cari kata

Minggu, 21 Desember 2014

Pelatihan Jurnalistik bagi Siswa-siswi SMA dan SMK se-DKI

Para peserta pelatihan Jurnalistik untuk Siswa SMU dan SMK pada Pelatihan Jurnalistik di Gedung PMI, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Minggu (21/12)


Sejumlah 24 orang siswa-siswi SMA dan SMK se-DKI Jakarta mengikuti pelatihan Jurnalistik yang digelar di Gedung PMI, Jl Kramat Raya No. 47 Jakarta Pusat. Pelatihan ini dilaksanakan selama sehari penuh pada hari Minggu tanggal 21 Desember 2014.

Para peserta pelatihan Jurnalistik untuk Siswa SMU dan SMK pada Pelatihan Jurnalistik di Gedung PMI, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Minggu (21/12)


Para Instruktur Ki-Ka Mung Pujanarko dari PPWI , Agus Firmansyah, Dosen Broadcasting sekaligus mantan penyiar Radio Oz Bandung dan Dipta W dari website radio streaming  www.dradioqu.com

Dalam pelatihan ini hadir sebagai pembicara adalah instruktur jurnalistik dari PPWI (Persatuan Pewarta Warga Indonesia) yakni Mung Pujanarko dan juga instruktur dari radio dradioqu yakni Dipta W, hadir pula sebagai pembicara Agus Firmansyah, seorang Dosen Broadcasting dan mantan penyiar Radio Oz Bandung

Para peserta terlihat sangat antusias mengikuti pelatihan ini, menurut salah seorang siswa yakni Mahdi (15) dari SMK Negeri 3 Jakarta menyatakan bahwa dirinya ikut pelatihan ini karena ingin menambah ilmu jurnalistik, sebab ilmu 5W dan 1H ternyata sudah diperoleh sejak di bangku SMP.

Sedangkan menurut salah seorang peserta yakni Aprilia (16) dari SMK Negeri 3 Jakarta, menyatakan ingin menambah pengetahuan,dan ingin mempelajai lebih dalam tentang jurnalistik.

“Saya ikut pelatihan ini karena ingin memperdalam bidang media massa dan jurnalistik,”  ujar Aprilia ketika ditemui di lokasi pelatihan di Gedung PMI, kawasan Kramat Raya, Jakarta Pusat, (21/12).

Instruktur jurnalistik dari PPWI yakni Mung Pujanarko dan Dipta W dari www.dradioqu.com sebuah portal radio streaming menyatakan bahwa semenjak SMU sebaiknya siswa sudah bisa menulis dengan menggunakan  disiplin bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Mung Pujanarko dari PPWI dan Dipta W dari www.dradioqu.com saat menjadi pembicara di Pelatihan Jurnalistik di Gedung PMI, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Minggu (21/12)
Lebih lanjut, Agus Firmansyah selaku instruktur juga memberi motivasi pada para siswa untuk jangan ragu menekuni dunia media massa dan penyiaran, "Reporter harus berani ngomong, jangan minder, dan berani menulis, yang penting motivasi kalian harus tinggi," ujar Agus.

Mung Pujanarko sebagai pembicara juga menyatakan bahwa dunia jurnalistik terbuka bagi siapa saja, bahkan bagi siswa SMU, asal mau mempelajari ilmu jurnalistik.  “Siswa SMU wajib bisa menulis berita dengan baik dengan bahasa Indonesia yang baku,” ujar Mung Pujanarko. Sementara Dipta menyatakan bahwa untuk menjadi jurnalis radio maka peserta juga wajib membuat sebuah berita untuk dibacakan dalam siaran. (*)

Kamis, 18 Desember 2014

Seminar : "How To Be A Good Citizen Journalist"


Mung Pujanarko (kiri) dan Wilson Lalengke (kanan) sebagai pembicara 



STIKOM Indonesia Maju menggelar acara seminar dengan tajuk "How To Be A Good Citizen Journalist"  pada hari Sabtu tangal 13 Desember 2014, pukul 17:00 WIB hingga pukul 21:00WIB di lantai II, Gedung Kampus STIKOM Indonesia Maju (IMA) Jl Harapan, Lenteng Agung, Jakarta. Seminar ini menghadirkan nara sumber Wilson Lalengke S.Pd, M.Sc, MA selaku ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI).

Seminar ini bertujuan agar mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi "Indonesia Maju" dapat memahami secara jelas tentang fenomena Citizen Journalist serta perkembangan Citizen Journalism di masa depan.

Dalam paparannya Wilson Lalengke menjelaskan bahwa Citizen Journalist atau Pewarta Warga akan semakin berkembang  di Indonesia di masa depan seiring dengan perkembangan dunia Teknologi Informasi.

”Dengan penggunaan media yang semakin mudah dan luas di masa depan, maka media di masa depan akan memudahkan para warga untuk berperan serta dalam mengunggah informasi apa saja yang penting untuk diketahui publik, maka fenomena pewarta warga akan menjadi hal yang menambah maraknya  ragam informasi yang bisa diakses oleh masyarakat  global,” papar Wilson Lalengke.

Ketua panitia seminar, Dian menyatakan bahwa seminar ini adalah  prakarsa mahasiswa secara swadaya.

”Dengan mengadakan seminar ini selain kami belajar membuat event, juga merupakan topik yang menarik tentang jurnalistik warga, apa dan bagaimana citizen journalist itu sebenarnya dan bagaimana prospeknya,” ujar Dian. (*)

Jumat, 28 November 2014

Taman Nasional Gunung Salak



Melakukan wisata atau rekreasi sebenarnya harus sering-sering kita lakukan. Alasan pertama karena kegiatan rekreasi sangat menyenangkan, dan yang kedua kita bisa melihat tempat pariwisata yang mungkin selama ini hanya kita baca atau saksikan fotonya saja.

Pada hari Minggu (23/11) lalu saya menyempatkan diri bersama keluarga berwisata ke Taman Nasional Gunung Salak Halimun,  dengan mengambil rute Jalan Kemang Raya (saya menempuh rute jalan tembus Kec Kemang-Ciampea, melalui Kecamatan Kemang Bogor) kemudian ke Jalan Raya Ciampea – Pasar Ciampea – Arah Gunung Bunder – Taman Nasional Gunung Halimun Salak atau populer juga dengan sebutan wisata Gunung Bunder-Bogor.

Kebetulan saya tinggal/berdomisili di kecamatan Kemang, kabupaten Bogor jadi dari arah rumah langsung ke ambil arah ke kanan menuju ke pasar Ciampea.

Saya pikir, selama 7 tahun lebih saya tinggal di kecamatan Kemang, baru kali ini saya jalan-jalan ke kawasan Gunung Bunder, padahal letaknya dari rumah tidak jauh, karena jarak antara kecamatan Kemang dan kecamatan Ciampea relatif dekat, dan waktu tempuhnya juga  2 jam kurang sudah sampai ke lokasi Taman Nasional Gunung Salak Halimun/ Gunung Bunder, dengan menghitung lama kemacetan di Pasar Ciampea.

Anak saya dan temannya di pemnadian air panas Taman Nasional Gunung Salak Halimun



Santai dulu sambil ngeteh di kawasan Taman Nasional Gunung Salak Halimun- Bogor


Di Kawasan Taman Nasional Gunung Salak Halimun ini ada beberapa air terjun, atau curug, yaitu Curug Ngumpet, Curug Pangeran, Curug Cihurang, Curug Seribu, dan Curug Cigamea, dan saya memilih langsung ke pusat sumber air panas bernama Cipanas di Kawasan Taman nasional ini.

Saya berkesempatan berendam air hangat belerang di kawasan TNGHS (Taman Nasional Gunung Halimun Salak) ini atau dikenal juga dengan nama Gunung Salak Endah. Terasa nyaman di badan dan menyehatkan jasmani dan segarkan pikiran kita.




Catatan di blog ini hanyalah sekelumit dokumentasi artikel saya saja, karena ternyata menulis artikel travelling atau wisata itu tidaklah mudah.

Mungkin kita semua pernah berwisata, hingga ke daerah-daerah yang eksotis, dan terpencil, namun sangat sedikit diantara wisatawan yang mau dan mampu menuliskan catatan artikel travelling nya.

Bagi para blogger yang sanggup menulis perjalanan wisatanya, dan sudah sering saya baca milik para blogger semua, saya sungguh mengacungi jempol, karena ada kalanya hambatan khas kita saat menulis perjalanan wisata adalah, : malasnya kita menuliskannya. Setelah pulang wisata ya enaknya makan, tidur atau jalan-jalan atau mempersiapkan diri untuk pekerjaan keesokan harinya, setelah liburan usai.

Setelah musim liburan usai sangat sedikit orang yang menyempatkan diri untuk menulis catatan perjalanannya, kendalanya umumnya adalah : malas dan segan.

Jadi alangkah sayangnya foto-foto yang telah kita buat jika kita tidak memiliki catatan tentang perjalanan wisata kita.  Sayang bagaimana ? Menurut saya sayang karena ingatan kita terbatas akan peristiwa yang pernah kita alami, dan jika itu adalah sebuah event wisata, maka kemampuan kita menceritakan wisata kita adalah terbentur dengan banyaknya kendala dalam penulisannya.
Misalnya bagaimana cara kita menceritakan wisata kita ? dengan sudut pandang orang pertama, atau laporan berita ?

Belum lagi jika kita merasa tidak jago bercerita, takutnya malah nanti jadi membosankan jika dibaca orang.
Inilah mengapa jika kebanyakan orang lebih nyaman menulis 140 karakter di arena micro blogging plus foto, atau cukup unggah di media chat, hanya dua tiga kalimat, sudah. Yang penting ada foto, terus kawan-kawan kita tahu pameran gallery kita waktu jalan-jalan, dapat komentar positif, maka energi positif bertambah, dengan kata lain di arena micro blogging banyak orang 'kehausan energi', mendambakan  respon 'energi' komentar dari yang sudah mereka kenal  saja.




Sebenarnya kita tidak perlu kecil hati merasa tulisan kita buruk, tulis saja apa adanya dengan bahasa yang kita bisa. Karena bagi pembaca yang penting adalah informasi dan rujukan perjalanan wisata anda bisa menjadi bahan bacaan bagi para pembaca secara luas dan lebih inklusif tidak terbatas pada sekadar sharing info pada para kawan, follower dan member saja. (*)

Minggu, 16 November 2014

Narkoba tiada habisnya...



Kesenangan yang berujung dari penyalahgunaan narkotika berbahaya tiada habisnya.  


Hari ini saya baru baca tentang seorang professor dan dosen di Makassar yang tertangkap menggunakan sabu-sabu (crystal meth) bersama mahasiswinya.

Saya bertanya-tanya dalam hati, apa alasan kedua dosen ini menggunakan sabu-sabu atau  crystal methampetamine itu ? 

Umur mereka sudah diatas 40an tahun mungkin lewat 50 tahunan.  Sudah jelas bukan untuk teler, bukan seperti anak muda yang gemar teler.

Ketika peristiwa ditangkapnya dosen dan mahasiswi ini saya diskusikan dengan rekan-rekan saya di kampus, rata-rata jawaban mereka yang awam adalah, "ah itukan untuk teler saja, siapapun kalau doyan teler ya teler ajalah” begitu tukas rekan-rekan yang awam.

Pembaca, pastinya penggunaan narkoba jenia  crystal methampetamine / sabu-sabu bagi para pemakainya ini bukanlah untuk teler, masih banyak narkoba jenis lain yang bikin teler, minum alkohol saja dua botol pasti juga teler.

Kira-kira untuk apa pengunaan narkoba jenis sabu (crystal meth) yang kini kian marak digunakan oleh para kaum pria terutama usia 50tahunan, bahkan seorang pelawak  yang sudah umur 60an tahun juga tertangkap menggunakan sabu-sabu/ crystal meth ?

Saya menduga bagi pria usia paruh baya atau 50 tahunan penyalah gunaan  methamphetamin ini adalah untuk pendongkrak stamina seksual.

Methampetamine, yang saya baca di literatur juga memiliki efek membuat sensitif reseptor syaraf untuk sentuhan. 

Maka stimulan amphetamine dan methampethamine ini membuat pemakainya hypersensitif terhadap rangsangan sentuhan tubuh. 

Maka yang terjadi selanjutnya adalah penyalah guna methamphetamine akan cenderung ingin merasakan sensasi surga dunia berupa hypersensitive sentuhan. 

Sentuhan yang paling ultimate apa? ya seks. 

Sifat narkoba selama ini rakyat awam hanya pahamnya bahwa narkoba untuk teler, untuk mabuk saja, titik. 

Padahal narkoba yang paling laris manis di pasaran adalah narkoba yang berjenis stimulan penguat stamina. Stimulan yang telah diderivatkan hingga tercapai bentuk struktur kimiawi berupa komposisi stimulan yang paling kuat,  inilah yang laku di pasar gelap narkoba.

Jenis stimulan ini macam-macam ada yang membuat orang kuat melek,kuat disko joijing, dan kuat seks.

Stimulan jika jaman perang digunakan untuk perang, methampetamine malah sudah digunakan sebagai pendongkrak stamina sejak jaman Perang Dunia II di Eropa. 

Namun kini stimulan bukan untuk perang, melainkan untuk  kesenangan, kesenangan ini memang tidak ada batasnya, dan setiap manusia pasti cari cara senang-senang.

Tragedi narkoba di Tahun 2015

Di bulan Maret-April tahun 2015 saya saksikan ada terpidana mati Freddy Budiman yang justru mengandalikan peredaran narkoba dari balik penjara. Kemudian ada pensiunan BUMN RI yang kedapatan menyelundupkan kokain 5,2 kilogram. Juga Bea Cukai RI menangkap 3 remaja belia asal Negara China Tiongkok yang menyelundupkan crystal meth. Juga ada 2 oknum wartawan 'abal-abal'  di Meranti yang ditangkap polisi arena memakai crystal meth. daftar ini pasti makin panjang karena, Indonesia menjadi pangsa pasar narkoba terbesar di Asean.
Peristiwa bulan Mei 2015 adalah paling mengenaskan, ketika seorang dosen di Bogor yang rumahnya di Cibubur digrebek warga bersama polisi dan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia). Dosen gemblung ini kecanduan narkoba dan menelantarkan kelima anaknya, gilanya, dosen dan istrinya ini mengaku rutin menggunakan narkoba. Akibatnya lima anaknya terlantar, nyaris dipelihara negara.

Dopamin & Endorfin Dipacu Maksimal

 Semakin absolut kegiatan  senang-senang ini maka semakin membuat orang ketagihan untuk melakukannya. Kesenangan paling mutlak adalah penyatuan segala jenis/macam  kenikmatan  yang ditingkatkan derajatnya.

Jika ada seorang yang sudah merasa senang dan nikmat hanya dengan nasi pecel dan teh manis.

Tapi ada banyak orang yang derajat kesenangannya adalah menggabungkan unsur-unsur kesenangan absolut seperti seks berdoping stimulan, dan bernuansa surga duniawi.

Sebagai gambaran, jika dalam hubungan seks normal, otak mengeluarkan dopamin dalam kadar yang cukup memberikan sensasi kesenangan dan pleasureness yang dapat dirasakan, maka narkotika jenis methamphetamin dapat mengeluarkan dopamin dengan ukuran  lima kali lipatnya. Bayangkan derajat atau level of pleasureness yang diberikan oleh crystal meth ini.

Dopamin, endorfin, adrenalin adalah zat-zat kimiawi yang dikeluarkan oleh otak yang memberikan efek kesenangan, bagi manusia. Dengan penyalahgunaan amphetamin, crystal methamphetamin, maka jumlah level dopamin dan endorfin yang mampu dikeluarkan oleh otak menjadi 5 kali lipatnya.

Ini menurut saya seperti menginjak poll pedal gas kesenangan.Narkoba menjadi bahan bakar pemicu keluarnya dopamin, endorfin yang levelnya lima kali lipat kadarnya. Kesenangan kenikmatan duniawi bagai diuji hingga tingkat paling ekstrem, yakni dengan menggabungkan sekaligus kesenangan seksual, yang berdoping stimulan hingga dopamin & endorfin dalam otak manusia  dapat memicu manusia merasakan kesenangan yang semaksimal mungkin yang dapat dicapai.

Akhirnya memang manusia itu ada (banyak) yang ingin mencapai derajat kesenangan mutlak yang semaksimal mungkin yang bisa dicapai di dunia ini, paling cepat ya pakai narkoba, apalagi bagi sebagian orang yang telah merasakan luar biasanya kesenangan yang cepat dicapai hanya dengan menstimulasi otak dengan zat napza.

Bagi orang normal, seks yang halal dan sehat mungkin sudah cukup menyenangkan, namun bagi sebagian orang lain, kenikmatan 'sedang-sedang' itu tidak cukup, dopaminnya dirasa masih kurang,  maka akan dicoba ditingkatkan lagi dengan penyertaan stimulan narkoba agar tercapai derajat yang lebih senang, lebih senang, dan lebih senang lagi.

Bagi seseorang, kalau berjoget di diskotik saja kalau sudah keringatan sudah cukup menyenangkan, namun bagi sebagian orang joget sampai keringatan itu tidaklah cukup, agar lebih senang lagi, joget harus pakai stimulan entah itu ecstasy, happy five, dll bila perlu dicampur alkohol dan ganja tujuannya agar tidak hanya keringatan saja, namun tahan berjoget tiga hari tiga malam dengan kondisi kesenangan yang ditingkatkan. Jadi banyak orang berburu kenikmatan paling pol-lah yang hendak dicapai.

Maka sejak kesenangan absolut menjadi tujuannya, maka narkoba adalah bahaya laten
Maka sejak kenikmatan absolut menjadi tujuannya, maka narkoba adalah bahaya laten
Maka sejak kelezatan absolut menjadi tujuannya, maka narkoba adalah bahaya laten . (*)

Kamis, 13 November 2014

Workshop Jurnalistik di FIS EXPO 2014 Universitas Negeri Jakarta



Mung Pujanarko sebagai pembicara (kanan) bersama Nurhayati (kiri) sebagai moderator dalam acara Workshop Jurnalistik (13/11)






Mung Pujanarko (tengah) berfoto sejenak bersama para panitia Workshop Jurnalistik pada FIS EXPO 2014, Kamis (13/11)

Sebagai calon guru, para mahasiswa kependidikan harus mampu membuat karya tulis, baik itu ilmiah ataupun karya tulis berupa berita ataupun feature.
Kemampuan menulis para calon guru ini penting karena nantinya dapat menggugah semangat menulis anak didiknya.

Untuk itu maka  sedikitnya 30 orang mahasiswa FIS (Fakultas Ilmu Sosial) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mengadakan workshop jurnalistik

Workshop jurnalistik ini digelar dalam  rangka acara FIS EXPO 2014, yang berlangsung di Gedung Serba Guna FIS UNJ, Kampus A, Rawamangun, Jakarta, pada hari  Kamis (13/11).

Hadir sebagai pembicara adalah Mung Pujanarko. S.Sos, M.I.Kom sebagai instruktur jurnalistik dari organisasi PPWI (Persatuan Pewarta Warga Indonesia).

Menurut para  peserta, workshop jurnalistik ini dirasa sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan di bidang jurnalistik. “Saya mengikuti workshop ini untuk mengetahui cara menjadi seorang jurnalis,” ujar Afda (18) seorang mahasiswi pendidikan IPS ketika ditemui di kampus UNJ, Kamis (13/11).
Sementara itu peserta yang lain yakni Rina (18), juga membenarkan, bahwa dirinya ingin pula mengetahui tentang ilmu jurnalistik.
Hal senada juga diungkapkan oleh Romi (20) seorang mahasiswa jurusan Geografi yang datang ke Ruang Serba Guna FIS UNJ dan bergabung menjadi peserta dalam workshop jurnalistik tersebut.


Mung Pujanarko, menerima plakat penghargaan dari panita FIS EXPO 2014, Universitas Negeri Jakarta (UNJ),                    di Kampus A, Rawamangun Jakarta, Kamis 13/11



Narasumber dalam workshop ini yakni Mung Pujanarko, S.Sos, M.I.Kom menyatakan bahwa sebenarnya semua orang bisa menjadi jurnalis, asal mau mempelajari ilmunya, dan tidak malas untuk menulis.

Karena dengan panduan teoritis dan praktik, maka kita sudah mampu membuat berita dan feature. “Sebenarnya tidak sulit menjadi jurnalis, hanya tinggal niat dan kemauan untuk menulis,” pungkas Mung Pujanarko. (*)




Nurhayati , Aktivis Education Watch BEM UNJ :
“Pemerintah harus Mempertimbangkan ulang Plattform Kurikulum 2013”
 

Nurhayati (21), Aktivis  Education Watch BEM UNJ
Pemerintah harus memikirkan kembali  efektifitas penerapan kurikulum 2013,  sebaiknya jangan terlalu tergesa-gesa, tapi harus terlebih dahulu memperbaiki  kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan).

