FIKOM – Senat Mahasiswa Fikom Jayabaya sukses menggelar webinar bertajuk “Mural : Seni dalam Berkomunikasi” pada hari Sabtu, 09 Oktober 2021, pukul 10.00 hingga selesai secara virtual daring. Hadir sebagi pembicara dalam event ini adalah Alga Indria, M.DS (Seniman, Walikota Mural Bandung) dan Victor Simanjuntak, S.Sos, M.Si (Dosen Komunikasi Politik FIKOM Universitas Jayabaya).
Dalam penjelasannya Alga Indria menjelaskan secara gamblang
mulai dari sejarah mural, “Sebenarnya mural sudah ada sejak jaman dulu, dari
istilah bahasa latin ‘murus’ atau
dinding, mural sudah dikenal manusia sejak rock
art di dinding Gua jaman manusia jaman dulu dan berkembang hingga sekarang
,” ujar Alga Indria.
Bahasa Rupa menurut Alga Indria merupakan bahasa universal. “Kita
bisa lebih bisa berinteraksi dengan rupa karena lebih muda dipahami daripada
tulisan,” ujar Alga.
Alga Indria juga menjelaskan cara membuat mural yang kreatif
dengan proses dan teknik desain yang kaya akan gagasan. Pembuatan mural juga
menggunakan metode semiotika dan semantik.
“Caranya bagaimana bikin gambar yang vibe-nya terasa,” ujar Indria yang juga menjelaskan mengenai ikon, simbol, dan indeks. “Ikon merupakan gambar yang menyerupai
aslinya, simbol adalah gambar yang telah disepakati bersama atau adanya kesepakatan,
sementara indeks adalah gambar sebab akibat,” urai Alga.
“Tips membuat mural
yang kreatif dimulai dengan membuat tema terlebih dahulu selanjutnya desain,
lebih baik desain yang orisinal,” ujar Alga Indria.
Alga Indria menjelaskan bahwa aspek mural dan kota harus
melibatkan tiga hal, yakni : partisipatif, kolaboratif dan movement. “Kita
harus berorientasi kepada masyarakat , mari kita pro rakyat, sebelum kita
membuat mural kita libatkan masyarakat, agar masyarakat juga ikut menjaga mural,
ayo kita buat lingkungan kita lebih aman dan nyaman,” ujar Alga Indria.
Selanjutnya narasumber dari Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Jayabaya yakni Victor Simanjuntak, S.Sos, M.Si menjelaskan tentang “Mural
dalam Komunikasi Politik”. Mural bisa berisi tentang kritik sosial, juga bisa
berisi pesan-pesan lain seperti ekonomi
dan seni. “Harus dihindari vandalisme yang merusak fasilitas publik,” paparnya.
Victor Simanjuntak, S.Sos, M.Si memaparkan mural sebagai media komunikasi pada
dasarnya mural itu adalah pesan komunikasi, untuk itu masyarakat sebagai komunikan
harus bisa membaca makna dalam mural. “Mural itu pada dasarnya adalah ekspresi
sosial, budaya dalam masyarakat, ada mural juga sebagai seni dimana masyarakat
dapat menikmati mural,” lanjutnya.
“Mural sebagai komunikasi politik di ruang publik maka mural bisa berupa
kritik sosial, dan juga bisa mural sebagai pesan atau kritik kepada masyarakat
itu sendiri misalnya pesan anti narkoba dan pesan mengenai kebersihan
lingkungan misalnya,” pungkasnya. (imung)