cari kata

Sabtu, 26 Agustus 2017

Haidar Siswa SMAN 1 Bekasi Anti Konten Negatif

 Haidar, begitulah cowok ganteng asal SMAN 1 Bekasi ini disapa.



Ditemui di tengah acara pelatihan Jurnalistik untuk siswa SMU dan SMP yang berlangsung selama 1 (satu) hari di Hotel Amaris, Bekasi, Sabtu (26/8), Haidar menyatakan sikapnya yang anti terhadap konten negatif.

Haidar menyatakan bahwa konten negatif sangat merugikan anak muda, terutama para pengguna gadget.



Karena konten negatif merusak psikis anak muda dan juga bisa berujung ke ranah hukum.

Untuk itu Haidar yang juga seorang blogger ini ingin mengembangkan ilmunya di bidang tulis menulis konten.

Dibuktikan dengan blog Raafi Haidar yang berisi tulisan essai miliknya.

“Essai saya suka menulisnya, karena sangat bermanfaat dan positif tentunya,” Haidar menjelaskan mengapa dia memiliki media blog untuk menyalurkan tulisannya.

Haidar yang duduk di bangku kelas XI SMA ini juga mengaku dirinya ingin menjadi seorang abdi negara.

Untuk itu dia rajin mengikuti aneka event yang menambah wawasan.

Nara sumber dalam pelatihan ini yakni Mung Pujanarko (43) menyatakan bangga terhadap sosok seperti Haidar yang suka dan rajin untuk mengunggah konten positif, serta anti terhadap konten negatif.


“Saya ingin agar anak muda lebih menghargai waktu luang dengan menulis konten positif,” pungkas Mung Pujanarko selaku nara sumber. (*)

23 Orang siswa SMP dan SMA Bekasi Belajar Quick News



Sebanyak 23 orang siswa SMP dan SMA di Bekasi mengikuti pelatihan Jurnalistik dasar. Pelatihan ini digelar pada hari Sabtu (26/8) bertempat di Hotel Amaris, Bekasi Jawa Barat.

Dalam pelatihan hadir pula ketua Kadin Jawa Barat Agung Suryamal.

Para peserta yang rata-rata masih berusia remaja ini terlihat sangat antusias dalam pelatihan ini.

Salah seorang peserta yakni Haidar (16) menyatakan bahwa dirinya tertarik dengan tema pelatihan jurnalistik.

Sementara itu  Ami (20) seorang peserta dari mahasiswa Universitas Muhammadiyah, Jakarta menyatakan bahwa dirinya juga ingin menambah wawasan.

Senada dengan Ami yakni Nanda yang sama-sama ingin juga belajar tentang ilmu jurnalistik.




Nara sumber pelatihan ini yakni Mung Pujanarko menyatakan bahwa untuk menjadi penulis atau wartawan, yang penting adalah kemauan serta sesuai dengan fakta dan data.

Pihak panitia dalam pelatihan ini sangat mengharapkan bahwa ilmu jurnalistik bisa dipraktikkan dengan mudah.


“Saya ingin agar peserta mudah membuat tulisan berita secara cepat tepat dan akurat,” ujar Sugiatmico selaku panitia. (*)

Senin, 21 Agustus 2017

Wisata itu Membaca

Bagi saya... ini bagi saya pribadi lho yah.
Mungkin juga tidak cocok bagi orang lain.

Bagi saya wisata itu sama dengan saya membaca.

Saat Wisata saya upayakan untuk tekun membaca atau menelaah segala pengalaman saat berwisata.





Mulai dari proses perencanaannya, perjalanannya dan sampai di tempat tujuan wisata itu.

Kemudian  5W dan 1 H  di tempat wisata itu pun saya 'baca' sebisanya.

Semuanya bagi saya ibarat membaca.

Setelah 'membaca' setiap moment yang saya jalani saat berwisata, Sedapat mungkin  saya menyerapnya dalam otak yang terbatas ini.

Kemudian berusaha menuangkan kembali ke dalam sebuah tulisan.

Namun namanya kendala memori mungkin kapasitas memori lah yang harusnya dipertajam ,agar bisa menangkap segala moment penting dalam wisata kemudian menuangkannya ke dalam tulisan lengkap dengan fotonya dan 5 W 1 H-nya.

Tulisan wisata ibaratnya kenangan yang terekam di dalam blog plus foto dan kalau ada video.

Jadi kalau kata orang adalah : "Sebelum Anda jadi penulis ataupun jadi jurnalis yang penting terlebih dahulu banyak membaca atau iqra, "

Saya berpendapat bahwa saat perjalanan hidup kita inilah sejatinya adalah membaca.

Saat momen demi moment hidup ini adalah 'membaca'.

Apalagi saat kita melakukan trip atau perjalanan wisata dalam hidup kita, saat itu pula adalah 'membaca'.

Setelah membaca maka tuliskanlah agar dibaca oleh orang lain.

Hal ini sudah membuat wisata menjadi lebih bermakna ☺☺☺☺☺

Minggu, 06 Agustus 2017

Moment Unik



Saya ingin mengenang moment selfie saya di atas.

Ketika saya perhatikan....ada 2 orb di atas....dan di belakang di tangga ada sedikit glare photo.

Orang matrialis pasti hanya menganggap hal itu adalah fenomena glare light biasa sebagai fenomena fisika photo.

Saya juga berpikir fisika.

Hanya saja saya ingat bahwa bukankah ada kehidupan lain ciptaan Tuhan YME yang bukan hanya ada di alam dimensi keempat (ruang 3D plus waktu) tempat manusia hidup.

Apakah saya percaya bahwa Tuhan YME menciptakan makhluk selain manusia yaitu makhluk jin (artinya tersembunyi) dan malaikat?

Jawaban saya tegas dan tanpa malu- malu saya mengatakan : Ya saya percaya dan yakin Tuhan Yang Maha Esa menciptakan jin dan malaikat.


Saya juga percaya bahwa Tuhan YME menciptakan 7 langit.
Itu saja.

(*)

Jumat, 28 Juli 2017

Pelatihan Menulis Berita Cepat (quick news) untuk Warga Cijantung




Bertempat di sebuah ruang kelas di dekat kawasan Mall Cijantung, Jakarta Timur hadir sekitar 19 orang peserta yang berminat untuk mengikuti pelatihan penulisan berita cepat (quick news).

Pelatihan penulisan berita cepat ini digelar pada hari Jumat (28/7).

Dalam pelatihan ini peserta antusias untuk ingin segera bisa menulis berita secara cepat, tepat dan akurat.

Salah seorang peserta bernama Monang (24) menyatakan bahwa dirinya ingin cepat bisa menulis berita secara quick news.

“Saya ingin memahami materi penulisan berita cepat ini, agar saya bisa menulis berita secara cepat dan tepat,” ujar Monang, di Mall Cijantung, Jumat, (27/8).

Sementara rekan lainnya bernama Iwan (25) memaparkan pula bahwa dirinya ingin juga memperoleh ilmu menulis secara mudah dan cepat.

“Saya juga ingin bisa menulis secara cepat ,” imbuh Iwan, sungguh-sungguh.

Sedangkan seorang peserta bernama Soni yang pernah mengikuti pelatihan ini berkata, dirinya ingin lebih memantapkan skill (keahlian) menulis.

Nara sumber dalam pelatihan yang berlangsung lancar dan semarak ini yakni Mung Pujanarko (43) yang menyatakan bahwa yang penting adalah peserta bisa mulai menulis tanpa rasa takut salah, ragu-ragu atau juga hambatan dalam diri yang lain.

“Peserta harus mantap dalam menulis,jangan takut salah...yang penting mulai saja dulu,” ujar Mung Pujanarko selaku nara sumber. (*)

Minggu, 23 Juli 2017

Pengurus DPD PPWI Jabar Rapat Persiapan Seminar

Sembilan orang anggota pengurus DPD PPWI Jawa Barat melakukan rapat persiapan Seminar Jurnalistik.

Rapat ini dilakukan di resto Warung Teko, Mall Summarecon, Bekasi Barat, hari Minggu 23/7.

Sugiatmico selaku ketua DPD PPWI Jabar menyatakan bahwa rapat ini bertujuan untuk koordinasi mempersiapkan kegiatan seminar dan workshop jurnalistik tingkat pelajar.

"Kami ingin mengadakan seminar dan workshop jurnalistik untuk para remaja terutama awalnya pelajar di Bekasi, dalam materi yang hendak kami sampaikan adalah bertema cara cerdas menangkal ujaran kebencian, dan menangkal berita hoax," terang Sugiatmico selaku ketua DPD PPWI Jabar, Minggu (24/7).

Sedangkan menurut Andriani selaku peserta rapat sekaligus Wakil Ketua DPD PPWI Jabar menyatakan bahwa dengan program pelatihan ini nantinya remaja diharapkan mampu berbahasa verbal yang baik, tidak mudah melakukan kekerasan verbal, dan membully dengan kata-kata.

Karena akan dilatih membuat informasi news yang baik. Mengaplikasikan bahasa tutur menjadi bahasa tulis yang baik dan benar.

"Serta dapat mengetahui, memilah berita itu hoax atau bukan, dan pada akhirnya mampu menyampaikan berita secara baik," ungkap Andriani dalam rapat tersebut.

Hadir dalam rapat ini Mung Pujanarko selaku narasumber untuk
melatih bagaimana cara membuat quick news atau berita cepat.

Karena dalam kesempatan rapat ini juga diberikan materi teknis pelatihan membuat berita cepat-tepat, untuk semua pengurus DPD PPWI Jabar.(*)



Minggu, 25 Juni 2017

Media Online Ciri Demokrasi



Kalau orang melek demokrasi, pasti dia sadar bahwa tumbuh berkembangnya media online di tengah masyarakat sebuah wilayah negara adalah merupakan salah satu ciri demokrasi yang sehat di dalam rakyatnya.

Jika sebaliknya, maka kita bisa melihat contoh nasib warga Korea Utara yang warga rakyatnya tidak bebas menggunakan media internet, tidak bebas bersuara di media online dan bahkan tidak bebas ber-medsos, karena media online di Korea Utara dikendalikan oleh rezim negara itu.

Buktinya apa mas ? ya ketik saja kata kunci 'north korean media censorship' di google dan silahkan dibaca sendiri.

Lha wong seorang mahasiswa Amerika bernama Otto W. yang jadi turis di Korea Utara yang iseng mengambil leaflet propaganda, saja ditangkap, -ditahan lama, hingga menderita koma saat dipulangkan-, kemudian meninggal kok

Jika ada orang yang ingin agar kebebasan bermedia online kembali dikontrol mirip ketika rezim orde baru mengontrol media, maka orang itu mungkin belum pernah ke Amerika Serikat dan negara maju lainnya untuk melihat demokrasi yang berjalan baik, dan menjamin kemerdekaan hak berserikat dan mengeluarkan pendapat.

Terus ada sebagian dari diri saya yang bilang, mencerca dengan penasaran :"Tapi mas rakyat kita yang kebanyakan masih dunia ketiga --(saya tidak menyebut dengan miskin dan bodoh) ini belum siap demokrasi bebas ala Amerika apalagi ala negara maju, ingat mas kita ini dunia ketiga, ulangi : Dunia Ketiga (Third World Country), sebuah kenyataan yang harus dihayati, disadari, ditelan, dan diterima secara bersama-sama..."

"yaaa...dipikir sendiri dulu gimana baiknya toh kebebasan bersuara dan berpendapat sudah diatur dalam UU yang berlaku" jawab saya sendiri, lagi ☺

Jawaban pol yang paling mantep yang bisa saya pikirkan sekarang adalah : "Kita kembalikan saja pada Ideologi Pancasila Yang Sakti, beres kan.. jawab saya lagi dengan tenang pada diri sendiri juga, bukan pada orang lain ☺

Media Online yang saya Ibaratkan

Media online dotcom atau berbasis internet membuat masyarakat makin mudah mengakses aneka informasi di  dunia ini.

Tak heran, media online berlomba-lomba untuk meraih ranking tinggi di dunia persaingan media di dunia internet.

Ranking media online bisa dilihat melalui alexa.com, tinggal ketik nama media onlinenya dan lihat rankingnya baik secara nasional atau global.

Ibaratnya, -ini sebuah perumpamaan yang saya bayangkan- : Media online ini ibarat pohon-pohon yang menyajikan aneka buah segar yang siap disantap, sementara para pengguna media online internet ibaratnya adalah burung-burung  yang terbang di angkasa dan melihat-lihat buah ranum yang tersedia di pohon-pohon yang banyak jumlahnya.

Jumlah pengguna internet di Indonesia juga disebut-sebut di kisaran antara 63 juta jiwa menurut situs kominfo di sini  

Ø  Jumlah Pengguna Internet sebanyak itu adalah potensial orang yang bisa melihat aneka iklan dan informasi yang disajikan media online pada umumnya.

Karena itu untuk mempertahankan rankingnya yang tinggi,  maka media media online besar dan ternama ibaratnya makin memperbanyak buah ranum segar di pohonnya agar burung-burung mau ‘memakan’ buah itu.

-Saya Ibaratkan bahwa media Online yang besar adalah mirip pohon besar yang buah informasinya banyak sekali, dan berbuah lebat tiap hari.

-Saya Ibaratkan para peselancar di internet adalah burung-burung yang hendak mencari buah informasi.

-Saya ibaratkan pula bahwa burung-buring ini ada yang langsung mendatangi pohon besar yang buahnya banyak dan lebat karena dengan sebuah pohon saja dia bisa menikmati aneka  buah informasi.

-Saya ibaratkan, ada burung-burung yang mencari buah informasi ini tidak langsung menuju ke sebuah pohon inforamsi, namun terlebih dahulu dipandu atau di-guide oleh mesin pencari atau search engine.

-Saya ibaratkan mesin pencari sperti google adalah  sebuah stasiun angkasa tempat burung-burung biasa menuju terlebih dahulu untuk mencari buah tertentu yang dibutuhkannya.

Untuk itu maka pohon-pohon media online ini seringkali menggunakan teknik SEO (Search Engine Optimalization) agar 'buah informasinya' mudah dikenali oleh sebuah 'stasiun  mesin pencari' yang membantu burung-burung mencari buah yang spesifik.

Tidak Hanya Pohon Besar saja yang Dihinggapi Burung.

Hal ini tentu disambut baik dalam dunia jurnalistik, karena dengan begitu maka makin banyak jurnalis memperoleh kesempatan untuk mengasah ketrampilan jurnalistiknya dengan bekerja di media online yang  ada.

Sedangkan media online menengah dan kecil juga mungkin untuk rankingnya naik merambat ke atas, dengan syarat-syarat umum yakni kreatif dan inovatif.

Di dunia internet ini tidak hanya pohon besar yang buahnya banyak saja yang sering dihinggapi burung.

Namun juga ada pohon-pohon sedang dan kecil yang buahnya manis, serta mungkin buah infonya sangat spesifik, dan mungkin juga buah infonya tidak senada dalam menggiring opini  publik - apalagi buahnya sudah tercemar untuk kepentingan politik sang konglomerat pemilik pohon media besar itu.

Maka pohon independen yang tak besar itu juga akan 'dihinggapi’ oleh 'para burung' pengakses informasi di internet.

Hanya saja hindari berita hoax atau berita bohong yang tak didukung fakta dan data yang jelas.

Karena 'burung-burung' pun juga akan curiga dan enggan hinggap lagi jika buahnya ternyata plastik dan bohongan bukan buah beneran.

Salam jurnalistik, teruslah menulis dan menuangkan fakta, data serta opini dan pikiran kita semua, karena sebenarnya jika kita membagi pengetahuan maka, akan makin bertambah pengetahuan kita secara alamiah. 

Alangkah ruginya orang yang menyembunyikan ide pengetahuannya, kalau hanya ide pengetahuan itu dibawa masuk ke liang kubur, untuk apa?

Karena pengertahuan itu bukan milik kita sebagai manusia biasa. (*)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons