yang lebih dahulu mulai nge blog, pun pasti melihat lagi tulisan mereka terdahulu, sudah nulis tentang apa saja topik yang kemudian dilihat kembali di dashboard dibaca berapa kali oleh pengunjung.

Di media blog ini apabila tema blognya membawa nama kita pribadi, tercantum nama kita pribadi, bukan nama fiktif atau anonim, maka saat mengunggah informasi pasti para blogger lebih berhati-hati, karena informasi di blog apabila ternyata hoax maka nama pribadi si pembuat blog akan kena getahnya.

Maka contohnya dalam blog saya ini nama blognya adalah nama saya pribadi, maka secara sadar saya tak akan meneruskan pesan yang ternyata hoax, mengapa ?

Karena apa jadinya bila ternyata informasi yang diunggah adalah hoax, nama penulis blog pun akan rusak.

Maka dari itu saya amati dari kawan-kawan saya, tidak banyak yang menulis di blog. Rata-rata hanya sebagai pengunggah foto di medsos atau mengetik info-info singkat yang umur informasi itu juga singkat paling lama sehari.

Di blog ini sejak tahun 2011 awal saya menuangkan tulisan di blog, saya ingin agar tulisan saya kelak bisa saya baca lagi untuk introspeksi diri, sebagai bentuk pengembangan pribadi.

Kadang tertawa sendiri, karena menyadari betapa naif atau polosnya tulisan saya dahulu.

Namun itu semua adalah perjalanan pikiran, yang mengalir menyusuri sungai kehudupan, sungai pemikiran, perenungan dan kontemplasi diri, bertemu dengan lintasan-lintasan pemikiran yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan verbal ke  dalam media. Saya juga tidak pernah menghapus tulisan-tulisan saya terdahulu.

Menariknya dalam nge blog ini saya bisa melihat lagi lintasan-lintasan perenungan dan pemikiran diri sendiri tanpa ada rasa takut salah.

Jika salah pun, maka para pembaca lain yang lebih berilmu biasanya ada yang berkomentar untuk merevisi, atau mengkritik isi tulisan-tulisan saya.

Inilah indahnya berbagi atau menulis meski itu tulisan untuk diri kita sendiri, untuk kita baca sendiri kelak, karena bila kita tuangkan di blog maka selalu ada nantinya orang yang mengikuti alur pemikiran kita. Dan bila jalan pikiran kita keliru atau ada yang menghakimnya sebagai kekeliruan atau kesalahan, maka pasti ada yang berkomentar di kolom komentar bawah.

Biasanya orang akan cenderung menghindari tulisannya dikritik, atau tulisannya dikomentari secara tajam. 
Maka itu jumlah blogger juga tidak banyak hingga saat ini. 

Kok tahu?

Lha coba saja perhatikan, sekeliling anda, siapakah yang punya blog dan rajin menulis ? 

Selamat menulis apa saja, jangan takut dan khawatir berlebihan dalam mengeluarkan pendapat anda, asalkan tidak menyinggung SARA dan memfitnah, maka buat apa kita khawatir dalam mempublikasikan sebuah tulisan ?

Rabu, 10 Januari 2018

Awal Tahun 2018 ke pantai Tanjung Lesung

Sebelum berwisata ke Pantai Tanjung Lesung di Propinsi Banten, saya hanya mengetahui Tanjung Lesung dari berbagai situs internet yang penulis-penulisnya mengulas Pantai Tanjung Lesung.

Karena tertarik oleh ulasan-ulasan yang ada di berbagai medsos dan web site, maka saya dan keluarga (4 orang) berangkat menuju ke Tanjung Lesung.


Maka pada 31 Desember 2017 kami berangkat dari Bogor langsung via Tol keluar di exit gerbang tol Serang Timur terus menuju kota Pandeglang dari Pandeglang  kemudian kami menuju ke arah Labuan lalu arah Tanjung Lesung dengan panduan GPS di smartphone.

Rute perjalanan kami: Bogor - Serang - Pandeglang - Labuan - Panimbang - Tanjung Lesung.



Tiket Masuknya adalah karena malam tahun baru 2018 maka kami membayar @ Rp. 50.000,-.

Acara malam tahun baru 2018 di Tanjung Lesung cukup meriah karena ada panggung musik dan hiburan.




Untuk menikmati Pantai dan lautnya, pengunjung bisa berjalan di dermaga yang menjorok ke laut, atau menikmati naik Banana boat, snorkeling, atau Jet ski.

 Alamat wisata tanjung lesung : Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang Banten. (*)






 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons