Mungkin terdengar klise tentang berhenti merokok, namun saya ingin menuliskan pengalaman ini untuk diri saya pribadi. Maaf, blog ini saya jadikan jurnal catatan pribadi saya.
Sejak di bangku SMP kelas 3 awal tahun 1989 saya sudah mulai mencoba rokok, kemudian selama masa studi di SMA tahun 1989-1992 pun juga merokok, ditambah kuliah masih setia dengan rokok. Masa awal kerja saya tidak bisa lepas dari rokok.
Semua berubah ketika setelah menikah, kemudian anak mbarep saya lahir tahun 1999. Saat kelahiran putra saya, saya berupaya kuat untuk berhenti merokok.
Alasannya simpel, saya tak ingin bau rokok dicium oleh anak saya yang saat itu bayi.
Awal berhenti merokok yang paling berat adalah ketika melihat merek rokok kesukaan saya.
Jadi pengalaman saya bukanlah melihat asbak atau sembarang rokok yang memicu ketertarikan untuk kembali merokok, bukan itu.
Melainkan ketika saya melihat reklame merek rokok favorit saya atau hanya melihat merek rokok favorit itu mejeng di warung rokok atau etalase toko. Rasanya ngiler banget. Rasanya nagih banget. Dan rasanya ngenes banget.
Namun kecintaan saya pada niat saya untuk berhenti merokok mulai terasa ketika 3 bulan pertama berhenti dengan susah payah dan segala nervous dan gelisah serta mulut yang ngeces ketika mata melihat rokok favorit.
Masa 3 bulan awal adalah masa yang berat bagi saya karena saya merokok sudah sejak kelas 3 smp di awal tahun 1989. Sepuluh tahun merokok maka tahun 1999 saya berhenti, bukan masa yang singkat 10 tahun sebagai perokok aktif.
Masa withdrawal rokok ini berlangsung 1-3 bulan. Tapi, kembali pada niat dan tekad untuk nekad berhenti merokok. Tindakan berhenti seketika dari kecanduan rokok adalah tindakan nekad dan brutal. Tapi kalau tidak nekad berhenti seketika maka saya bakal hanya kurangi saja, tidak bakal berhenti.
Tapi saya ingin berhenti total.
Bagaimana caranya ?
Setelah niat, tekad, nekad berhenti seketika saya dari rokok.
Hasilnya brutal tapi setelah 3 bulan normal.
Kopi pun saya hentikan karena jika saya ngopi saya makin kuat untuk ingin kembali menikmati rokok.
Sebrutal itu.
Sebenarnya saya ingin menuliskan pengalaman berhenti merokok lebih panjang. Namun hal ini tidaklah mengenakkan dibaca oleh kaum perokok, yang saya sadari mayoritas banyak (sekali) jumlahnya, karena bacaan ini adalah sesuatu pengalaman saya yang asing dan aneh bahkan bukan bacaan yang bagus terutama bagi para perokok.
Karena saya tahu dan pernah merasakan betapa tersiksanya saat awal berhenti merokok.
Saya tidak melawan rokok.
Rokok benda mati, diam, benda materi, tidak bersalah.
Bahkan saya tahu rokok sebagai benda mati sudah ada tulisannya di bungkus rokok yang jelas berbunyi : merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin.
Jadi ya rokok sepak jika disimpan dan didiamkan saja tidak ada salah si rokok benda mati.
Saya tidak seperti orang gila melawan dan membenci rokok atau membenci tembakau. Ya tidak, tembakau kan tanaman. Rokok juga kerajinan kreasi tangan.
Saya hanya melawan diri sendiri.
Semua pecandu tidak melawan barang yang dicandunya. Dia orang hanya harus melawan hawa nafs dirinya sendiri.
Semua benda materi tidak bersalah. Benda-benda mati tidak bersalah, tidak untuk dibenci, tidak.
Kartu remi, dadu, uang, rokok, pisau, semua benda mati.
Rokok benda mati, ga ada salah si benda materi itu.
Sesungguhnya melawan diri sendiri adalah lebih berat dari melawan apapun dan siapapun juga.
Saya menulis ini kan untuk diri saya sendiri, bahkan seluruh konten di blog ini adalah jurnal pribadi saya yang ringan dan receh saja.
Penting bagi saya pagi hari tidak merokok memenuhi paru dengan asap nikotin.
Saat menulis ini di belakang saya ada yang nyeletuk : "Merokok di pagi hari sambil minum kopi kan olahraga juga mas ? olahraga pernafasan membuat otot paru bergerak meng inhale alias menghisap asap rokok..."
Hahahaha ... wah gaswat juga ya segala dalih untuk berhenti - merokok alias berhenti ketika sebat habis dan nyumet sebat lagi.😅
Tapi bagi saya olahraga pagi adalah menghirup udara segar dengan berlari.
Semua tulisan ini pun sedikit sekali pembacanya, setiap tulisan hanya dibaca oleh segelintir orang yang kesasar masuk blog ini, jadi saya tak terlalu khawatir akan menimbulkan dampak ke warga yang luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar