cari kata

Kamis, 14 September 2017

20 Aparatur Dinas Tenaga Kerja kab Bekasi ikuti Pelatihan Bahasa Inggris



Sebanyak 20 (duapuluh) orang aparatur  Dinas Tenaga Kerja, Kabupaten Bekasi, mengikuti Pelatihan Bahasa Inggris.
Pelatihan ini diadakan di Hotel Kamojang Green, Garut, Jawa Barat, pada hari Kamis (14/9).
Dalam pelatihan ini para peserta diharapkan mampu memiliki skill atau keahlian berkomunikasi secara verbal yakni secara lisan dan tulisan dalam bahasa Inggris.
Menurut pihak panitia pelatihan yakni Aji (45) menyatakan bahwa hasil akhir yang diharapkan adalah kemampuan berbahasa Inggris para aparatur terutama ketika ada tamu asing yang datang.
“Jika nanti ada tamu asing yang datang ke lingkungan Dinas Tenaga Kerja, maka bisa dilayani berkomunikasi dengan bahasa Inggris,” jelas Aji.
Sementara itu menurut salah seorang peserta yakni Zainul (26) menyatakan bahwa dirinya ingin bisa menguasai skill bahasa Inggris dengan baik.
“Saya ingin bisa bercakap-cakap atau conversation dalam bahasa Inggris,” ujar Zainul.
Nara sumber dalam pelatihan ini yakni Mung Pujanarko menyatakan pula bahwa kemampuan berkomunikasi bahasa Inggris dan bahasa Indonesia haruslah selaras dan sejalan.

“Karena kemampuan berbahasa verbal baik dalam bahasa asing dan bahasa Indonesia menjadi nilai tambah yang positif untuk pembinaan para aparatur negara,” pungkas Mung Pujanarko atau akrab dipanggil Imung itu .(*) 

Senin, 11 September 2017

Pengalaman Menggunakan Medsos



Tulisan ini saya ketik, ketika sedang menunggu jadwal masuk kelas. Biasanya waktu luang 10-15 menit saya isi dengan membaca atau menulis.

Inipun adalah jurnal saya pribadi, karena saya yakin bahwa tulisan-tulisan saya, bila saya baca ulang kelak akan menyegarkan ingatan saya kembali.

Saya berusaha mengingat-ingat kembali  pengalaman saya memakai media sosial (medsos).

Media sosial tidak banyak saya gunakan.

Akun FB (facebook) saya tidak punya.
Akun Twitter, saya punya, namun tidak aktif.

Akun Whatsapp punya, karena memang untuk mempermudah berkomunikasi seputar pekerjaan.

Saya lebih suka memilih bentuk media seperti whatsapp obrolan kelompok, karena homogenitas kesamaan dan ikatan primordial sesama anggota kelompok / grup yang saya anggap cocok bagi saya (subyektif).

Saya mengikuti beberapa grup whatsapp diantaranya grup alumni smp, alumni sma hingga alumni di bangku universitas.

Semuanya memiliki kesamaan ikatan primordial.

Juga ada grup w.a yang saya ikuti karena selera humor yang relatif sama, kesamaan minat.

Ada yang unik ketika  saya ikut dalam grup obrolan atau dikatakan grup komunikasi antar anggota yang ada di beberapa grup.

Di grup obrolan kelompok ada pengguna yang cenderung diam yang biasa dinamakan 'silent reader'.

Ada juga yang biasa mengunggah atau memposting teks, gambar serta video.

Posting yang biasa diunggah adalah seputar informasi umum seputar lowongan, dll.

Bisa juga informasi yang lucu-lucu atau humor.

Namun, memang komunikasi tulis ini merupakan ketrampilan yang sejatinya tidak semua orang pandai menguasainya.

Masyarakat sejak sewindu belakangan ini mulai asyik menggunakan bentuk  komunikasi verbal secara tertulis untuk mengekspresikan perasaan dan mengekspresikan pesan.

Komunikasi tulis ini menurut saya memiliki kekurangan dan kelebihan.

Komunikasi tertulis yang kini banyak digunakan masyarakat luas secara intens untuk mengobrol dan berkomunikasi dalam grup, saat berkomunikasi interaktif dengan dua, tiga empat dan lebih orang sekaligus  tidak ditunjang dengan komunikasi non verbal seperti gesture atau bahasa tubuh.

Komunikasi lebih efektif apabila ada dua unsur :

- Komunikasi verbal  
 -Komunikasi non verbal

Mimik wajah gerak tubuh sebagai bentuk komunikasi non verbal amat menunjang komunikasi verbal. 

Jadi ketika komunikator mengucapkan kata yang diiringi dengan gesture akan lebih efektif ditangkap oleh komunikan secara sirkuler timbal balik.

Namun dalam komunikasi kelompok antar pengguna aplikasi ngobrol atau chat, kurangnya emoticon yang tersedia menjadi kekurangan aplikasi komunikasi kelompok.

Kekurangan varian emoticon ini terkadang kerap kendala tersendiri. 

Jika mengobrol langsung, manusia biasa menggunakan bahasa tubuh seperti gerak, dan mimik untuk melancarkan isi pesan.

Namun dalam bentuk komunikasi tertulis yang diketikkan dengan bahasa tulis, tak jarang ada yang saling tersinggung ketika bahasa ucap berusaha seketika dirubah menjadi bahasa tutur tulisan, yang kekurangan makna gesture (non verbal) di dalamnya.

Berkomunikasi dengan tulisan (teks) tanpa menggunakan bantuan mimik wajah, intonasi, atau bahasa tubuh seperti halnya gerakan, memang tidak semudah seketika merubah bahasa ucapan lisan, seketika dalam bahasa tutur tulisan.

Kekurangannya ada pada 'sense', ada  'rasa' pada makna unik yang hanya bisa didapat ketika seseorang menggunakan bahasa verbal dan non verbal secara saling menunjang.

Maka kadang dalam pola komunikasi yang dituangkan dalam teks terutama ada medsos chat atau pada media teks interaktif, seringkali kehilangan rasa makna yang hendak disiratkan.

Karena tidak semua yang hendak ingin disiratkan bisa tersuratkan.

Tidak semua yang dapat tersirat dalam bentuk komunikasi langsung tatap muka secara langsung bisa seketika disuratkan. 

Untuk itulah jaman dahulu ada ilmu surat menyurat guna menyusun surat.

Siratan pesan dalam tulisan verbal dan non tulisan (non verbal) bisa berbeda maknanya seperti halnya pada yang tersurat. 

Bahasa tutur dengan makna yang lebih kekinian dengan banyak varian intonasi dan varian idiom akan lebih sulit untuk seketika dirubah menjadi bahasa tulis.

Meski tidak mutlak, melainkan relatif namun bentuk perubahan seketika atau dipaksa-nya bentuk bahasa ucap populer yang seketika diubah menjadi bahasa tulis,  ini banyak membuat miskomunikasi dalam sebuah obrolan di dalam kelompok.

Maka itu banyak orang (lebih banyak) yang memilih menjadi 'silent reader' atau pembaca diam dan tidak ikut jenjang obrolan karena enggan untuk berpikir dan menimbang beberapa unsur : unsur kepatutan/ kesopanan, juga unsur tenggang rasa, takut salah persepsi dalam menyusun kalimat, guna menyusun pesan yang tersurat.

Ketrampilan tulisan ini memang seyogianya dilatih dengan seringnya mengungkapkan ekpresi pesan melalui tulisan, sehingga berkomunikasi via tulisan akan menjadi hal yang mudah.

Belum lagi ketika perasaan emosi yang berbeda antara individu dalam menanggapi atau menerjemahkan isi pesan tulisan.

Dalam memahami perasaan ini akan lebih mudah saling memahami ketika komunikasi ditunjang dengan tatap muka langsung, menggunakan bahasa non verbal.

Namun demikian satu dekade belakangan ini masyarakat harusnya menjadi lebih pandai menggunakan bahasa tulis sebagai kebiasaan, karena lebih banyak membaca teks yang bersliweran di medsos. (*)





Sabtu, 26 Agustus 2017

Windy Guru SMP Terpadu Widya Duta yang Gemar Menulis


Hijab hijau pupus yang dikenakan Windy seorang guru SMP Widya Duta terlihat serasi dengan balutan busana yang dikenakannya, saat dia mengikuti pelatihan Jurnalistik di Hotel Amaris, Bekasi, Sabtu (26/7).

Dalam pelatihan jurnalistik itu Windy terlihat sangat serius dan tekun menyimak uraian nara sumber diklat yakni Mung Pujanarko.

Saking tertarik dengan ilmu yang diberikan tentang quick news, Windy bertanya secara detail tentang berita hoax yang marak bersliweran di dunia media sosial.

“Saya hendak bertanya bagaimana cara menangkal berita hoax yang sudah terlanjur muncul di media sosial, seperti halnya berita hoax garam bercampur kaca, yang ternyata adalah kebohongan ?,” tanya Windy dengan nada penasaran.

Atas pertanyaan tersebut, Mung Pujanarko selaku nara sumber menjawab bahwa ketika kita menjadi korban berita hoax, maka segeralah meng-counter atau menangkal berita hoax tersebut dengan berita quick news yang disajikan dengan fakta dan data, kemudian  sanggahan itu kita sebar luaskan untuk menangkal hoax yang telah muncul.

“ Maka itukita harus rajin dan tidak malas untuk menulis berita secara tepat, cepat dan akurat,” tutur Mung Pujanarko.

Di penghujung acara diklat Windy juga berkesempatan untuk praktik membuat blog serta mengunggah konten blog secara cepat. (*)

Haidar Siswa SMAN 1 Bekasi Anti Konten Negatif

 Haidar, begitulah cowok ganteng asal SMAN 1 Bekasi ini disapa.



Ditemui di tengah acara pelatihan Jurnalistik untuk siswa SMU dan SMP yang berlangsung selama 1 (satu) hari di Hotel Amaris, Bekasi, Sabtu (26/8), Haidar menyatakan sikapnya yang anti terhadap konten negatif.

Haidar menyatakan bahwa konten negatif sangat merugikan anak muda, terutama para pengguna gadget.



Karena konten negatif merusak psikis anak muda dan juga bisa berujung ke ranah hukum.

Untuk itu Haidar yang juga seorang blogger ini ingin mengembangkan ilmunya di bidang tulis menulis konten.

Dibuktikan dengan blog Raafi Haidar yang berisi tulisan essai miliknya.

“Essai saya suka menulisnya, karena sangat bermanfaat dan positif tentunya,” Haidar menjelaskan mengapa dia memiliki media blog untuk menyalurkan tulisannya.

Haidar yang duduk di bangku kelas XI SMA ini juga mengaku dirinya ingin menjadi seorang abdi negara.

Untuk itu dia rajin mengikuti aneka event yang menambah wawasan.

Nara sumber dalam pelatihan ini yakni Mung Pujanarko (43) menyatakan bangga terhadap sosok seperti Haidar yang suka dan rajin untuk mengunggah konten positif, serta anti terhadap konten negatif.


“Saya ingin agar anak muda lebih menghargai waktu luang dengan menulis konten positif,” pungkas Mung Pujanarko selaku nara sumber. (*)

23 Orang siswa SMP dan SMA Bekasi Belajar Quick News



Sebanyak 23 orang siswa SMP dan SMA di Bekasi mengikuti pelatihan Jurnalistik dasar. Pelatihan ini digelar pada hari Sabtu (26/8) bertempat di Hotel Amaris, Bekasi Jawa Barat.

Dalam pelatihan hadir pula ketua Kadin Jawa Barat Agung Suryamal.

Para peserta yang rata-rata masih berusia remaja ini terlihat sangat antusias dalam pelatihan ini.

Salah seorang peserta yakni Haidar (16) menyatakan bahwa dirinya tertarik dengan tema pelatihan jurnalistik.

Sementara itu  Ami (20) seorang peserta dari mahasiswa Universitas Muhammadiyah, Jakarta menyatakan bahwa dirinya juga ingin menambah wawasan.

Senada dengan Ami yakni Nanda yang sama-sama ingin juga belajar tentang ilmu jurnalistik.




Nara sumber pelatihan ini yakni Mung Pujanarko menyatakan bahwa untuk menjadi penulis atau wartawan, yang penting adalah kemauan serta sesuai dengan fakta dan data.

Pihak panitia dalam pelatihan ini sangat mengharapkan bahwa ilmu jurnalistik bisa dipraktikkan dengan mudah.


“Saya ingin agar peserta mudah membuat tulisan berita secara cepat tepat dan akurat,” ujar Sugiatmico selaku panitia. (*)

Senin, 21 Agustus 2017

Wisata itu Membaca

Bagi saya... ini bagi saya pribadi lho yah.
Mungkin juga tidak cocok bagi orang lain.

Bagi saya wisata itu sama dengan saya membaca.

Saat Wisata saya upayakan untuk tekun membaca atau menelaah segala pengalaman saat berwisata.





Mulai dari proses perencanaannya, perjalanannya dan sampai di tempat tujuan wisata itu.

Kemudian  5W dan 1 H  di tempat wisata itu pun saya 'baca' sebisanya.

Semuanya bagi saya ibarat membaca.

Setelah 'membaca' setiap moment yang saya jalani saat berwisata, Sedapat mungkin  saya menyerapnya dalam otak yang terbatas ini.

Kemudian berusaha menuangkan kembali ke dalam sebuah tulisan.

Namun namanya kendala memori mungkin kapasitas memori lah yang harusnya dipertajam ,agar bisa menangkap segala moment penting dalam wisata kemudian menuangkannya ke dalam tulisan lengkap dengan fotonya dan 5 W 1 H-nya.

Tulisan wisata ibaratnya kenangan yang terekam di dalam blog plus foto dan kalau ada video.

Jadi kalau kata orang adalah : "Sebelum Anda jadi penulis ataupun jadi jurnalis yang penting terlebih dahulu banyak membaca atau iqra, "

Saya berpendapat bahwa saat perjalanan hidup kita inilah sejatinya adalah membaca.

Saat momen demi moment hidup ini adalah 'membaca'.

Apalagi saat kita melakukan trip atau perjalanan wisata dalam hidup kita, saat itu pula adalah 'membaca'.

Setelah membaca maka tuliskanlah agar dibaca oleh orang lain.

Hal ini sudah membuat wisata menjadi lebih bermakna ☺☺☺☺☺

Minggu, 06 Agustus 2017

Moment Unik



Saya ingin mengenang moment selfie saya di atas.

Ketika saya perhatikan....ada 2 orb di atas....dan di belakang di tangga ada sedikit glare photo.

Orang matrialis pasti hanya menganggap hal itu adalah fenomena glare light biasa sebagai fenomena fisika photo.

Saya juga berpikir fisika.

Hanya saja saya ingat bahwa bukankah ada kehidupan lain ciptaan Tuhan YME yang bukan hanya ada di alam dimensi keempat (ruang 3D plus waktu) tempat manusia hidup.

Apakah saya percaya bahwa Tuhan YME menciptakan makhluk selain manusia yaitu makhluk jin (artinya tersembunyi) dan malaikat?

Jawaban saya tegas dan tanpa malu- malu saya mengatakan : Ya saya percaya dan yakin Tuhan Yang Maha Esa menciptakan jin dan malaikat.


Saya juga percaya bahwa Tuhan YME menciptakan 7 langit.
Itu saja.

(*)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons