This is featured post 2 title
Sangat berkesan pelatihan bagi anggota PPWI di Markas Grup 3 Kopassus Cijantung
This is featured post 3 title
Pelatihan bagi angota PPWI ini dilakukan di Markas Grup 3 Kopassus guna membentuk karakter, disiplin, dan integritas kepribadan
This is featured post 4 title
Peserta diklat bela negara PPWI selalu kompak dalam setiap kesempatan, baik di barak, di lapangan dan arena pelatihan lainnya di dalam markas Grup 3 Sandi Yudha Kopassus
Senin, 11 November 2019
Studium General Jayabaya 2019
9:11 AM
mung pujanarko
No comments
Kerjasama empat fakultas di Universitas Jayabaya menghasilkan event Studium Generale yang dihelat pada hari Rabu (13 /11) di kampus Universitas Jayabaya, Pulomas Jakarta.
Empat fakultas yang bekerja sama mengadakan Studium Generale ini adalah : Fakultas Hukum, FISIP, FIKOM dan Fakultas Psikologi.
Studium Generale kali ini bertema Living and Sharing Together In Digital Era, dimoderatori oleh Wakil Rektor I Universitas Jayabaya Dr. Ika Yuliasari, M.Si.
Studium Generale ini diadakan oleh Universitas Jayabaya digelar di lantai V Gedung Rektorat, menghadirkan para Narsum atau narasumber yaitu Akiko Horiba, Ph.D. dari The Sasakawa Peace Foundation sebagai narsum utama, kemudian juga menghadirikan Dr. Widura Imam Mustopo dari Fakultas Psikologi Universitas Jayabaya, dan Drs. Imam Mahrudi, M.Si dari Fisip Universitas Jayabaya, serta
Galih Geraldi dari alumni Fikom Jayabaya dan juga narsum Dr. Yurisa Martanti, MH., MKn dari Fakultas Hukum Universitas Jayabaya.
Dalam paparannya Akiko Horiba, Ph.D. membahas pentingnya perdamaian di kawasan Asia Tenggara.
Kemudian Dr. Widura membahas mengenai bagaimana menangkal hoax dan menyikapi adanya fake news yang beredar, dimana setiap pribadi bisa menangkalnya dalam perspektif psikologi.
Drs Imam Mahrudi membahas sejarah tentang keberagaman (diversity) bangsa-bangsa di dunia yang merupakan kepastian kehidupan internasional.
Sementara Dr. Yurisa Martanti, MH., MKn dari Fakultas Hukum Universitas Jayabaya membahas mengenai implementasi aspek hukum yang relevan dengan digital era yakni UU ITE.
Narasumber Galih Geraldi S.I.Kom selaku praktisi kehumasan juga menyoroti bagaimana sebaiknya megenali informasi hoax yang beredar dan juga mengantisipasi penyebaran fake news, karena hoax dan fake news merupakan penyimpangan (deviations) di era kebebasan informasi.
Jumat, 08 November 2019
lkmm fikom jayabaya 2019
5:54 PM
mung pujanarko
No comments
Pada hari Jumat 8/11/2019 hingga hari Minggu 10/11/2019 mahasiswa FIKOM Jayabaya mengadakan LKMM (latihan kepemimpinan dan manajemen untuk mahasiswa) di Villa SS Cisarua, Puncak Jawa Barat.
LKMM ini yang pertama bertujuan untuk menambah wawasan ilmu leadership bagi para mahasiswa dan wawasan manajemen terutama untuk menjalankan proker atau program kerja senat mahasiswa.
LKMM 2019 ini diikuti oleh 25 mahasiswa Baru FIKOM Jayabaya.
Materi LKMM yaitu manajemen ormawa (organisasi mahasiswa) diisi dari para angkatan 2018 dan angkatan 2017 FIKOM Jayabaya.
Kegiatan ini di selenggarakan rutin setahun sekali untuk para mahasiswa baru FIKOM Jayabaya.
Senin, 04 November 2019
Pinisi di Sunda Kelapa
12:48 PM
mung pujanarko
No comments
Pelabuhan Sunda Kelapa - pada hari Kamis (17/10/2019) saya ke pelabuhan Sunda kelapa (Jak-ut) untuk memotret beberapa kapal pinisi disana untuk memenuhi tugas mata kuliah fotografi jurnalistik, di foto ini jelas terlihat banyak nya kapal kapal pinisi yang sedang bersandar di pelabuhan Sunda kelapa tersebut.
Di sini juga terlihat banyak nya truk besar atau kontainer yang melintas lalu lalang sekedar untuk membawa barang yang telah di turunkan dari kapal kapal pinisi tersebut.
Walaupun di jaman sekarang dengan ada nya kapal kapal dengan teknologi baru atau mesin yang lebih baru, ternyata kapal pinisi tetap masih menjadi pilihan para pelaut dengan melaut menggunakan kapal tersebut.
Kemungkinan faktor yang dipertimbangkan oleh para pelaut menggunakan kapal tersebut adalah di karenakan jika dibandingkan dengan kapal lainya kapal pinisi sama sekali tidak mengukanan bahan bakar untuk menjalankan kapal tersebut melainkan hanya mengandalkan arah mata angin dengan bentangan layar nya kapal pinisi akan berjalan tanpa harus memikirkan bahan bakar energi.
(foto dan teks oleh : David Cister)
Rabu, 30 Oktober 2019
Humble Brag (Pamer yang Merendah)
8:03 AM
mung pujanarko
No comments
Bila pamer ibadah disebut riya’.
Naik haji ..ckrek ➡upload,
puasa, tahajjud bahkan ngaji dan sholat... cekrek➡ ..upload.
Itu yang menurut saya riya’.
Humble Brag adalah pamer yang merendah.
Contohnya ada kawan
kuliah saya tiba-tiba ga ada angin ga ada hujan di whatsapp group memposting
kalimat : "Aduh gimana ini, kenapa sih uang spp di sekolah terpadu ini mahal sekali... angkanya bisa tembus belasan juta..dst”
Ini ya dinamakan humble brag alias pamer terselubung atau
pamer merendah.
Mengeluh tapi pamer intinya.
Sifat manusia adalah pamer sebagai aktualisasi diri atau untuk
mengerek self esteem.
Hanya saja saya memang tidak ikutan medsos facebook.
Ikut medsos twitter dan instagram saya hanya sebatas untuk pekerjaan. Di dalamnya pun sepi postingan.
Humble Brag atau humble tapi bragging alias merendah tapi
pamer itu ya jelas adalah kegiatan sehari-hari bahkan dianggap wajar. Bahkan jika kaum selebritis tugas mereka dalam kehidupan mereka di dunia ini
adalah : pamer.
Seleb tugasnya dalam kehidupan di dunia fana ini adalah pamer
untuk mendapatkan posisi tetap sebagai public figure, pekerjaan seleb ya pamer, dari jaman dulu hingga akhir jaman.
Tidak lain dan tidak bukan.
Hanya saja jika pekerjaan bukan seleb kemudian pamer
terus di medsos ya lama-lama bisa jadi seleb, contoh selebgram dan lain sebagainya.
Intinya hawa nafsu pamer itu adalah menjadi subur dipupuk oleh
media sosial.
Wisata menjadi kebutuhan saat ini, namun menjadi booming dan nge-hitz karena
pameran-pameran foto wisata di medsos.
Wisata jaman dulu ketika belum ada medsos, adalah bukan sebuah
hal kegiatan yang yang 'wah' sekali untuk dipamerkan, karena wahananya cuma foto album jadul saja, lagian siapa sih yang mau membuka foto album orang lain yang disimpan di lemari?
Namun kini wisata bahkan ke luar negeri menjadi 'hitz abiezz' karena ya
ajang pamer dan ajang membyru 'like'.
Itu saja, era milenial ini dipupuk dengan era pamer di medsos menurut hemat saya.
Pamer jelas mencandu. Sekali kita senang pamer maka hawa nafsu pamer terus membuncah.
Hawa nafsu atau keinginan jiwa untuk terus pamer didorong oleh rasa ingin diakui, ada lubang terlampau dalam di dalam jati diri yang perlu ditambal dengan pamer di medsos.
Ada dendam tersendiri di relung kenangan dan belumnya terpuaskan, kecuali jika sudah diakui oleh para saksi yang memberi apresiasi.
Saya pribadi ketika ingin memposting sebuah foto bernuansa pamer di status satu-satunya medsos dimana saya aktif yakni whatsapp, selalu berupaya berpikir ulang dan ulang : Mengapa saya harus pamer foto ini? Apakah implikasi postingan pamer ini? apa implikasi ke orang lain (baca : kontak whatsapp saya) saat melihat postingan status saya ?
Saya akui saya belum pernah pamer foto memukau menu makanan yang sudah saya makan atau akan saya makan di medsos.
Saya pribadi menganggap kegiatan makan minum apapun menunya adalah hal yang pribadi (sangat pribadi).
Saya tak hendak ingin mengumbar foto pameran menu makanan saya, karena hanya ingin mendapat pengakuan.
Karena hal itu memalukan (bagi saya pribadi).
Belum lagi saya berpikir bagaimana memikirkan orang lain yang mungkin untuk makan saja susahnya sedemikian rupa dalam hidupnya sehari-hari ?
(imung)
Pamer jelas mencandu. Sekali kita senang pamer maka hawa nafsu pamer terus membuncah.
Hawa nafsu atau keinginan jiwa untuk terus pamer didorong oleh rasa ingin diakui, ada lubang terlampau dalam di dalam jati diri yang perlu ditambal dengan pamer di medsos.
Ada dendam tersendiri di relung kenangan dan belumnya terpuaskan, kecuali jika sudah diakui oleh para saksi yang memberi apresiasi.
Saya pribadi ketika ingin memposting sebuah foto bernuansa pamer di status satu-satunya medsos dimana saya aktif yakni whatsapp, selalu berupaya berpikir ulang dan ulang : Mengapa saya harus pamer foto ini? Apakah implikasi postingan pamer ini? apa implikasi ke orang lain (baca : kontak whatsapp saya) saat melihat postingan status saya ?
Saya akui saya belum pernah pamer foto memukau menu makanan yang sudah saya makan atau akan saya makan di medsos.
Saya pribadi menganggap kegiatan makan minum apapun menunya adalah hal yang pribadi (sangat pribadi).
Saya tak hendak ingin mengumbar foto pameran menu makanan saya, karena hanya ingin mendapat pengakuan.
Karena hal itu memalukan (bagi saya pribadi).
Belum lagi saya berpikir bagaimana memikirkan orang lain yang mungkin untuk makan saja susahnya sedemikian rupa dalam hidupnya sehari-hari ?
(imung)
Senin, 28 Oktober 2019
Aneka Prinsip Quotient
12:29 PM
mung pujanarko
No comments
Intelligence Quotient : Kecerdasan Pikiran (kognitif) atau ketajaman berpikir, mampu memandang objek jauh ke depan, yaitu bisa memandang pola pikir dan perilakunya sendiri, mampu mengkoreksi perilaku sehari-hari berdasarkan pemikiran ego yang berkembang seimbang.
Emotional Quotient: Kecerdasan perasaan, penghayatan atau
kepekaan, kelembutan, kehalusan perasan, mampu menimbang, bertoleransi terhadap
kondisi sosial. Di dalam era medsos yang kebanyakan berkisar antara : pamer,
pamer dan pamer, mampu memilah dan memilih apa yang di unggah di-share / dibagi ke publik,
sehingga dorongan untuk pamer, pamer dan pamer menjadi seimbang dengan dorongan
atau kepekaan sosial yang mampu menimbang penderitaan sosial di sekitarnya.
Creativity Quotient : Kecerdasan berkreasi (divergensi),
artinya bahwa proses berpikir out of the box itu sebenarnya adalah mampu menjadi
divergen dengan tidak terpengaruh monotonisasi (semua yang serba monoton). Mampu
mengolah ide dan menjalankan ide dengan mengedepankan act atau tindakan
ketimbang banyak berteori.
Social Quotient : Kecakapan bergaul, mampu menempatkan diri
(ego) ke dalam kelompok sosial dengan menimbang keluwesan bergaul. Mampu
mengedepankan kepentingan sosial diatas kepentingan pribadi.
Adversity Quotient : Kecerdasan daya juang, kemampuan
menghadapi tantangan, kesabaran luar biasa dalam menghadapi kesulitan, dan tetap bersabar menghadapi kesulitan itu meski berat untuk menemukan jalan solusi untuk
mengatasinya.
Spiritual Quotient : Kecerdasan hati nurani atau
kesetiaan dan kemurnian hati nurani, artinya secara spiritual seimbang, dengan
menemukan bahwa dirinya bukan cuma menuruti dorongan material semata, namun juga
menemukan keseimbangan dengan dorongan untuk menemukan sisi spiritual dalam
hidupnya. (imung)
Jumat, 25 Oktober 2019
Kuliah Siang Pukul 14 :00 WIB
2:07 PM
mung pujanarko
No comments
JAKARTA- Para mahasiswa mata kuliah Jurnalisme Online, terlihat sedang tekun menyimak penjelasan dosen tentang definisi jurnalisme online.
Kuliah diadakan siang hari pukul 14:00 WIB, Jumat (25/10/2019) bertempat di ruang C 43, FIKOM, Jayabaya.
Meski kuliah siang, dan cuaca Jakarta cukup panas akibat lima hari gelombang panas, hingga suhu mencapai 37 derajat celcius, namun para
mahasiswa masih tetap bertahan di bangku masing-masing dan serius berkuliah.
Para mahasiswa ini adalah mereka yang mengambil konsentrasi ilmu
jurnalistik.
Ilmu jurnalistik sendiri merupakan ilmu yang mempermudah seseorang untuk menuangkan informasi baik secara tulisan maupun berbasis auvi (audio visual).
Ilmu jurnalistik sendiri merupakan ilmu yang mempermudah seseorang untuk menuangkan informasi baik secara tulisan maupun berbasis auvi (audio visual).
Para mahasiswa terutama mahasiswa yang menempuh mata kuliah jurnalisme online diharapkan oleh Dosen Mung Pujanarko, agar semua memiliki skill menulis berita, mencakup : mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyimpan serta mempublikasikan tulisan berita informasi secara akurat, cepat dan tepat. (*)
Selasa, 22 Oktober 2019
Baru Merasakan Bogor 36°Celcius
2:02 PM
mung pujanarko
No comments
Perubahan Iklim menjadi topik yang menarik. Perubahan iklim ini nyata dan bukanlah isapan jempol belaka.
Hari ini Selasa (22/10/2019) akan saya kenang pertama kalinya sejak saya tinggal di Desa Pabuaran, Kemang, Kab Bogor sejak tahun 2006, merasakan hawa cuaca panas mencapai 36° celcius.
Saya pindah ke Kab. Bogor dari kota asal saya Surabaya pada tahun 2006.
Surabaya asal saya memang terkenal panas, bahkan ada lirik nyanyiannya: dengan penggalan lirik " berjalan di lorong pertokoan/ di surabaya yang panas// debu- debu ramai beterbangan / digilas oleh bus kota// bus kota sudah miring ke kiri/ oleh sesaknya penumpang...." dst, sebuah lagu yang dipopulerkan oleh Franky Sahilatua.
Namun hari ini saya rasakan panasnya sama dengan Bogor 😃
Saya jadi ingat nyanyian viral anak pengamen jalanan yang juga telah lebih dahulu merasakan panasnya bogor
Berikut lirik lagu pengamen jalanan yang menjadi viral di media sosial:
Kami kami dari Bogor Raya
Ingin bernyanyi mewakilkan suara
Punya kebun di tengah-tengah kota
Sejuk nyaman disebut Bogor Beriman
Ingin bernyanyi mewakilkan suara
Punya kebun di tengah-tengah kota
Sejuk nyaman disebut Bogor Beriman
Talas Bogor yang sudah kesohor
Harganya lebih dari buah import
Panas Bogor sudah mirip panas kompor
jangan-jangan biar kotor asal kesohor
Harganya lebih dari buah import
Panas Bogor sudah mirip panas kompor
jangan-jangan biar kotor asal kesohor
Deru mesin kini semakin bising
Angkot pelerot bikin kepala pusing
PKL-nya kini merajarela
Sudah begini tanggung jawab siapa?
Angkot pelerot bikin kepala pusing
PKL-nya kini merajarela
Sudah begini tanggung jawab siapa?
Oh… siapa?
Oh… mengapa?
Oh… dimana?
Oh… bunder
Oh… mengapa?
Oh… dimana?
Oh… bunder
Di jalanan anak–anak berkeliaran
Cari recehan sambil nebeng angkutan
Tak kenal lelah lupa tugas sekolah
Sudah begini tanggung jawab siapa?
Cari recehan sambil nebeng angkutan
Tak kenal lelah lupa tugas sekolah
Sudah begini tanggung jawab siapa?
Oh… siapa?
Oh… mengapa?
Oh… dimana?
Oh… bunder
Oh… mengapa?
Oh… dimana?
Oh… bunder
Talas Bogor yang sudah kesohor
Tersisih oleh buah import
Panas Bogor sudah mirip panas kompor
jangan-jangan biar kotor asal kesohor
Tersisih oleh buah import
Panas Bogor sudah mirip panas kompor
jangan-jangan biar kotor asal kesohor
Banyak sudah pepohonan yang tumbang
Oleh manusia yang penuh kerakusan
Tidak peduli banyak yang menjadi korban
Kalang kabut musim hujan kebanjiran
Oleh manusia yang penuh kerakusan
Tidak peduli banyak yang menjadi korban
Kalang kabut musim hujan kebanjiran
Oh… siapa?
Oh… mengapa?
Oh… dimana?
Oh… bunder
Oh… mengapa?
Oh… dimana?
Oh… bunder
Oh… bunder
Oh… bunder
Oh… bunder
Oh… bunder
Oh… bunder
Begitulah cuaca panas mencapai 36° celcius di Bogor ini bukanlah isapan jempol. (*)