Hal tersebut diungkapkan oleh aktivis Education Watch BEM UNJ Nurhayati (20) di kampus Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta, pada hari Kamis 13/11.

Lebih lanjut Nurhayati dan rekan-rekan sesama aktivis Education Watch- BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Universitas Nasional Jakarta juga  rutin mengadakan kajian dalam sebuah tim. Tim ini rutin mengkaji plattform pendidikan Indonesia, serta mengadakan simposium.

Sebagai calon tenaga pendidik,  Nurhayati berharap agar pemerintah juga bisa hadir dalam simposium  yang akan diadakan oleh Education Watch dan departemen Pendidikan BEM UNJ.

 “Education Watch dan departemen pendidikan BEM UNJ ingin memaparkan pada pemerintah, tentang bagaimana pendidikan Indonesia secara ideal,” ungkap Nurhayati yang juga bertindak sebagai moderator dalam acara Workshop Jurnalistik dalam FIS EXPO 2014 ini menjelaskan aktivitasnya di lembaga Education Watch BEM UNJ.

Menurut dara manis yang juga calon guru mata pelajaran Sejarah ini, ide pembentukan Education Watch BEM UNJ adalah untuk memantau dan mengkaji perkembangan dunia pendidikan, menganalisis kebijakan pemerintah dalam dunia pendidikan.

“Contohnya pada kurikulum 2013atau Kurtilas ini menurut saya merupakan barang mewah, terlalu sempurna, banyak guru yang belum mengerti, karena disusun secara cepat, agak tergesa-gesa menurut saya, lebih baik kalau pemerintah menyempurnakan dulu KTSP, ” pungkas Nurhayati dengan nada serius. (*)



Rabu, 12 November 2014

Kepanitiaan PPWI dalam Lomba Foto Pilpres 2014





Hari Jumat (09/1)1 saya bergegas berangkat dari rumah di Bogor menuju Mall Kota Kasablanka-Jakarta, untuk menghadiri pameran lomba foto Pilpres 2014 yang diadakan oleh PPWI (Persatuan Pewarta Warga Indonesia) bekerja sama dengan Divisi Humas POLanRI.
 Di Lantai dasar (ground) mall Kota Kasablanka, Jakarta inilah hasil-hasil karya lomba foto Pilpres 2014 dipajang.

Sebagai bagian dari kepanitiaan lomba, saya sangat antusias dengan adanya ajang pengasahan bakat di bidang fotografi. Apalagi lomba foto ini dibuka luas untuk kalangan umum.

Kebetulan, saya sendiri adalah dosen mata kuliah fotografi di Universitas Jayabaya Jakarta, karena itu saya sangat mendukung ketika organisasi yang saya ikuti yakni PPWI bekerja sama dengan POLRI mengadakan lomba fotografi yang bersejarah ini.

Dunia fotografi bagi saya merupakan hal yang penting karena menyangkut keilmuan, dan dokumentasi dari peristiwa sejarah.

Banyak dari kita yang sering mendokumentasikan acara-acara atau tempat yang kita kunjungi, dan itu menjadi bagian sejarah dari diri kita, namun sangat sedikit yang menerapkan Jurnalisme Foto.

Saya sendiri juga mengajar mata kuliah jurnalistik foto, yakni sebuah cabang  ilmu untuk menggabungkan moda komunikasi visual dan moda komunikasi verbal sekaligus di dalam sebuah media.

Media massa era sekarang ini, merupakan media massa yang viral. Tak peduli apapun jenis medianya, apakah media sosial, atau media online, sifat viral ini membuat fotografi jurnalistik menjadi sebuah hal yang menarik.

Dalam keahlian jurnalistik foto seorang pewarta tidak akan hanya menampilkan karya fotografinya  saja, namun juga disertai teks atau caption photo. Secara praktis caption photo juga haruslah memuat sedikitnya keterangan tentang siapa (who) atau apa (what) kemudian dimana (where), kapan (when) dalam sebaris kalimat (line).

Jika sudah termuat 4 W tadi sebagai caption photo,  maka teks berita atau narasinya, adalah pendalaman dari keterangan why dan how peristiwa itu terjadi.

 Intinya, fotografi jurnalistik amat menyenangkan untuk digeluti, dan bukan hanya milik para wartawan media massa saja, namun pada prinsipnya ilmu fotogragi jurnalistik ini bisa diterapkan oleh siapa saja, di media sosial apa saja.

Bagi pembaca yang tertarik untuk mengetahui siapa saja pemenang lomba foto Pilpres 2014,  keterangan lebih lengkap tentang lomba foto Pilpres 2014, dapat di baca di link  :

http://www.pewarta-indonesia.com/special-event/warta-ppwi/14673-pengumuman-inilah-pemenang-lomba-foto-pilpres-2014.html

(*)

Senin, 03 November 2014

Wisata Kuliner di Rice Bowl

Febryanti Erna Mian Hanna, Kavic Aditya, Joko Heriyadi melakukan wisata kuliner di Restoran Rice Bowl (1/11).

Suasana resto Rice Bowl

Aneka Menu di Rice Bowl



Kami dari Mahasiswa IBM Asmi yang terdiri dari 3 anggota Febryanti Erna Mian Hanna, Kavic Aditya, Joko Heriyadi melakukan wisata kuliner di akhir pekan. Kami berjalan-jalan di Mall Atrium Jakarta Pusat dan di Restoran Rice Bowl menjadi pilihan kami untuk mencari informasi  kuliner pada Sabtu, 1 November 2014


 Restoran Rice Bowl ini sering disebut dengan restoran keluarga. Restoran ini menyajikan berbagai hidangan termasuk Chinese dengan rasa istimewa. Restoran Rice Bowl juga memiliki menu andalannya adalah bebek panggang dan ayam rebus Singapore hainanyang banyak disukai pengunjung. Restoran ini semakin menarik dengan menu pilihan seperti : Noodle, Sharing, Spicy Chicken BBQ Fried Rice, Yang Chau Fried Rice, Kung Pao Chicken Fried Rice, Singapore Hainanese Chicken,  Hongkong Hainanese Rice Bowl, Aneka Sayuran, Aneka Mie, Drinks, Dessert, dll. Untuk menu rice bowl tersedia pilihan nasi dengan orange chicken yaitu ayam yang disiram dengan suas orange berupa nanas dan sayur-sayuran atau nasi dengan daging sapi lada hitam yang menjadi salah satu favorit restoran yang berada di dalam Mall Atrium Jakarta Pusat.


Nah untuk hidangan mie, ini yang spesial. Hidangan Mie di Rice Bowl memuaskan selera kami dengan sajian mienya yang beragam. Di Restoran ini tersedia mie daging iga sapi, ayam saus kungpao yakni ayam tanpa tulang yang diberi tepung dan disajikan dengan saus dan cabai kering, bawang bombai, serta kacang goreng sebagai campurannya. Mie yang disajikan di Restoran Rice Bowl ada yang merupakan buatan sendiri. Ada dua pilihan, yaitu mi home made dan mie hongkong yang ukurannya lebih kecil dan halus. Bumbu mi yang ditawarkan restoran ini cukup gurih. Kuahnya walau bening, namun gurih. Kuah ini terbuat dari tulang-tulang ayam dan udang yang dimasukkan ke dalam kain. Jadi, inilah mengapa kuah tetap bening namun meninggalkan rasa gurih. Tak komplet jika makan tanpa sayuran brokoli jamur hitam atau kailan daging sapi. Harga di Restoran Rice Bowl (Family Restaurant) sangat terjangkau untuk kantong mahasiswa, Harga di restoran terdiri dari Rp.29.000,- sedangkan Rp.194.000,- saja untuk paket keluarga. Selain itu bisa Delivery tanpa ada minimum order. Restoran Rice Bowl buka setiap hari dari Pukul 09.00 – 22.00 WIB
   
    Di Restoran ini kami sangat menikmati dan merasa puas atas menu hidangan. Kami juga menyukai pelayanan di restoran ini yang terlihat nyaman dan kami juga bisa melihat langsung cara penyajiaannya tapi sayang kita tidak di izinkan untuk melakukan sesi foto. Karena wisata kuliner yang kita lakukan adalah bagian dari tugas dosen jadi kami lakukan secara suka cita. Sangat terlihat suasana yang sangat nyaman dan di restoran ini merupakan restoran yang sering di kunjungi terkhususnya oleh pengunjung keluarga.” ujar salah satu pelayan. (*)

    


 


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons