cari kata

Sabtu, 04 November 2017

Wisata Ziarah ke Makam Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari, Nglames-Madiun

Maaf sebelumnya para pembaca blog saya, artikel tulisan ini sifatnya benar-benar personal hanya untuk saya dan keluarga saja. Mengapa demikian kiranya ? karena tulisan catatan jurnal saya ini saya lebih tujukan sebagai arsip online, yang kelak mungkin akan dibaca oleh anak cucu saya, keponakan, cucu keponakan.

Aamiin.

Kalau terlanjur dibaca oleh khalayak bagaimana ? Saya mohon kebijaksanaannya menyikapi tulisan ini, atau : "viewer discretion  is advised".

Kebetulan saya melakukan kegiatan ziarah kubur ke makam keluarga di Kecamatan Nglames, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.


Tujuan berziarah kubur adalah bagi kami sekeluarga adalah : Mendoakan para Leluhur dan umumnya semua ummat Muslim yang sudah meninggal. 

Ya, berdoa memang bisa dari mana saja.

Namun ada alasan kedua yakni di makam keluarga ini terdapat makam yang urut mulai dari makam tante, budhe, pakdhe, adik, sepupu dll juga kakek-nenek (mbah putri-kakung), mbah buyut, mbah canggah dan atas-atasnya lagi. 

Karena semua makam ini ada di satu tempat pemakaman keluarga di pemakaman keluarga kami di  Jalan raya Nglames, Madiun, Jawa Timur. Jarak perjalanan  dari pusat kota Madiun adalah 30 menit.

Maka berziarah ini sekaligus kami sekeluarga bisa mengurutkan nama leluhur kami hingga nama leluhur ke atas, sampai ke almarhum Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari  (lahir 1754 dan wafat tahun 1904).



Dirunut dari garis keturunan Ayah saya Ir. Subagyo ke atas ke ayahnya lagi yakni Kusno dan ke atas lagi ke Ayahnya lagi, maka ada garis keturunan laki-laki yang tak terputus hingga ke Alm. Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari, di kompleks makam keluarga di Nglames, Madiun.

Urutan pohon keluarga saya dari Ayah saya :

Ayah saya : Ir. Subagyo ayahnya adalah Kusno. Kusno ayahnya adalah Nur Muhammad (makamnya di makam desa Jagalan Kediri). Nur Muhammad ayahnya adalah Kyai Ngujer yang makamnya di Jatisobo, Bekonang, Surakarta, Kyai Ngujer ayahnya adalah Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari yang makamnya ada di Nglames.

Itulah kenyataan yang melekat dalam diri saya, ayah saya dan atasnya lagi.

Ini Pohon Keluarga yang di gambar/ditulis sendiri dari tulisan tangan ayah saya Ir. Subagyo


Sedangkan Makam kakek saya Kusno dan istrinya (nenek saya) yakni Siti Sarah  ada di samping kanan makam Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari dan Nyi Ageng Ngalimuntoha.


Juga bagi kami sekeluarga wisata ziarah ini sarat makna, karena di makam keluarga ini ini ada makam ibunda saya tercinta Ibu Ir. Suryandari Soeratman yang lahir tahun 1945 dan wafat tahun 2012 lalu. Ibu saya dimakamkan di pemakaman keluarga ini.

Di kompleks makam ini ada juga makam adik saya Wirastri, meninggal waktu masih di dalam kandungan.



Gunanya apa sih Ziarah Kubur ?

Pertama, gunanya mengingat mati.

Kedua mendoakan pada Tuhan Yang Maha Esa, agar si mati di akhirat mendapat jalan terbaik.

Ziarah kubur kok bawa bunga ?

Bunga hanya unt wewangian saja sifatnya, tidak lebih tidak kurang.

Tidak bawa bunga ya tidak apa-apa, bunga hanya aroma therapy agar saat berdoa, otak peziarah tenang karena menghirup wewangian. Ingat, yang mati tak butuh bunga, dan tak ada yang butuh bunga di kuburan.

Hanya pastikan bawa uang untuk sedekah biasanya bagi orang-orang pengurus kebersihan makam.

Kemudian bagi saya pribadi, selain bisa melihat kondisi makam para keluarga yanga asri dan sepi, saya utamanya bisa mengunjungi Masjid Jamik yang dibangun oleh leluhur kami yakni Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari, di mana sebagian bangunan konstruksi  kayunya terutama kuda-kuda atap semua masih lengkap berasal dari tahun 1700-an akhir atau tahun  awal tahun 1800 –an.

Masjid Jamik yang dulunya dibangun warga jaman dulu dan dipelopori oleh Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari (lahir 1754 dan wafat tahun 1904). 

Ir. Subagyo, M.Sc keturunan kyai ageng Ngalimuntoha Muhammad Besari, Nglames


Adapun sebagai blogger, saya memberikan apresiasi pada tulisan-tulisan artikel di link-link berikut :




Semoga tulisan kita semua bisa berguna untuk mengenang sejarah perjuangan para pendahulu kita. 

Utamanya mengenang perjuangan almarhum Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari (lahir 1754 dan wafat tahun 1904)yang juga turut berperan aktif dalam perjuangan perang Pangeran Diponegoro (1825-1830) melawan penjajahan kolonialisme Belanda, juga bagi para arwah pahlawan, utamanya juga pada almarhum Pakdhe Imam Mukadi, Pakdhe saya yang makamnya juga di keluarga di Nglames ini, beliau almarhum yang ikut berjuang pada perang 10 November 1945 di Surabaya. (*)

Di Depan Kompleks Makam Keluarga, Kompleks Makam Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari, Nglames, Madiun

  
Kami sekeluarga di Makam Mbah Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari



Masjid Jamik yang pembangunannya oleh warga jamandahulu yang dipelopori oleh Almarhum  Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari (lahir 1754 dan wafat tahun 1904).


Makam Nyi Ageng Muhammad Besari


(**)
Budhe Sri Koeswati dan Bpk. Ir.Subagyo memangku foto lukisan Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari dan foto gambar lukisan Nyai Sapaerah binti Muhammad Darso (Syafairah) atau lazim dikenal sebagai Nyai Ageng Ngalimuntoha Muhammad Besari.

7 komentar:

IDE SUBAGYO mengatakan...

Untuk mengenang beliau Kiai Ngalimuntaha Mohammad Besari, kami keturunan ke 4 dan ke 5, berterima kasih sebab semua cucu dan cicit baliau yang menjadi kakek nenek/kakek buyut/,kami semua sekolah dan mereguk ilmu pengatehuan moderen. Sebab beliau menganjurkan. Adapun kena apa kok sekolah dasar sampai kelas 5 dibuat di sebelah masjid lama beliau ( sebelah batar jalan raya) sekarang sudah hilang tergerus sungai Madiun. Didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda dalam masa pengetrapan etische politiek - dibelokkan ke program pasifikasi pemerintah Penjajahan di daerah bekas pergolakan perang jawa (perang Diponegoro).Juga gambar beliau dibuat oleh pemerintah H B, (belum ada foto) untuk desebarkan di kalangan polisi intelijen, demi pengawasan gerak geriknya. Sampai sekarang gambar itu masih ada. Beliau miskin, menunjang hidup seluruh keluaga besarnya dengan membathik dan mewarna kain bathik. Mitra dagangnya dari Solo kampung Kauman dan Jartisobo. Adanya sekolahan ditahun sesudah perang Jawa, adanya gambar wajah diwaktu itu, adanya legenda yang ditandai oleh sosok wanita tua, buta dan sebatang kara ikut menumpang di rumah putra Kiai Ngalimuntaha M. Besari - yang menjabat sebagai penghulu Pengadilan Kabupaten Pemerintahan Hindia Belanda. Kami curiga, bahwa pemerintah hindia belanda diam diam mencurigai sang Kiai, karena pada akhir perang Diponegoro, pernah terjadi pencegatan pasukan marsose yang berbaris cepat dari benteng Ngawi, lewat sungai dengan perahu perahu ke timur, mendarat di desa mBagi untuk mulai baris cepat ke Nganjuk. Pencegatan yang sangat berhasil. Kecurigaan Pemerintah HB, bahwa ada pasukan keluar dari benteng Ngawi, sehingga bisa dicegat di desa mBagi, dekat Nglames, pasti sudah dipersiapkan paling sedikit 15 jam sebelum sampai di medan pencegatan. Bumi hangus di desa desa seputar mBagi menemukan desa desa kosong, sedang diselatan sekira 5 km dari mBagi adalah hunian dusun Nglames. Kiai Ngalimutaha M. Besari kala itu sudah bwerusia lebih dari 65 tahun, Tapi intelijen Belanda menganggap dia satu satunya sosok yang mungkin mengetahui strategi militer dan dapat mengorganisasi keterangan intelijen, tanpa bisa dicurigai apalagi dibuktikan, karena beliau sangan low profile, bakan tidak dikenal oleh kawan maupun lawan, yang pada waktu itu sangat mudah ditandai, kebanyakan sosok "pemimpin" pasti menghimpun pengikut, beliau tidak sama sekali, nanya hidup zuhud, mengajar anak cucu cicit dan mebathik, mewarnai bathik. Konon kepada anak cucunya mengajarkan ilmunya para wali tanah jawa, ilmu hakikat dan makrifat islami - Sampai ke kami keturunan ke 5 dan ke 6 ternyata kok sesederhana itu ilmunya. Mengurai isyarat isyarat dari syari'at islami dan bacaan surah surah pendek dari kitab Jus Amak, dan kalimah Tojibah, Basmallah dan Alfatihah.Tapi pada keturunannya masih ada daya perlawanan pada Penjajah, Polah Tingkah kaum Bangsawan,dan tidak memuja harta.

IDE SUBAGYO mengatakan...

wanita tua, buta dan sebatang kara yang menumpang di rumah Penghulu Pengadilan Hindia belanda Kabupaten Madiun th 1900san ini, konon aedalah sisa pasukan Nyai Ageng Serang, matanya menjadi buta karena kena letusan pemicu senjata bedil lantak.Sang Penghulu adalah putra kiai Ngalomuntaha M. Besari - Mohammad Burhan, mahir bahasa Belanda, konon belajar secara esoterik

mung pujanarko mengatakan...

Terimakasih kepada Bapak Ir.Subagyo,M.sc yang mengulas lebih dalam mengenai sosok Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari. Salam hangat buat semua kerabat dan handai tolan. Mari kita rawat NKRI dan kebangsaan Indonesia.

Gondo Sabdono mengatakan...

Benarkah mbah kyai burhan punya putra dng nama R. Ngabehi gondo sabdono

Anonim mengatakan...

Saya pernah kerumah Bapak Margono Karyawan PT Jasa Marga waktu Bapak tersebut terlibat proyek Tol NGAWI Kertosono,Bapak termasuk garis keturunan beliau Mbah Ngalimun Toha di Jakarta dikediaman ada foto beliau Mbah Ngalimun Toha

mung pujanarko mengatakan...

Pak Margono yang dimaksud di atas adalah kaka sepupu saya. Salam sehat

Anonim mengatakan...

Apakah bisa disebutkan siapa saja keturunan Kyai Muhammad Besari Ngalimunthoha nglames? Karena sedang mencari jejak leluhur saya. terima kasih

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons