Bulan Juni 2017 adalah bulan terakhir majalah 'Hai' cetak terbit.
Mulai 1 Juni 2017 majalah cetak ini memutuskan tidak lagi naik cetak. Namun beralih ke platform online digital dengan laman hai.grid.id.
Mulai 1 Juni 2017 majalah cetak ini memutuskan tidak lagi naik cetak. Namun beralih ke platform online digital dengan laman hai.grid.id.
Saya pribadi ingin nostalgia sedikit bahwa saya pernah berlangganan majalah 'hai' ini saat masa pra remaja dan remaja sejak saat masih SD saya suka baca komik yang ada di dalam majalah hai antara lain :
- Trigan dengan tokohnya :Jano, Trigo, Bragg dalam Komik lukisan Don Lawrence
-Storm dan Si Rambut Merah
-Arad dan Maya
-Roel Dijkstra
-Rahan
-Prajurit Rogue, komik strip asyik tentang Prajurit benama Rogue yang punya micro chip di tubuhnya, ada pula temannya Bagman.
Saya ingat cerita Lupus-nya Hilman Hariwijaya juga di Hai.
Juga epik balada bersambung 'Balada Si Roy' yang karya Gola Gong. Khusus 'Balada Si Roy' ini sangat inspiratif, membuat saya juga terdorong menulis liputan travelling saya di blog ini sebisa saya saja, bukan fiksi.
Juga cerita "kiki dan komplotannya" karya Arswendo Atmowiloto.
Kemudian cerbung 'Imung Detektif Cilik' karya Arswendo Atmowiloto... lucu juga karena nama Imung ini mirip nama panggilan saya dari kecil hingga kini he he he :-)
... dan banyak lagi, hanya saja waktu SD itu sudah agak terlupa. Namun saya ingat ada beberapa komik strip dalam Hai yang saya ingat, semuanya bagus, seperti komik strip 'Coki si Pelukis Cepat'.
Saya juga ingat banyak kisah pejuang 45 dalam bentuk komik strip yang sangat heroik di majalah 'hai'.
Menginjak usia SMP sekira tahun 1986-1989, kalau majalah 'hai' sudah datang diantar loper koran ke rumah, saya selalu siapkan snack buatan sendiri dulu - kentang goreng-, caranya gampang cuci kentang, kupas kentangnya, iris peresegi panjang -goreng, makan pakai sambel 'selera', sambil baca 'hai' he he he...
....saat SMA tiba di th 1989- 1992 saya juga setia terus baca 'hai' terutama liputan musik luar negerinya yang 'leading' tanpa ada pesaing yang mengulas jagad musik baik nasional maupun musisi mancanegara.
Ulasan musik dalam Majalah 'Hai' adalah serius dan terdepan di jaman dulu itu, dan menjadi acuan untuk anak muda dalam mengembangkan bakat bermusik mereka.
Ya itulah sebatas kenangan jadul alias jaman dulu...
Kini Hai cetak mulai Bulan Juni 2017 majalah Hai telah memutuskan untuk tutup.
Kini Hai cetak mulai Bulan Juni 2017 majalah Hai telah memutuskan untuk tutup.
Sebenarnya beberapa majalah seperti 'kawanku' juga sudah tutup yang menandakan makin lesunya bisnis media cetak.
Hilangnya majalah cetak Hai yang sudah terbit sejak tahun 1977 menandakan bahwa majalah cetak tidak lagi efisien dalam segi bisnis.
Untuk membuat media cetak jelas membutuhkan modal yang sangat besar, untuk running percetakannya, beli bahan baku kertas, tinta, pra cetak dan biaya panjang untuk sirkulasi terbit dan tagih majalah.
Konten dalam media cetak juga tidak bisa menyaingi konten platform digital yang makin multi platform dari satu laman bisa memuat radio streaming, tv/ video streaming dan lebih banyak gambar foto dan tulisan yang tak terbatas kuota halaman.
Belakangan ini memang terindikasi semakin banyak media cetak di Indonesia yang tutup tau pindah menjadi media online. Pada tahun 2016 lalu misalnya, majalah terkenal untuk pria 'FHM' memutuskan tutup.
Di negara seperti Amerika Serikat, media cetak pun sudah cukup banyak yang tutup. Ketik saja kata kunci di google : 'defunct newspaper', maka akan disajikan ratusan daftar media cetak yang sudah tutup di Amerika. (*)
0 komentar:
Posting Komentar