cari kata

Selasa, 31 Oktober 2017

Konten tematik nan Menarik


Konten tematik dalam sebuah web site selalu menarik pengunjung, baik pengunjung langsung atau pengunjung web yang diarahkan oleh mesin pencari.

Di sisi lain konten tematik dalam sebuah web juga menguntungkan dan memudahkan pengguna atau pengunjung untuk mengeskplor semua konten yang senada (dalam satu tema ) di web site tersebut.

Dalam konten tematik, berbeda dengan konten general atau umum yang mirip hypermarket berita.

Konten tematik mirip sebuah spesial store yang memuat hanya tema-tema tertentu saja dengan kekhususan tertentu. Keuntungan bagi pengguna atau pengunjung adalah memudahkan mengeksplore semua konten yang infonya senada yang dia butuhkan.

Hanya saja penyusunan konten tematik tidaklah mudah. Karena konten itu harus konsisten dalam memuat tema tertentu, apapun temanya.

Konten tematik bisa menjadi rujukan para netizen (warganet) untuk mencari kebutuhan informasi akan konten yang khusus membahas sebuah tema. (*)

Jumat, 27 Oktober 2017

Bertemu dengan Kapal Pinisi di Muara Laut Lepas



Saya benar-benar terpesona ketika berpapasan dengan Kapal Pinisi yang melintas di muara ketika saya berkesempatan bepergian ke pelabuhan Amamapare, Timika, Papua beberapa waktu lalu.

Kapal Pinisi ini adalah bukti keahlian bidang pelayaran maritim nenek Moyang bangsa Indonesia.
Pinisi adalah kapal layar tradisional Indonesia yang  lazimnya memiliki dua tiang layar ( two masted sailing ship).

Pinisi  terutama dibangun di Sulawesi Selatan dan sebagian besar digunakan oleh orang Bugis Makassar.

Lambung kapal tampaknya mirip dengan kapal ‘dhow Arab’ sementara tali pengikat depan dan belakang mengingatkan pada sekunar bagian luar, meskipun mungkin lebih tepat disebut menyerupai 'kapal ketch', karena tiang depan lebih besar.

Pinisi bisa berukuran 20 sampai 35 meter dan berukuran berat 350 ton. Tiang kapal bisa mencapai 30 meter menjulang di atas dek.

Jenis Pinisi

Ada dua tipe umum Pinisi :

* Lamba atau lambo. Pinisi yang panjang dan ramping dibangun, memiliki buritan lurus. Pinisi jenis inilah yang saat ini masih bertahan dengan versi bermotornya.

* Palari. Pinisi yang lebih tua dengan lengkung buritan dan lunas.

Sejarah

Kapal Pinisi pertama disebut sebagai  "Pinas" yang yang menurut catatan sejarah dilihat di Nusantara oleh  V.O.C. yang berlayar ke Nusantara sekitar tahun 1600.

Jenis "kayu" modern 'Pinisi' berasal dari kerajinan tangan  yang telah digunakan di  Indonesia selama beberapa abad. Menurut beberapa sumber, tipe serupa sudah ada sebelum tahun 1500-an di Nusantara,  mirip seperti kapal 'Dhow Arab'.

Pinisi sebagai kerajinan lokal Indonesia di masa lalu sering menggunakan kemudi kembar, satu di setiap kuartal buritan.

Digunakan sebagai transportasi dan sebagai kapal kargo, kerajinan yang kita sebut 'Pinisi' (Pinissi, Pinisiq, atau Phinisi) yang banyak dieja secara tradisional dibangun di pantai, dimana kayu berasal dari hutan-hutan di Sulawesi dan Kalimantan, lalu diangkut ke lokasi pembuatan kapal.

Secara historis, ada beberapa ritual dan upacara tradisional yang menarik ketika saat membangun kapal Pinisi, dimulai dengan memilih pohon yang tepat untuk bagian-bagian penting dari struktur.

Sama seperti dengan bangunan kapal kayu tradisional di berbagai tempat lainnya, lazimnya berbagai ritual berlanjut sepanjang proses pembangunan untuk memulai dan memasang setiap tahap, seperti peletakan bagian-bagian penting dari setiap bagian kapal.

 Tradisi 'Pinisi'

Pembangun: Meskipun pembangun kerajinan ini biasanya tergabung dalam kategori masyarakat Bugis, ada empat sub-set kapal, dari pembuat kapal yang bisa dibedakan secara terpisah di Sulawesi Selatan (sesuai tulisan Horst Liebner).

Kelompok utama adalah Suku Konjo pesisir di ujung selatan Sulawesi Selatan (dari dekat kota Ara, Bira, dan Tanah Biru), Mandar Sulawesi Barat di utara Makassar, kemudian orang Bugis dari daerah dekat Wajo di pantai timur, Para pembuat kapal dari Teluk Bone (jurang tengah antara dua bagian Sulawesi), dan Pembuat kapal asal orang Makassar dari daerah sekitar kota Makassar.

Berdasar keterangan literatur, di antara kelompok-kelompok ini, Suku Konjo pesisir Sulawesi Selatan tampaknya memiliki peran utama dan paling berpengaruh sebagai pembangun kapal Pinisi.





(*)

Senin, 25 September 2017

Equinox di Candi Cangkuang

Equinox di candi Cangkuang merupakan fenomena alam tersendiri.
Equinox adalah salah satu fenomena astronomi di mana Matahari melintasi garis khatulistiwa. Secara periodik peristiwa Equinox berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu pada 21 Maret dan 23 September.

Saat equinox atau titik kulminasi Matahari tepat di atas Candi Cangkuang.

Saya mengalami fenomena equinox di Candi Cangkuang.




Unik Equinox di Candi Cangkuang











Kamis, 21 September 2017

Kawah Kamojang Geothermal

Masih di hari Kamis (14/9), saya berkesempatan mengunjungi kawasan pusat geothermal di Dataran Tinggi Kamojang, Garut, Jawa Barat.

Di kawasan Geo Thermal ini terdapat beberapa kawah, diantaranya adalah kawah Kereta Api, Kawah Hujan, dan kawah-kawah yang termasuk kawah Kamojang.

Kawah Kereta Api di geothermal park Kamojang ini merupakan kawah yang luar biasa karena menyemburkan uap panas setinggi hampir 30meter ke atas.

Uap panas ini menyembur kencang dengan suara semburan yang nyaring.


Pengunjung disarankan untuk tidak mendekati kawah Kereta Api di taman geo thermal Kamojang, karena selain uap panasnya bisa menyengat kulit, juga kencangya energi momentum semburan kawah Kereta Api di Kamojang geothermal park ini.



Keindahan Kamojang Hill Bridge

Pada hari Kamis (14/9) saya terpesona melihat keindahan Kamojang Hill Bridge, di kawasan dataran tinggi Kamojang, Garut, Jawa Barat.

Kamojang Hill Bridge ini sudah terlihat bentuknya yang khas dengan warna kuning menyala.

Letak strategis jembatan Kamojang Hill Bridge ini membuat jembatan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para traveller.







Jembatan berwarna kuning cerah ini membentang di atas ngarai Kamojang yang membentang di ketinggian.

Saya pun menyempatkan diri untuk sekadar berfoto selfie untuk kenang-kenangan perjalanan saya menyusuri dataran tinggi Kamojang.

Jembatan Kamojang Hill Bridge ini sungguh ikonik dan indah, karena letaknya di ketinggian kawasan Kamojang, Garut.





Candi Cangkuang di Leles, Garut

Pada tanggal 15 September 2017, hari Jumat, saya dan tiga rekan berkesempatan untuk mengunjungi candi Cangkuang.

Kebetulan setelah mengantar seorang rekan di Leles, Garut, saya dan tiga orang rekan yakni Mico (40), Akbar (25) dan Wina (25) kemudian pergi ke candi Cangkuang.

Letak candi Cangkuang ini di Leles, Garut, Jawa Barat.

Keunikannya adalah kita harus menggunakan rakit bambu untuk menyeberang ke 'pulau' Candi Cangkuang.


Karena letak Candi Cangkuang ini ada di seberang danau.

Candi Cangkuang ini dibangun pada abad ke -8 masehi.

Di dekat candi ini terhampar ratusan makam kuno.

Di dekat candi Cangkuang juga ada kampung adat bernama Kampung Pulo.

Keunikan Kampung Pulo ini adalah kampung ini terdapat beberapa larangan.



Diantaranya adalah : dilarang berziarah di hari Rabu, dilarang menambah jumlah kepala keluarga, dilarang memelihara hewan berkaki empat.


Cukup banyak wisatawan yang mengunjugi candi Cangkuang ini.



Sebagai peninggalan sejarah nusantara, maka tak ada salahnya berwisata ke candi ini.

Juga masyarakat sekitar turut melestarikan keberadaan candi ini.







Kamis, 14 September 2017

20 Aparatur Dinas Tenaga Kerja kab Bekasi ikuti Pelatihan Bahasa Inggris



Sebanyak 20 (duapuluh) orang aparatur  Dinas Tenaga Kerja, Kabupaten Bekasi, mengikuti Pelatihan Bahasa Inggris.
Pelatihan ini diadakan di Hotel Kamojang Green, Garut, Jawa Barat, pada hari Kamis (14/9).
Dalam pelatihan ini para peserta diharapkan mampu memiliki skill atau keahlian berkomunikasi secara verbal yakni secara lisan dan tulisan dalam bahasa Inggris.
Menurut pihak panitia pelatihan yakni Aji (45) menyatakan bahwa hasil akhir yang diharapkan adalah kemampuan berbahasa Inggris para aparatur terutama ketika ada tamu asing yang datang.
“Jika nanti ada tamu asing yang datang ke lingkungan Dinas Tenaga Kerja, maka bisa dilayani berkomunikasi dengan bahasa Inggris,” jelas Aji.
Sementara itu menurut salah seorang peserta yakni Zainul (26) menyatakan bahwa dirinya ingin bisa menguasai skill bahasa Inggris dengan baik.
“Saya ingin bisa bercakap-cakap atau conversation dalam bahasa Inggris,” ujar Zainul.
Nara sumber dalam pelatihan ini yakni Mung Pujanarko menyatakan pula bahwa kemampuan berkomunikasi bahasa Inggris dan bahasa Indonesia haruslah selaras dan sejalan.

“Karena kemampuan berbahasa verbal baik dalam bahasa asing dan bahasa Indonesia menjadi nilai tambah yang positif untuk pembinaan para aparatur negara,” pungkas Mung Pujanarko atau akrab dipanggil Imung itu .(*) 

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons