Peserta Diklat Kepemimpinan dan Bela Negara PPWI di Grup 3 Kopassus sedang berpose
This is featured post 2 title
Sangat berkesan pelatihan bagi anggota PPWI di Markas Grup 3 Kopassus Cijantung
This is featured post 3 title
Pelatihan bagi angota PPWI ini dilakukan di Markas Grup 3 Kopassus guna membentuk karakter, disiplin, dan integritas kepribadan
This is featured post 4 title
Peserta diklat bela negara PPWI selalu kompak dalam setiap kesempatan, baik di barak, di lapangan dan arena pelatihan lainnya di dalam markas Grup 3 Sandi Yudha Kopassus
This is featured post 5 title
Pelatihan PPWI meliputi : kepemimpinan pengetahuan bela negara, wawasan nusantara dan teknik survival di Kopassus
This is featured post 5 title
Persatuan Pewarta Warga Indonesia mengirim anggota-anggotanya untuk mengikuti pelatihan bela negara, agar tumbuh rasa cinta pada NKRI, dan menghayati benar arti penting keutuhan NKRI bagi masa depan Bangsa Indonesia
Halo salam sehat. Terutama sehat mental di jalan.🚗🛣
XL 7 : 7777 km jam 17:17
Memilih mobil pasti mempertimbangkan bujet atau anggaran. Preferensi setiap orang tidaklah sama persis. Wajar karena, pertimbangan orang dalam memilih kendaraan pasti berbeda- beda.
Saya tidak membuat video review mobil atau vlog, saya hanya membuat jurnal tulisan ini untuk menuangkan apa yang ingin saya tuangkan dalam tulisan.
Dalam jurnal ini saya menuangkan preferensi saya untuk Suzuki XL 7 transmisi manual warna orange hitam two tone, khusus varian alpha.
Suzuki XL7 manual alpha.
Saya merasakan cukup handal suzuki XL7. Kami sekeluarga pakai road trip dari Bogor menuju Solo, saya merasakan kehandalan mobil ini.
Sepanjang perjalanan, XL7 nyaman dikendarai, saat itu saya bersama istri dan anak berkendara.
Perjalanan jauh tidak masalah untuk XL7 ini.
Tidak ada keluhan rembes, tidak ada karat apapun. Mesin ok, servis gratis sampai 50.000 km.
Mesin suzuki terkenal badak, bandel, kuat dan irit. Luar kota via tol bisa 1:15,5 km bensin.
Mesin Suzuki dari dulu type apapun terkenal kuat, tidak rewel, handal, bandel dan irit.
Inilah sebabnya kaum gengsian mungkin tidak mau pakai. Karena Suzuki terkenal mobil yang ramah warga, ramah rakyat, mobil merakyat. Angkot pakai suzuki, losbak pakai carry suzuki. Suzuki ramah warga rakyat banyak. Tidak menyusahkan, justru menolong warga banyak.Inilah sebabnya kaum gengsian dianggap tidak mau pakai karena gengsi dong sama dengan rakyat banyak 😁.
Namun saya pakai suzuki xl7 karena spare part ramah tamah mudah & ekonomis, servis minimalis, dan mesin irit tak buat saya meringis😊 saya juga belum merasa gengsian, karena lebih baik saya sejahtera dan tidak sengsara karena maksain gengsi
😁
Benar-benar muat 7 orang dewasa di kabin xl7 yang extra large ini.
Suatu waktu kami ber -7 orang yakni bersama 4 orang tetangga, kemudian saya, istri dan anak, kami ber-7 menjenguk tetangga yang sedang sakit. Tujuh orang muat dengan pengaturan duduk : saya di bangku pengemudi, istri di samping. Di ruas kedua ada 2 orang tetangga dan anak saya, jadi tiga orang penumpang di ruas kedua. Kemudian di ruas ketiga ada 2 orang tetangga saya yang duduk lega di ruas bangku paling belakang. Pas ber-7 dalam satu kabin xl7😁
Saya sering melihat vlogger memberikan ulasan tentang berbagai jenis mobil di youtube. Channel-channel vlog otomotif di youtube yang kerap mengulas kendaraan itu memberikan wawasan dan pengetahuan.
Namun preferensi setiap orang tentu berbeda. Bagi saya vlog-vlog otomotif itu hanyalah tayangan yang menghibur semata.
Apalagi jika vlog-vlog di youtube itu gencar membandingkan kelas-kelas dan type-type mobil.
Sehingga masyarakat percaya bahwa mobil ada kelasnya, ada levelnya, bahkan mobil ada kastanya.
Harga beda iya, tapi penilaian harga tak pelak dijadikan tolok ukur kekuatan ekonomi pemakainya.
Ini masalah gengsi kan begitu.
Sehingga dengan memberikan status sosial terhadap mobil maka muncul fenomena adanya status sosial berdasarkan jenis kendaraan yang dipilih.
Fungsi yang dulunya dipilih oleh orang dalam memilih jenis kendaraan kini bergeser menjadi memilih kasta mobil.
Fungsi mobil bergeser menjadi kasta mobil.
Maka mungkin orang pun tak pandang lagi fungsinya yang penting kasta mobil.
Jargon "pilih mobil kaum mendang-mending" menjadi jargon dalam simbol gengsi dan status sosial sebuah mobil.
Adagium "kaum mendang-mending" membuat orang lebih mempertimbangkan kasta mobil daripada fungsinya. 🤣
Padahal, mungkin mobil itu hanya dipakai dari rumah ke kantor, atau hanya dipakai dari rumah ke tempat parkir. Itupun melalui jalanan yang macet parah. Demi pertimbangan kasta mobil maka tak peduli kehidupan akan lebih lama di dalam mobil daripada di rumah.
😁🤣
Kasta mobil menjadi preferensi orang di era media sosial.
Fungsi beralih ke kasta sosial mobil.
Saya sendiri tak ambil pusing apakah mobil XL7 ini tergolong dibilang sebagai mpv, van, minibus, atau dibilang sebagai lsuv. Buat saya sebutan dan golongan tidak saya gagas blas 😁
Saya tak debat untuk penggolongannya. Ada yang bilang : "oh itu kategori mpv, oh itu kategori msuv atau lsuv".
Ora penting sebutan-sebutan kuwi bagiku.
Sing penting enak dan nyaman dipakai. 🛣
Wis, bagiku ndak jadi masalah sebutan-sebutan tersebut.
Sebenarnya saya juga memakai mobil lain yang harganya di atas xl7.
Tapi Saya pun tak mau terjebak perasaan sombong ketika pakai mobil tersebut.
Perasaan sombong di jalan raya itu jika tidak diwaspadai dapat menyelinap ke dalam hati.
Perasaan pakai mobil yang di atas rata2 terkadang membuat pemakainya merasa superior. Merasa mobilnya wah, di atas rata-rata populasi mobil.
Namun pun, di sisi daily, saya kebanyakan suka juga pakai motor bebek untuk menembus keruwetan traffic jam.
Saat pakai xl7 saya bersyukur karena mobil xl7 anteng dan ganteng.
Saat pakai yang di atas xl7 sy pun saya biasa saja. Saat ke kampus pakai kendaraan umum bus ya saya tidur di bus dari bogor ke jakarta tahu2 sampai kampus. 😊
Saya hanya tak habis pikir dengan orang-orang yang kadang suka : bandingkan mobil (piye jal dibanding2ke😁), bahkan menganggap sebuah mobil adalah simbol status sosial. Bahkan mobil ada kasta-nya. Bagaimana bisa mobil benda mati bisa diberi kasta sosial ? Ini tidak masuk akal.🤣🤣 Kasta sosial disematkan pada mobil sebagai benda mati, kan tidak masuk akal. Bagaimana jika yang tadinya mobil yang disebut kasta mahal kemudian bila 10-20 tahun kemudian rusak, tua, aus, onderdil sudah susah dan mahal, dan sudah tidak ada nilai gunanya lagi bisa disematkan kasta sosial ?🤣🤣🤣
Bagi saya sebutan mobil apa juga tidak soal, contohnya adalah performa suzuki XL7 ini yang cukup handal dipakai di beragam kondisi jalan. Dipakai melewati jalan rusak tidak masalah, dipakai di jalan semulus tol juga tidak masalah. Hanya saja sebagai pemakai jalan, saat melintasi tol cipali dan melintas tol-tol menuju jateng dan jatim, saya merasakan jalanan yang tidak semulus dulu di beberapa titik.
Penutup saya kembali ke awal tulisan : "Memilih mobil pasti mempertimbangkan bujet atau anggaran"
Mbok...😂😂😂 saya pasti diketawain banyak orang : "Mas Mung koen gendheng tah ?, uwong milih mobil itu jaman now bukan pertimbangkan anggaran tapi supoyo gengsi, mobil dipilih sing SUV gedhe ben ketok sugih, pokoke babah anggaran cekak, sing penting nang dalan (opomaneh dalan tol) ketok mobil kasta tinggi, mobil kasta sugih, isok macak arogan nang ndalan 😂😂 mbok..mbok....mas peduli amat ambek anggaran cekak, yo dikreditno mobil sing paling keren lah supoyo ketok sugih lan keren, mas mung ae sing pertimbangane anggaran, uwong-uwong liyane umume ya pertimbangane piye carane duwe SUV sing guedhe (babah boros rongewu luih cc) sing penting SUV guedhe sing iso macak arogan,"
Ngaaahaahahaha 🤣🤣🤣🤣
Adagium : "Di jalan apalagi di jalan tol konoha mohon dahulukan ambulan. Kemudian kita juga dahulukan rombongan orang lain yang arogan di jalan. Arogan silahkan jalan duluan, yang lain ngalah"😄
Ingan satu Quote di Jalan Raya : " Kita manusia tidak buas di jalan raya seperti hewan. Arogan silahkan jalan duluan"
JAKARTA- Universitas Jayabaya sukses melaksanakan Dies Natalis ke- 64 dan Wisuda Strata 1, Strata 2, dan Strata 3, tahun 2022 di Gedung Jakarta Convention Centre (JCC) Senayan, Jakarta, pada hari Selasa (11/10/2022) mulai dari pukul 08.00 wib hingga selesai.
Sejumlah lebih kurang dari 900 orang wisudawan yang terdiri dari lulusan sarjana, magister, dan doktor diwisuda Universitas Jayabaya pada kesempatan ini.
Hadir memberi sambutan dari Kepala LLDikti Wilayah IIIKementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, M.P
"Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas acara wisuda ini" tuturnya.
"Kepada orang tua wisudawan terimakasih telah menitipkan putra-putrinya di Universitas Jayabaya, selamat meniti karir kepada para wisudawan, banggakan diri sendiri, banggakan orang tua, banggakan Universitas Jayabaya, serta banggakan Indonesia," ucap Kepala LLDikti Wilayah 3 Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, M.P
Kemudian dilanjutkan dengan orasi ilmiah dari Ketua MPR RI H. Bambang Soesatyo, S.E, MBA yang juga adalah alumni akuntansi Universitas Jayabaya.
"Saudara-saudara beruntung memilih Universitas Jayabaya sebagai pijakan karir, mungkin jika dulu saya tidak berkuliah di Jayabaya maka saya tidak bisa berdiri di sini, saya dulu adalah ketua Badan Perwakilan Mahasiswa Universitas Jayabaya, " ujar H. Bambang Soesatyo ketua MPR RI yang juga merupakan alumni Jayabaya ini, yang segera disambut tepuk tangan meriah oleh para wisudawan.
"Sebagai bagian dari keluarga besar Universitas Jayabaya saya sangat bersyukur karena Universitas Jayabaya konsisten mencerdaskan kehidupan bangsa," tutur H. Bambang Soesatyo ketua MPR RI.
Ketua MPR RI H. Bambang Soesatyo juga berpesan agar terus mempertebal rasa Nasonalisme yang tinggi.
"Mari kita tetap merekatkan dan mempertebal rasa kebangsaan kita," pungkas H. Bambang Soesatyo Ketua MPR RI yang juga alumnus Universitas Jayabaya menutup orasi ilmiah dalam acara Wisuda Universitas Jayabaya ini. (*)
JAKARTA- Universitas Jayabaya sukses melaksanakan Dies Natalis ke- 64 dan Wisuda Strata 1, Strata 2, dan Strata 3, tahun akademik 2021/2022 di Gedung Jakarta Convention Centre (JCC) Senayan, Jakarta, pada hari Selasa (11/10/2022) mulai dari pukul 08.00 WIB hingga selesai pukul 13.30 WIB.
Sejumlah lebih kurang dari 900 orang wisudawan yang terdiri dari lulusan sarjana, magister, dan doktor diwisuda Universitas Jayabaya pada kesempatan ini.
Kebetulan pada wisuda ini penulis bertugas sebagai salah satu anggota panitia.
Jakarta - Dalam Rangka meningkatkan kapasitas SDM bidang kehumasan, Tim Humas Jasa Raharja Cabang Utama mengadakan Pembinaan Teknis Bidang Kehumasan dengan menghadirkan beberapa narasumber yang kompeten di bidangnya. Tujuan diadakan kegiatan ini adalah memberikan motivasi baru, semangat baru, re-charger dan refresh ilmu yang berkaitan dengan pembuatan konten media sosial, kehumasan, dan media lini masa lainnya.
Training tersebut diikuti 20 orang dari berbagai satuan kerja Jasa Raharja seluruh DKI Jakarta, Sabtu (01/10/22), bertempat di Gedung Jasa Raharja Cabang Utama DKI Jakarta Lantai 4, Jl. Jatinegara Timur No. 123 Jakarta Timur. Hadir sebagai narasumber seorang tokoh pers nasional yang juga Ketua Umum PPWI, Wilson Lalengke, S.Pd., M.Sc., M.A., dan Mung Pujanarko, S.Sos., S.I.Kom., Dosen Universitas Jayabaya, yang juga menjabat sebagai Ketua I DPN PPWI.
Kegiatan tersebut dibuka oleh Kepala Cabang Jasa Raharja DKI Jakarta, Suhadi. Beliau menyampaikan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk mengasah kemampuan pegawai dalam membuat berita kegiatan Jasa Raharja.
“Melalui kegiatan training kehumasan ini diharapkan pegawai dapat membuat berita yang bisa mendongkrak nama Jasa Raharja agar lebih dikenal oleh masyarakat luas,” kata Suhadi.
Dalam materinya, Wilson Lalengke menyampaikan tujuan training ini agar humas ke depan dapat menampilkan performa yang lebih prima dan menghasilkan produk kehumasan yang lebih inovatif, kreatif, dan berkualitas, sesuai dengan standar dan tata cara penulisan karya jurnalistik yang memuat unsur 5W+1H yang baik dan benar.
"Tantangan di era digitalisasi, humas harus dapat menyesuaikan dengan era saat ini, terutama di bidang informasi publik. Dengan dilakukannya training ini bidang kehumasan dapat mengemas informasi secara cepat dan sesuai standar 5W+1H," jelas Alumni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012 ini.
Bertempat di Gedung Jasa Raharja Cabang Utama DKI Jakarta, para peserta yang notabene adalah bagian humas di masing-masing unit kerjanya terlihat sangat antusias dalam mengikuti alur materi yang disampaikan oleh kedua pemateri/narasumber. Dalam memberikan materi terlihat, baik pemateri atau pun para peserta, sangat serius untuk memahami teknis-teknis di dalam kehumasan, khususnya pada sesi pembuatan berita atau laporan kejadian, dan cara cepat menyampaikan berita yang berstandar 5W+1H.
Sementara itu, Kasubag Humas Jasa Raharja Cabang Utama DKI Jakarta, Lousiana Margareth Salaki, S.H., A.WP, berharap melalui pelatihan itu, bagian humas Jasa Raharja akan terlihat semakin bagus dalam memberikan pelayanan informasi kepada publik sehingga menentukan kebijakan dalam membangun reputasi lembaga. "Dalam konteks manajemen risiko, ada risiko reputasi yang harus dikelola agar bernilai positif," ungkap Lousiana.
Untuk itu, tambah dia, Humas di setiap Kementerian atau Lembaga harus melakukan media monitoring secara aktif dengan memperhatikan isu publik yang terkait kementerian atau lembaga. "Kegiatan humas atau public relation saat ini menjadi hal penting yang harus dibangun oleh pemerintah kepada publik sebagai cara memberikan edukasi serta membangun kepercayaan institusi di mata publik, bahwa pemerintah melakukan kerja nyata untuk pembangunan Indonesia demi meningkatkan daya saing dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia," pungkas Lousiana.
Usai training yang berlangsung satu hari itu, setiap peserta yang diwajibkan membuat berita dengan jumlah 150 kata dalam 5-10 menit ini, mendapatkan sertifikat pelatihan jurnalistik dari PPWI Nasional. (ADI/NJK/Red)
Mung Pujanarko-Membangun Positivity, Pelatihan Jurnalistik Warga, Pendidikan, Warta PPWI-65 Views
KOPI, Jakarta – Sejumlah 20 peserta pelatihan quick news dari Jasa Raharja terlihat sudah memadati arena auditorium lantai 4, Gedung Jasa Raharja, di bilangan Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, hari Sabtu (01/10/2022). Para peserta ini berlatih membuat berita cepat dengan teori 5W dan 1H.
Hadir sebagai narasumber Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI), Wilson Lalengke, dan Dosen FIKOM Universitas Jayabaya, Mung Pujanarko. Dalam paparannya, Wilson Lalengke menyatakan bahwa siapa yang menguasai informasi maka dia menguasai dunia.
“Untuk Jasa Raharja, saya berharap bapak dan ibu yang hadir ini mampu menyajikan informasi yang cepat, tepat dan akurat, nanti akan dibimbing oleh instruktur dari PPWI,” ujar alumni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012 itu.
Dalam acara ini salah seorang peserta, yakni Dr. Anandha, mengatakan bahwa induktif dan deduktif dalam membuat berita harus terlebih dahulu dikuasai oleh para peserta.
Untuk itu Mung Pujanarko selaku instruktur quick news menyatakan bahwa sebaiknya peserta harus mulai memaksa diri untuk mampu menuangkan berita 5W dan 1H secara faktual dan aktual agar bisa membuat quick news secara akurat.
“Saya menyarankan agar peserta memanfaatkan waktunya dalam pelatihan ini secara sesingkat-singkatnya membuat quick news,” ujar Mung Pujanarko. (*)
Karawang - Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (Ketum PPWI), Wilson Lalengke, S.Pd, M.Sc, MA, menekankan pentingnya setiap warga masyarakat melibatkan diri dalam kerja-kerja jurnalistik. Namun demikian, menjalankan kegiatan jurnalisme tidaklah dimaksudkan agar kita meninggalkan pekerjaan utama dan beralih menjadi wartawan yang sehari-harinya melulu mencari dan mempublikasikan berita.
Hal tersebut disampaikan Wilson Lalengke saat memberikan materi Jurnalisme Warga bagi peserta Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Jurnalistik yang berasal dari kalagan pekerja atau buruh di Kabupaten Karawang, Kamis, 29 September 2022. Acara diklat itu diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Cabang Federasi Serikat Pekerja Logam Elektrik dan Mesin Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (DPC FPS LEM SPSI) Karawang bekerjasama dengan PPWI.
"Saat ini, dengan dukungan media yang disediakan oleh jaringan internet berupa media online yang hampir tidak terbatas, setiap warga masyarakat semestinya masuk ke dalam lingkup kerja-kerja jurnalisme. Tapi bukan berarti, para peserta diklat harus meninggalkan pekerjaan utama yang digeluti selama ini kemudian masuk menjadi wartawan yang sehari-harinya cari berita. Kita memanfaatkan dunia jurnalistik itu untuk meningkatkan performa pekerjaan, usaha, bisnis, dan perjuangan kita, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama," jelas alumni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012 ini dalam bagian materinya tentang Jurnalisme dan Pewarta Warga.
Wilson Lalengke yang tampil di sesi pertama itu menguraikan secara sederhana terkait bagaimana media massa dapat mempengaruhi dan bahkan menciptakan sesuatu. Lulusan pasca sarjana dari tiga universitas bergengsi di Eropa itu (Birmingham University, Inggris; Utrecht University, Belanda; dan Linkoping University, Swedia - red) menggunakan contoh-contoh dan ilustrasi yang mudah dipahami peserta.
"Pemberitaan di media massa pasti akan selalu diwarnai oleh framing atau sisi pemberitaan tertentu yang tujuan utamanya adalah untuk menggiring pemikiran pembaca, pendengar, dan pemirsa kepada sesuatu yang diinginkan pembuat berita atau penyebar informasi. Contohnya, selama 30 tahun lebih, Pemerintah Orde Baru mengisi konten media massa saat itu dengan informasi utama tentang padi, beras, dan nasi. Semua isi media massa, seperti televisi, koran, radio, dari bangun pagi ke bangun pagi berikutnya, semuanya pasti terkait dengan sawah, padi, beras, dan nasi sebagai makanan utama. Alhamdulillah, hasilnya Indonesia bisa surplus beras kala itu. Namun dampaknya, seluruh rakyat Indonesia, yang awalnya makan berbagai macam makanan sesuai daerah dan tradisinya, sekarang merasa belum makan jika belum makan nasi. Orang Papua yang dulunya terbiasa makan umbi-umbian dan sagu, sekarang dianggap kelaparan jika tidak ada beras di sana, sementara umbi dan sagu melimpah di daerahnya," jelasnya panjang lebar.
Selain memberikan pemahaman tentang kekuatan media yang selalu digunakan untuk merekayasa situasi dan kondisi sosial masyarakat, Wilson Lalengke juga mengingatkan pentingnya mencari informasi sekomprehensif atau selengkap-lengkapnya tentang sesuatu hal sebelum mengambil kesimpulan atas sesuatu hal itu. Kesalahan dalam menarik kesimpulan atas sebuah berita berakibat kepada kesalahan bersikap yang pada akhirnya melakukan tindakan yang salah juga. Keadaan ini dia gambarkan melalui ilustrasi sebuah foto yang dipotong menjadi 3 bagian yang dapat berdiri sendiri-sendiri.
"Ketika kita sambungkan ketiga potongan foto ini, maka kita akhirnya paham apa sesuangguhnya yang digambarkan pada foto tersebut. Demikianlah saat menerima sebuah informasi, sebaiknya jangan segera percaya dan langsung menyimpulkan, tetapi alangkah baiknya kita kumpulkan sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber tentang suatu hal atau masalah atau kejadian. Saat sudah terkumpul banyak informasi, kita pasti akan bisa mengambil kesimpulan yang lebih tepat dan benar, sehingga sikap dan tindakan yang mengikutnya juga akan tepat dan benar," beber Wilson Lalengke yang sudah melatih ribuan anggota TNI/Polri, PNS, Guru, mahasiswa, ormas, LSM, wartawan dan masyarakat umum di bidang jurnalsitik ini.
Pada akhir pemaparannya, mantan guru SMA Plus Provinsi Riau dan SMK Negeri 2 Pekanbaru itu mengajak semua peserta untuk giat belajar dan berlatih jurnalistik, baik menulis maupun fotografi dan membuat video, dengan berbagai obyek dan peristiwa di lingkungan masing-masing setiap saat. Dengan selalu berlatih menulis, kata Wilson Lalengke, kita pasti menjadi penulis handal suatu saat nanti.
"Tidak ada seorangpun penulis yang langsung hebat tanpa melalui proses panjang dan penulisan yang berulang ratusan bahkan ribuan kali menulis. Hal-hal sederhana, seperti kegiatan di tempat kerja, di kantor, di lingkungan rumah, di tempat demo, atau di jalanan dapat menjadi obyek tulisan. Jika dikemas dengan tehnik menulis yang baik, pasti akan menarik untuk dibaca atau ditonton orang lain," tutur Wilson Lalengke menjelang mengakhiri presentasenya.
Materi selanjutnya adalah Tehnik Menulis Cepat berbasis Quick News System yang disajikan oleh Mung Pujanarko, S.Sos, M.I.Kom (Ketua I DPN PPWI, Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) Universitas Jayabaya Jakarta - red).
Meteri ini membahas dan dan langsung praktek membuat tulisan dengan pola belanja informasi untuk mendapatkan data tentang Who doing What, When, Where, Why dan How. Melalui teknik menulis Quick News, setiap pewarta warga, juga wartawan pro., dalam menghasilkan tulisan berita dalam waktu singkat, hanya 5-10 menit, dengan jumlah kata minimal 150 kata, komplit informasinya berisi 5W+1H. (APL/Red)