Pepatah : "lihat dulu sidik jarimu sebelum kamu scroll sosial media"
Artinya : sidik jari jempol yang untuk scroll saja beda-beda setiap orang, demikian juga nasib orang berbeda-beda. Buat apa iri yang primitif terhadap nasib orang lain yang dilihat di sosmed. Wong sidik jari aja beda apalagi nasib, rejeki, pati, urip.
Ketika kita menempelkan jempol atau jari kita ke layar orang lain, saat itulah sidik jari kita yang berbeda tidak match dengan sidik jari nasib jati diri orang lain di layar yang kita lihat.
Ya sudahlah mau bagaimana lagi. Katanya jangan social comparison atau jangan membandingkan diri dengan orang lain di medsos nanti bikin iri.
Iri adalah naluri alami primer /primate. Naluri primitif. Sudah primernya ada sifat iri ada secara primordial. Mau digimanakan lagi, naluri primordial iri ini sudah ada secara primitif sebagai makhluk sosial.
Hanya saja manusia lebih luhur dari makhluk hidup lainnya harusnya bisa mengendalikan sifat iri pada dirinya, jangan dikembangkan menjadi iri destruktif kepada diri dan orang lain.
Studi banding dan benchmarking orang kepada kehidupan orang lain ya memang sudah bawaan manusia mau gimana. Urip iku sawang sinawang, dengan medsos mempermudah dan memperluas kemudahan kegiatan saling sawang sinawang.
Ya memang hidup itu menarik untuk dilihat. Saling melihat dan studi banding dengan hidup orang lain, hidup teman, kolega dan handai tolan bahkan hidup orang-orang yang terkenal di masyarakat.
Urip iku sawang sinawang, yo pengin nyawang uripe liyane. Terus menyadari bahwa urip iku kudu bersyukur. Ikut Mensyukuri semua.
Hanya saja iri, envy, jealous, harus dikendalikan, mungkin dengan bermedsos tujuannya adalah mengendalikan sifat iri itu seperti menunggangi kerbau yang liar mendengus, agar tidak jadi hasad yang destruktif kepada diri dan orang lain.
Iri itu primitif, ga percaya ya lihat video monyet tadi 😊😆
Tidak ada komentar:
Posting Komentar