cari kata

Minggu, 31 Desember 2017

Jelang Tahun Baru 2018 di Pantai Kerang Ciheru Indah



Persis tanggal 31 Desember kami sekeluarga mencoba menuju ke Pantai Tanjung Lesung Banten.

Dalam perjalanan menuju ke Tanjung lesung kami singgah dulu di Pantai Kerang Ciheru Indah.




Dari Pantai ini kemudian kami melanjutkan menyusuri perjalanan sepanjang pantai menuju ke Pantai Tanjung Lesung.





Sabtu, 04 November 2017

Wisata Ziarah ke Makam Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari, Nglames-Madiun

Maaf sebelumnya para pembaca blog saya, artikel tulisan ini sifatnya benar-benar personal hanya untuk saya dan keluarga saja. Mengapa demikian kiranya ? karena tulisan catatan jurnal saya ini saya lebih tujukan sebagai arsip online, yang kelak mungkin akan dibaca oleh anak cucu saya, keponakan, cucu keponakan.

Aamiin.

Kalau terlanjur dibaca oleh khalayak bagaimana ? Saya mohon kebijaksanaannya menyikapi tulisan ini, atau : "viewer discretion  is advised".

Kebetulan saya melakukan kegiatan ziarah kubur ke makam keluarga di Kecamatan Nglames, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.


Tujuan berziarah kubur adalah bagi kami sekeluarga adalah : Mendoakan para Leluhur dan umumnya semua ummat Muslim yang sudah meninggal. 

Ya, berdoa memang bisa dari mana saja.

Namun ada alasan kedua yakni di makam keluarga ini terdapat makam yang urut mulai dari makam tante, budhe, pakdhe, adik, sepupu dll juga kakek-nenek (mbah putri-kakung), mbah buyut, mbah canggah dan atas-atasnya lagi. 

Karena semua makam ini ada di satu tempat pemakaman keluarga di pemakaman keluarga kami di  Jalan raya Nglames, Madiun, Jawa Timur. Jarak perjalanan  dari pusat kota Madiun adalah 30 menit.

Maka berziarah ini sekaligus kami sekeluarga bisa mengurutkan nama leluhur kami hingga nama leluhur ke atas, sampai ke almarhum Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari  (lahir 1754 dan wafat tahun 1904).



Dirunut dari garis keturunan Ayah saya Ir. Subagyo ke atas ke ayahnya lagi yakni Kusno dan ke atas lagi ke Ayahnya lagi, maka ada garis keturunan laki-laki yang tak terputus hingga ke Alm. Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari, di kompleks makam keluarga di Nglames, Madiun.

Urutan pohon keluarga saya dari Ayah saya :

Ayah saya : Ir. Subagyo ayahnya adalah Kusno. Kusno ayahnya adalah Nur Muhammad (makamnya di makam desa Jagalan Kediri). Nur Muhammad ayahnya adalah Kyai Ngujer yang makamnya di Jatisobo, Bekonang, Surakarta, Kyai Ngujer ayahnya adalah Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari yang makamnya ada di Nglames.

Itulah kenyataan yang melekat dalam diri saya, ayah saya dan atasnya lagi.

Ini Pohon Keluarga yang di gambar/ditulis sendiri dari tulisan tangan ayah saya Ir. Subagyo


Sedangkan Makam kakek saya Kusno dan istrinya (nenek saya) yakni Siti Sarah  ada di samping kanan makam Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari dan Nyi Ageng Ngalimuntoha.


Juga bagi kami sekeluarga wisata ziarah ini sarat makna, karena di makam keluarga ini ini ada makam ibunda saya tercinta Ibu Ir. Suryandari Soeratman yang lahir tahun 1945 dan wafat tahun 2012 lalu. Ibu saya dimakamkan di pemakaman keluarga ini.

Di kompleks makam ini ada juga makam adik saya Wirastri, meninggal waktu masih di dalam kandungan.



Gunanya apa sih Ziarah Kubur ?

Pertama, gunanya mengingat mati.

Kedua mendoakan pada Tuhan Yang Maha Esa, agar si mati di akhirat mendapat jalan terbaik.

Ziarah kubur kok bawa bunga ?

Bunga hanya unt wewangian saja sifatnya, tidak lebih tidak kurang.

Tidak bawa bunga ya tidak apa-apa, bunga hanya aroma therapy agar saat berdoa, otak peziarah tenang karena menghirup wewangian. Ingat, yang mati tak butuh bunga, dan tak ada yang butuh bunga di kuburan.

Hanya pastikan bawa uang untuk sedekah biasanya bagi orang-orang pengurus kebersihan makam.

Kemudian bagi saya pribadi, selain bisa melihat kondisi makam para keluarga yanga asri dan sepi, saya utamanya bisa mengunjungi Masjid Jamik yang dibangun oleh leluhur kami yakni Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari, di mana sebagian bangunan konstruksi  kayunya terutama kuda-kuda atap semua masih lengkap berasal dari tahun 1700-an akhir atau tahun  awal tahun 1800 –an.

Masjid Jamik yang dulunya dibangun warga jaman dulu dan dipelopori oleh Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari (lahir 1754 dan wafat tahun 1904). 

Ir. Subagyo, M.Sc keturunan kyai ageng Ngalimuntoha Muhammad Besari, Nglames


Adapun sebagai blogger, saya memberikan apresiasi pada tulisan-tulisan artikel di link-link berikut :




Semoga tulisan kita semua bisa berguna untuk mengenang sejarah perjuangan para pendahulu kita. 

Utamanya mengenang perjuangan almarhum Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari (lahir 1754 dan wafat tahun 1904)yang juga turut berperan aktif dalam perjuangan perang Pangeran Diponegoro (1825-1830) melawan penjajahan kolonialisme Belanda, juga bagi para arwah pahlawan, utamanya juga pada almarhum Pakdhe Imam Mukadi, Pakdhe saya yang makamnya juga di keluarga di Nglames ini, beliau almarhum yang ikut berjuang pada perang 10 November 1945 di Surabaya. (*)

Di Depan Kompleks Makam Keluarga, Kompleks Makam Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari, Nglames, Madiun

  
Kami sekeluarga di Makam Mbah Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari



Masjid Jamik yang pembangunannya oleh warga jamandahulu yang dipelopori oleh Almarhum  Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari (lahir 1754 dan wafat tahun 1904).


Makam Nyi Ageng Muhammad Besari


(**)
Budhe Sri Koeswati dan Bpk. Ir.Subagyo memangku foto lukisan Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari dan foto gambar lukisan Nyai Sapaerah binti Muhammad Darso (Syafairah) atau lazim dikenal sebagai Nyai Ageng Ngalimuntoha Muhammad Besari.

Selasa, 31 Oktober 2017

Konten tematik nan Menarik


Konten tematik dalam sebuah web site selalu menarik pengunjung, baik pengunjung langsung atau pengunjung web yang diarahkan oleh mesin pencari.

Di sisi lain konten tematik dalam sebuah web juga menguntungkan dan memudahkan pengguna atau pengunjung untuk mengeskplor semua konten yang senada (dalam satu tema ) di web site tersebut.

Dalam konten tematik, berbeda dengan konten general atau umum yang mirip hypermarket berita.

Konten tematik mirip sebuah spesial store yang memuat hanya tema-tema tertentu saja dengan kekhususan tertentu. Keuntungan bagi pengguna atau pengunjung adalah memudahkan mengeksplore semua konten yang infonya senada yang dia butuhkan.

Hanya saja penyusunan konten tematik tidaklah mudah. Karena konten itu harus konsisten dalam memuat tema tertentu, apapun temanya.

Konten tematik bisa menjadi rujukan para netizen (warganet) untuk mencari kebutuhan informasi akan konten yang khusus membahas sebuah tema. (*)

Jumat, 27 Oktober 2017

Bertemu dengan Kapal Pinisi di Muara Laut Lepas



Saya benar-benar terpesona ketika berpapasan dengan Kapal Pinisi yang melintas di muara ketika saya berkesempatan bepergian ke pelabuhan Amamapare, Timika, Papua beberapa waktu lalu.

Kapal Pinisi ini adalah bukti keahlian bidang pelayaran maritim nenek Moyang bangsa Indonesia.
Pinisi adalah kapal layar tradisional Indonesia yang  lazimnya memiliki dua tiang layar ( two masted sailing ship).

Pinisi  terutama dibangun di Sulawesi Selatan dan sebagian besar digunakan oleh orang Bugis Makassar.

Lambung kapal tampaknya mirip dengan kapal ‘dhow Arab’ sementara tali pengikat depan dan belakang mengingatkan pada sekunar bagian luar, meskipun mungkin lebih tepat disebut menyerupai 'kapal ketch', karena tiang depan lebih besar.

Pinisi bisa berukuran 20 sampai 35 meter dan berukuran berat 350 ton. Tiang kapal bisa mencapai 30 meter menjulang di atas dek.

Jenis Pinisi

Ada dua tipe umum Pinisi :

* Lamba atau lambo. Pinisi yang panjang dan ramping dibangun, memiliki buritan lurus. Pinisi jenis inilah yang saat ini masih bertahan dengan versi bermotornya.

* Palari. Pinisi yang lebih tua dengan lengkung buritan dan lunas.

Sejarah

Kapal Pinisi pertama disebut sebagai  "Pinas" yang yang menurut catatan sejarah dilihat di Nusantara oleh  V.O.C. yang berlayar ke Nusantara sekitar tahun 1600.

Jenis "kayu" modern 'Pinisi' berasal dari kerajinan tangan  yang telah digunakan di  Indonesia selama beberapa abad. Menurut beberapa sumber, tipe serupa sudah ada sebelum tahun 1500-an di Nusantara,  mirip seperti kapal 'Dhow Arab'.

Pinisi sebagai kerajinan lokal Indonesia di masa lalu sering menggunakan kemudi kembar, satu di setiap kuartal buritan.

Digunakan sebagai transportasi dan sebagai kapal kargo, kerajinan yang kita sebut 'Pinisi' (Pinissi, Pinisiq, atau Phinisi) yang banyak dieja secara tradisional dibangun di pantai, dimana kayu berasal dari hutan-hutan di Sulawesi dan Kalimantan, lalu diangkut ke lokasi pembuatan kapal.

Secara historis, ada beberapa ritual dan upacara tradisional yang menarik ketika saat membangun kapal Pinisi, dimulai dengan memilih pohon yang tepat untuk bagian-bagian penting dari struktur.

Sama seperti dengan bangunan kapal kayu tradisional di berbagai tempat lainnya, lazimnya berbagai ritual berlanjut sepanjang proses pembangunan untuk memulai dan memasang setiap tahap, seperti peletakan bagian-bagian penting dari setiap bagian kapal.

 Tradisi 'Pinisi'

Pembangun: Meskipun pembangun kerajinan ini biasanya tergabung dalam kategori masyarakat Bugis, ada empat sub-set kapal, dari pembuat kapal yang bisa dibedakan secara terpisah di Sulawesi Selatan (sesuai tulisan Horst Liebner).

Kelompok utama adalah Suku Konjo pesisir di ujung selatan Sulawesi Selatan (dari dekat kota Ara, Bira, dan Tanah Biru), Mandar Sulawesi Barat di utara Makassar, kemudian orang Bugis dari daerah dekat Wajo di pantai timur, Para pembuat kapal dari Teluk Bone (jurang tengah antara dua bagian Sulawesi), dan Pembuat kapal asal orang Makassar dari daerah sekitar kota Makassar.

Berdasar keterangan literatur, di antara kelompok-kelompok ini, Suku Konjo pesisir Sulawesi Selatan tampaknya memiliki peran utama dan paling berpengaruh sebagai pembangun kapal Pinisi.





(*)

Senin, 25 September 2017

Equinox di Candi Cangkuang

Equinox di candi Cangkuang merupakan fenomena alam tersendiri.
Equinox adalah salah satu fenomena astronomi di mana Matahari melintasi garis khatulistiwa. Secara periodik peristiwa Equinox berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu pada 21 Maret dan 23 September.

Saat equinox atau titik kulminasi Matahari tepat di atas Candi Cangkuang.

Saya mengalami fenomena equinox di Candi Cangkuang.




Unik Equinox di Candi Cangkuang











Kamis, 21 September 2017

Kawah Kamojang Geothermal

Masih di hari Kamis (14/9), saya berkesempatan mengunjungi kawasan pusat geothermal di Dataran Tinggi Kamojang, Garut, Jawa Barat.

Di kawasan Geo Thermal ini terdapat beberapa kawah, diantaranya adalah kawah Kereta Api, Kawah Hujan, dan kawah-kawah yang termasuk kawah Kamojang.

Kawah Kereta Api di geothermal park Kamojang ini merupakan kawah yang luar biasa karena menyemburkan uap panas setinggi hampir 30meter ke atas.

Uap panas ini menyembur kencang dengan suara semburan yang nyaring.


Pengunjung disarankan untuk tidak mendekati kawah Kereta Api di taman geo thermal Kamojang, karena selain uap panasnya bisa menyengat kulit, juga kencangya energi momentum semburan kawah Kereta Api di Kamojang geothermal park ini.



Keindahan Kamojang Hill Bridge

Pada hari Kamis (14/9) saya terpesona melihat keindahan Kamojang Hill Bridge, di kawasan dataran tinggi Kamojang, Garut, Jawa Barat.

Kamojang Hill Bridge ini sudah terlihat bentuknya yang khas dengan warna kuning menyala.

Letak strategis jembatan Kamojang Hill Bridge ini membuat jembatan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para traveller.







Jembatan berwarna kuning cerah ini membentang di atas ngarai Kamojang yang membentang di ketinggian.

Saya pun menyempatkan diri untuk sekadar berfoto selfie untuk kenang-kenangan perjalanan saya menyusuri dataran tinggi Kamojang.

Jembatan Kamojang Hill Bridge ini sungguh ikonik dan indah, karena letaknya di ketinggian kawasan Kamojang, Garut.





 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons