This is featured post 2 title
Sangat berkesan pelatihan bagi anggota PPWI di Markas Grup 3 Kopassus Cijantung

This is featured post 3 title
Pelatihan bagi angota PPWI ini dilakukan di Markas Grup 3 Kopassus guna membentuk karakter, disiplin, dan integritas kepribadan

This is featured post 4 title
Peserta diklat bela negara PPWI selalu kompak dalam setiap kesempatan, baik di barak, di lapangan dan arena pelatihan lainnya di dalam markas Grup 3 Sandi Yudha Kopassus

Sabtu, 11 Juli 2020
Diklat Jurnalistik Online untuk KOPI (Koran Online Pewarta Indonesia)
Bogor - Para peserta Diklat Jurnalistik Online PPWI mengikuti sesi
hari ketiga, Sabtu (11/7/2020) dengan waktu pembelajaran cara menunggah berita
di KOPI (Koran online Pewarta Indonesia).
Sebelum mengunggah berita maka ditunjukkan terlebih dahulu
cara membuat quick news secara 5W dan 1 H.
“ Yang penting peserta melihat dulu, nanti akan dipandu cara
mengunggah berita di KOPI” ujar Mung Pujanarko, sabtu (11/7).
Para peserta Diklat Jurnalistik Online kali ini berasal dari
berbagai daerah di Indonesia, bahkan ada yang ikut dari Kawasan Indonesia Timur
dan Indonesia Barat. Artinya diklat jurnalistik Online ini untuk semua lapisan
masyarakat.
Pada hari ketiga Diklat Online (Sabtu 11 juli 2020) Mung
Pujanarko selaku instruktur memberikan sesi tentang media Online dan juga web
log atau Blog.
“Perlu adanya kebiasaan untuk membuat berita dan mengunggah
berita di media online” ujar Mung pujanarko.
Kebiasaan berpikir secara 5W dan 1 H juga harus dipunyai oleh
para peserta. (*)
Kamis, 09 Juli 2020
Ketum PPWI : “Setiap Pewarta Warga Harus Mampu Membuat Berita dengan Bahasa yang Baku”
PPWI (Persatuan
Pewarta Warga Indonesia) berkomitmen untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat
dengan cara mengadakan pelatihan jurnalistik.
Hal tersebut
dikatakan oleh Ketua Umum PPWI
Wilson Lalengke dalam acara Diklat Jurnalistik Online yang digelar secara daring atau virtual pada hari Kamis (9/7/2020).
Karena itu kemampuan berbahasa Indonesia yang baku mutlak harus dikuasai oleh setiap pewarta.
Karena itu kemampuan berbahasa Indonesia yang baku mutlak harus dikuasai oleh setiap pewarta.
“Saya hari ini mengajarkan Teknik berbahasa
Indonesia yang baik untuk digunakan baik secara lisan dan tulisan agar para
peserta bisa menulis berita dengan lancar” ujar Ketum PPWI Wilson Lalengke.
Untuk itu Diklat
Jurnalistik Online diadakan guna mengisi gap atau kekosongan skill atau
keahlian berbahasa Indonesia. Karena menulis itu membutuhkan skill atau
keahlian berbahasa Indonesia yang baku.
Wilson Lalengke juga
menegaskan bahwa dengan mengikuti diklat online ini maka peserta nantinya bisa
menulis dan mengunggah berita secara langsung.
Ketum PPWI menyatakan
bahwa keuntungan diklat jurnalistik Online adalah luasnya jangkauan dan fleksibilitas
waktu dan tidak terbatasnya tempat, karena via zoom dan wa grup. (*)
Diklat Jurnalistik Online PPWI Sukses Digelar secara Virtual
PPWI – Organisasi PPWI (Persatuan Pewarta warga Indonesia)
menyelenggarakan diklat
jurnalistik online pada hari Rabu (9/7) yang digelar secara virtual atau daring.
Diklat jurnalistik ini diprakarsai oleh Ketua Umum PPWI Wilson
Lalengke dan diikuti oleh para
peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
Prayogo (20) salah seorang
peserta menyatakan bahwa dirinya ingin membuat berita secara cepat dan ingin
mengetahui cara menjadi penulis berita atau jurnalis. Kemudian dari salah satu
peserta yakni Junixon menyatakan bahwa dirinya ingin ikut diklat ini karena
ingin menambah wawasan dalam ilmu jurnalistik.
“Saya mengikuti diklat ini
karena ingin menjadi jurnalis yang handa” ujar Junixon.
Para narasumber
yakni Wilson lalengke dan Mung Pujanarko sama-sama menyarankan agar peserta
terus berlatih. “ Terutama dalam kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan
benar” ujar Wilson Lalengke selaku coordinator
narasumber.
Sementara itu dari
keterangan narasumber Mung Pujanarko menjelaskan bahwa prinsip berpikir 5W dan
1 H harus selalu dipunyai oleh para jurnalis atau pewarta warga. “Intinya
adalah setiap peristiwa selalu mengandung 5W dan 1 H” ujar Mung Pujanarko. (*)
Diklat Jurnalistik Online PPWI Angkatan I Sukses Digelar secara Virtual
PPWI – Organisasi PPWI (Persatuan Pewarta warga Indonesia)
menyelenggarakan diklat
jurnalistik online pada hari Kamis(9/7/2020) yang digelar secara virtual atau daring.
Diklat jurnalistik ini diprakarsai oleh Ketua Umum PPWI Wilson
Lalengke dan diikuti oleh para
peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
Prayogo (20) salah seorang
peserta menyatakan bahwa dirinya ingin membuat berita secara cepat dan ingin
mengetahui cara menjadi penulis berita atau jurnalis.
Kemudian dari salah satu peserta yakni Junixon menyatakan bahwa dirinya ingin ikut diklat ini karena ingin menambah wawasan dalam ilmu jurnalistik.
Kemudian dari salah satu peserta yakni Junixon menyatakan bahwa dirinya ingin ikut diklat ini karena ingin menambah wawasan dalam ilmu jurnalistik.
“Saya mengikuti diklat ini
karena ingin menjadi jurnalis yang handa” ujar Junixon.
Para narasumber
yakni Wilson Lalengke dan Mung Pujanarko sama-sama menyarankan agar peserta
terus berlatih.
“ Terutama dalam kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar” ujar Wilson Lalengke selaku Koordinator Narasumber.
“ Terutama dalam kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar” ujar Wilson Lalengke selaku Koordinator Narasumber.
Sementara itu dari
keterangan narasumber Mung Pujanarko menjelaskan bahwa prinsip berpikir 5W dan
1 H harus selalu dipunyai oleh para jurnalis atau pewarta warga.
“Intinya adalah setiap peristiwa selalu mengandung 5W dan 1 H” ujar Mung Pujanarko. (*)
“Intinya adalah setiap peristiwa selalu mengandung 5W dan 1 H” ujar Mung Pujanarko. (*)
Rabu, 01 Juli 2020
Filosofi hasil tak menghianati usaha
Filosofi hasil tak menghianati usaha kerap didengung-dengungkan sebagian orang. Mungkin karena untuk memotivasi bahwa setiap orang harus berusaha untuk meraih keberhasilan. Mungkin agar orang tak berpangku tangan menunggu hasil saja.
Namun pertanyaannya bila hasilnya gagal, apakah usahanya sia-sia?
Ya tidak juga, namun yang paling penting adalah usaha itu bukan kata singular melainkan plural atau jamak.
Juga kata "upaya" atau "usaha" bukan kata yang mati atau saklek. Usaha atau upaya itu bermakna variatif, ekspresif dan luas. Dampak dari usaha kini boleh jadi bukan dinikmati sendiri sekarang, boleh jadi dinikmati kelak oleh lainnya. Ini bentuk keberhasilan juga.
Setelah kerjakan yang satu, kerjakan yang lain, artinya bila upaya awal gagal ya berupaya terus, dan terus.
Hasil yang terjadi adalah keberhasilan mental untuk terus bangkit. Ini merupakan sukses. Karena hakikat sukses adalah pantang menyerah.
Menyerah pasrah hanya kepada Tuhan jika upaya sudah waktunya usai.
Bukan hasilnya yang penting adalah proses upayanya.
-0-
Namun pertanyaannya bila hasilnya gagal, apakah usahanya sia-sia?
Ya tidak juga, namun yang paling penting adalah usaha itu bukan kata singular melainkan plural atau jamak.
Juga kata "upaya" atau "usaha" bukan kata yang mati atau saklek. Usaha atau upaya itu bermakna variatif, ekspresif dan luas. Dampak dari usaha kini boleh jadi bukan dinikmati sendiri sekarang, boleh jadi dinikmati kelak oleh lainnya. Ini bentuk keberhasilan juga.
Setelah kerjakan yang satu, kerjakan yang lain, artinya bila upaya awal gagal ya berupaya terus, dan terus.
Hasil yang terjadi adalah keberhasilan mental untuk terus bangkit. Ini merupakan sukses. Karena hakikat sukses adalah pantang menyerah.
Menyerah pasrah hanya kepada Tuhan jika upaya sudah waktunya usai.
Bukan hasilnya yang penting adalah proses upayanya.
-0-
Minggu, 28 Juni 2020
Filosofi nasi sudah jadi bubur
Manusia tak pernah luput dari kesalahan, baik yang disengaja ataupun tidak. Bila sudah terjadi maka pepatah " nasi sudah jadi bubur" pun terbetik.
Sebenarnya bubur juga tidak membuang nutrisi esensi nasi.
Bubur tidak membuang nutrisi nasi.
Kesalahan tidak membuang esensi manusia.
Kesalahan yang dilakukan manusia tidaklah membuang esensi manusia.
Jika Manusia belajar dan belajar, maka manusia belajar dari kesalahan.
Lebih baik lagi jika manusia belajar apa esensi menjadi manusia. Belajar memahami apa esensi kemanusiaan. Sehingga mampu mencegah kesalahan yang disengaja disadari.
-0-
Sebenarnya bubur juga tidak membuang nutrisi esensi nasi.
Bubur tidak membuang nutrisi nasi.
Kesalahan tidak membuang esensi manusia.
Kesalahan yang dilakukan manusia tidaklah membuang esensi manusia.
Jika Manusia belajar dan belajar, maka manusia belajar dari kesalahan.
Lebih baik lagi jika manusia belajar apa esensi menjadi manusia. Belajar memahami apa esensi kemanusiaan. Sehingga mampu mencegah kesalahan yang disengaja disadari.
-0-
Ronda Malam di situasi New Normal
Pada malam Minggu dini hari (28/6/2020) warga Kampung Sawah di mana saya mukim menggelar ronda malam rutin.
Ronda malam di kampung kami dilaksanakan setiap hari, saya kebagian giliran malam minggu.
Meski kondisi new normal di tengah situasi pandemi covid 19, namun hal ini tak menyurutkan semangat warga untuk menjaga keamanan lingkungan.
Hal positif dari ronda malam adalah warga makin mengenal lingkungannya sendiri, makin mengenal semua warga di lingkungannya, dan dengan ronda malam memupuk jiwa gotong royong antar warga.
Ronda malam di kampung kami dilaksanakan setiap hari, saya kebagian giliran malam minggu.
Meski kondisi new normal di tengah situasi pandemi covid 19, namun hal ini tak menyurutkan semangat warga untuk menjaga keamanan lingkungan.
Hal positif dari ronda malam adalah warga makin mengenal lingkungannya sendiri, makin mengenal semua warga di lingkungannya, dan dengan ronda malam memupuk jiwa gotong royong antar warga.
Jumat, 26 Juni 2020
Karya Foto Lanskap Mahasiswa STIAMI Kampus Cikarang
Situasi boleh new normal, akan tetapi sebenarnya belum normal. Di tengah berkecamuknya wabah covid 19, berikut deretan karya foto lanskap mahasiswa Kampus Cikarang ini menjadi penanda situasi bagaimana keuletan berkarya fotografi meski kondisi new normal. Memotret lanskap dalam situasi pandemi covid 19.