cari kata

Kamis, 21 September 2017

Kawah Kamojang Geothermal

Masih di hari Kamis (14/9), saya berkesempatan mengunjungi kawasan pusat geothermal di Dataran Tinggi Kamojang, Garut, Jawa Barat.

Di kawasan Geo Thermal ini terdapat beberapa kawah, diantaranya adalah kawah Kereta Api, Kawah Hujan, dan kawah-kawah yang termasuk kawah Kamojang.

Kawah Kereta Api di geothermal park Kamojang ini merupakan kawah yang luar biasa karena menyemburkan uap panas setinggi hampir 30meter ke atas.

Uap panas ini menyembur kencang dengan suara semburan yang nyaring.


Pengunjung disarankan untuk tidak mendekati kawah Kereta Api di taman geo thermal Kamojang, karena selain uap panasnya bisa menyengat kulit, juga kencangya energi momentum semburan kawah Kereta Api di Kamojang geothermal park ini.



Keindahan Kamojang Hill Bridge

Pada hari Kamis (14/9) saya terpesona melihat keindahan Kamojang Hill Bridge, di kawasan dataran tinggi Kamojang, Garut, Jawa Barat.

Kamojang Hill Bridge ini sudah terlihat bentuknya yang khas dengan warna kuning menyala.

Letak strategis jembatan Kamojang Hill Bridge ini membuat jembatan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para traveller.







Jembatan berwarna kuning cerah ini membentang di atas ngarai Kamojang yang membentang di ketinggian.

Saya pun menyempatkan diri untuk sekadar berfoto selfie untuk kenang-kenangan perjalanan saya menyusuri dataran tinggi Kamojang.

Jembatan Kamojang Hill Bridge ini sungguh ikonik dan indah, karena letaknya di ketinggian kawasan Kamojang, Garut.





Candi Cangkuang di Leles, Garut

Pada tanggal 15 September 2017, hari Jumat, saya dan tiga rekan berkesempatan untuk mengunjungi candi Cangkuang.

Kebetulan setelah mengantar seorang rekan di Leles, Garut, saya dan tiga orang rekan yakni Mico (40), Akbar (25) dan Wina (25) kemudian pergi ke candi Cangkuang.

Letak candi Cangkuang ini di Leles, Garut, Jawa Barat.

Keunikannya adalah kita harus menggunakan rakit bambu untuk menyeberang ke 'pulau' Candi Cangkuang.


Karena letak Candi Cangkuang ini ada di seberang danau.

Candi Cangkuang ini dibangun pada abad ke -8 masehi.

Di dekat candi ini terhampar ratusan makam kuno.

Di dekat candi Cangkuang juga ada kampung adat bernama Kampung Pulo.

Keunikan Kampung Pulo ini adalah kampung ini terdapat beberapa larangan.



Diantaranya adalah : dilarang berziarah di hari Rabu, dilarang menambah jumlah kepala keluarga, dilarang memelihara hewan berkaki empat.


Cukup banyak wisatawan yang mengunjugi candi Cangkuang ini.



Sebagai peninggalan sejarah nusantara, maka tak ada salahnya berwisata ke candi ini.

Juga masyarakat sekitar turut melestarikan keberadaan candi ini.







Kamis, 14 September 2017

20 Aparatur Dinas Tenaga Kerja kab Bekasi ikuti Pelatihan Bahasa Inggris



Sebanyak 20 (duapuluh) orang aparatur  Dinas Tenaga Kerja, Kabupaten Bekasi, mengikuti Pelatihan Bahasa Inggris.
Pelatihan ini diadakan di Hotel Kamojang Green, Garut, Jawa Barat, pada hari Kamis (14/9).
Dalam pelatihan ini para peserta diharapkan mampu memiliki skill atau keahlian berkomunikasi secara verbal yakni secara lisan dan tulisan dalam bahasa Inggris.
Menurut pihak panitia pelatihan yakni Aji (45) menyatakan bahwa hasil akhir yang diharapkan adalah kemampuan berbahasa Inggris para aparatur terutama ketika ada tamu asing yang datang.
“Jika nanti ada tamu asing yang datang ke lingkungan Dinas Tenaga Kerja, maka bisa dilayani berkomunikasi dengan bahasa Inggris,” jelas Aji.
Sementara itu menurut salah seorang peserta yakni Zainul (26) menyatakan bahwa dirinya ingin bisa menguasai skill bahasa Inggris dengan baik.
“Saya ingin bisa bercakap-cakap atau conversation dalam bahasa Inggris,” ujar Zainul.
Nara sumber dalam pelatihan ini yakni Mung Pujanarko menyatakan pula bahwa kemampuan berkomunikasi bahasa Inggris dan bahasa Indonesia haruslah selaras dan sejalan.

“Karena kemampuan berbahasa verbal baik dalam bahasa asing dan bahasa Indonesia menjadi nilai tambah yang positif untuk pembinaan para aparatur negara,” pungkas Mung Pujanarko atau akrab dipanggil Imung itu .(*) 

Senin, 11 September 2017

Pengalaman Menggunakan Medsos



Tulisan ini saya ketik, ketika sedang menunggu jadwal masuk kelas. Biasanya waktu luang 10-15 menit saya isi dengan membaca atau menulis.

Inipun adalah jurnal saya pribadi, karena saya yakin bahwa tulisan-tulisan saya, bila saya baca ulang kelak akan menyegarkan ingatan saya kembali.

Saya berusaha mengingat-ingat kembali  pengalaman saya memakai media sosial (medsos).

Media sosial tidak banyak saya gunakan.

Akun FB (facebook) saya tidak punya.
Akun Twitter, saya punya, namun tidak aktif.

Akun Whatsapp punya, karena memang untuk mempermudah berkomunikasi seputar pekerjaan.

Saya lebih suka memilih bentuk media seperti whatsapp obrolan kelompok, karena homogenitas kesamaan dan ikatan primordial sesama anggota kelompok / grup yang saya anggap cocok bagi saya (subyektif).

Saya mengikuti beberapa grup whatsapp diantaranya grup alumni smp, alumni sma hingga alumni di bangku universitas.

Semuanya memiliki kesamaan ikatan primordial.

Juga ada grup w.a yang saya ikuti karena selera humor yang relatif sama, kesamaan minat.

Ada yang unik ketika  saya ikut dalam grup obrolan atau dikatakan grup komunikasi antar anggota yang ada di beberapa grup.

Di grup obrolan kelompok ada pengguna yang cenderung diam yang biasa dinamakan 'silent reader'.

Ada juga yang biasa mengunggah atau memposting teks, gambar serta video.

Posting yang biasa diunggah adalah seputar informasi umum seputar lowongan, dll.

Bisa juga informasi yang lucu-lucu atau humor.

Namun, memang komunikasi tulis ini merupakan ketrampilan yang sejatinya tidak semua orang pandai menguasainya.

Masyarakat sejak sewindu belakangan ini mulai asyik menggunakan bentuk  komunikasi verbal secara tertulis untuk mengekspresikan perasaan dan mengekspresikan pesan.

Komunikasi tulis ini menurut saya memiliki kekurangan dan kelebihan.

Komunikasi tertulis yang kini banyak digunakan masyarakat luas secara intens untuk mengobrol dan berkomunikasi dalam grup, saat berkomunikasi interaktif dengan dua, tiga empat dan lebih orang sekaligus  tidak ditunjang dengan komunikasi non verbal seperti gesture atau bahasa tubuh.

Komunikasi lebih efektif apabila ada dua unsur :

- Komunikasi verbal  
 -Komunikasi non verbal

Mimik wajah gerak tubuh sebagai bentuk komunikasi non verbal amat menunjang komunikasi verbal. 

Jadi ketika komunikator mengucapkan kata yang diiringi dengan gesture akan lebih efektif ditangkap oleh komunikan secara sirkuler timbal balik.

Namun dalam komunikasi kelompok antar pengguna aplikasi ngobrol atau chat, kurangnya emoticon yang tersedia menjadi kekurangan aplikasi komunikasi kelompok.

Kekurangan varian emoticon ini terkadang kerap kendala tersendiri. 

Jika mengobrol langsung, manusia biasa menggunakan bahasa tubuh seperti gerak, dan mimik untuk melancarkan isi pesan.

Namun dalam bentuk komunikasi tertulis yang diketikkan dengan bahasa tulis, tak jarang ada yang saling tersinggung ketika bahasa ucap berusaha seketika dirubah menjadi bahasa tutur tulisan, yang kekurangan makna gesture (non verbal) di dalamnya.

Berkomunikasi dengan tulisan (teks) tanpa menggunakan bantuan mimik wajah, intonasi, atau bahasa tubuh seperti halnya gerakan, memang tidak semudah seketika merubah bahasa ucapan lisan, seketika dalam bahasa tutur tulisan.

Kekurangannya ada pada 'sense', ada  'rasa' pada makna unik yang hanya bisa didapat ketika seseorang menggunakan bahasa verbal dan non verbal secara saling menunjang.

Maka kadang dalam pola komunikasi yang dituangkan dalam teks terutama ada medsos chat atau pada media teks interaktif, seringkali kehilangan rasa makna yang hendak disiratkan.

Karena tidak semua yang hendak ingin disiratkan bisa tersuratkan.

Tidak semua yang dapat tersirat dalam bentuk komunikasi langsung tatap muka secara langsung bisa seketika disuratkan. 

Untuk itulah jaman dahulu ada ilmu surat menyurat guna menyusun surat.

Siratan pesan dalam tulisan verbal dan non tulisan (non verbal) bisa berbeda maknanya seperti halnya pada yang tersurat. 

Bahasa tutur dengan makna yang lebih kekinian dengan banyak varian intonasi dan varian idiom akan lebih sulit untuk seketika dirubah menjadi bahasa tulis.

Meski tidak mutlak, melainkan relatif namun bentuk perubahan seketika atau dipaksa-nya bentuk bahasa ucap populer yang seketika diubah menjadi bahasa tulis,  ini banyak membuat miskomunikasi dalam sebuah obrolan di dalam kelompok.

Maka itu banyak orang (lebih banyak) yang memilih menjadi 'silent reader' atau pembaca diam dan tidak ikut jenjang obrolan karena enggan untuk berpikir dan menimbang beberapa unsur : unsur kepatutan/ kesopanan, juga unsur tenggang rasa, takut salah persepsi dalam menyusun kalimat, guna menyusun pesan yang tersurat.

Ketrampilan tulisan ini memang seyogianya dilatih dengan seringnya mengungkapkan ekpresi pesan melalui tulisan, sehingga berkomunikasi via tulisan akan menjadi hal yang mudah.

Belum lagi ketika perasaan emosi yang berbeda antara individu dalam menanggapi atau menerjemahkan isi pesan tulisan.

Dalam memahami perasaan ini akan lebih mudah saling memahami ketika komunikasi ditunjang dengan tatap muka langsung, menggunakan bahasa non verbal.

Namun demikian satu dekade belakangan ini masyarakat harusnya menjadi lebih pandai menggunakan bahasa tulis sebagai kebiasaan, karena lebih banyak membaca teks yang bersliweran di medsos. (*)





Sabtu, 26 Agustus 2017

Windy Guru SMP Terpadu Widya Duta yang Gemar Menulis


Hijab hijau pupus yang dikenakan Windy seorang guru SMP Widya Duta terlihat serasi dengan balutan busana yang dikenakannya, saat dia mengikuti pelatihan Jurnalistik di Hotel Amaris, Bekasi, Sabtu (26/7).

Dalam pelatihan jurnalistik itu Windy terlihat sangat serius dan tekun menyimak uraian nara sumber diklat yakni Mung Pujanarko.

Saking tertarik dengan ilmu yang diberikan tentang quick news, Windy bertanya secara detail tentang berita hoax yang marak bersliweran di dunia media sosial.

“Saya hendak bertanya bagaimana cara menangkal berita hoax yang sudah terlanjur muncul di media sosial, seperti halnya berita hoax garam bercampur kaca, yang ternyata adalah kebohongan ?,” tanya Windy dengan nada penasaran.

Atas pertanyaan tersebut, Mung Pujanarko selaku nara sumber menjawab bahwa ketika kita menjadi korban berita hoax, maka segeralah meng-counter atau menangkal berita hoax tersebut dengan berita quick news yang disajikan dengan fakta dan data, kemudian  sanggahan itu kita sebar luaskan untuk menangkal hoax yang telah muncul.

“ Maka itukita harus rajin dan tidak malas untuk menulis berita secara tepat, cepat dan akurat,” tutur Mung Pujanarko.

Di penghujung acara diklat Windy juga berkesempatan untuk praktik membuat blog serta mengunggah konten blog secara cepat. (*)

Haidar Siswa SMAN 1 Bekasi Anti Konten Negatif

 Haidar, begitulah cowok ganteng asal SMAN 1 Bekasi ini disapa.



Ditemui di tengah acara pelatihan Jurnalistik untuk siswa SMU dan SMP yang berlangsung selama 1 (satu) hari di Hotel Amaris, Bekasi, Sabtu (26/8), Haidar menyatakan sikapnya yang anti terhadap konten negatif.

Haidar menyatakan bahwa konten negatif sangat merugikan anak muda, terutama para pengguna gadget.



Karena konten negatif merusak psikis anak muda dan juga bisa berujung ke ranah hukum.

Untuk itu Haidar yang juga seorang blogger ini ingin mengembangkan ilmunya di bidang tulis menulis konten.

Dibuktikan dengan blog Raafi Haidar yang berisi tulisan essai miliknya.

“Essai saya suka menulisnya, karena sangat bermanfaat dan positif tentunya,” Haidar menjelaskan mengapa dia memiliki media blog untuk menyalurkan tulisannya.

Haidar yang duduk di bangku kelas XI SMA ini juga mengaku dirinya ingin menjadi seorang abdi negara.

Untuk itu dia rajin mengikuti aneka event yang menambah wawasan.

Nara sumber dalam pelatihan ini yakni Mung Pujanarko (43) menyatakan bangga terhadap sosok seperti Haidar yang suka dan rajin untuk mengunggah konten positif, serta anti terhadap konten negatif.


“Saya ingin agar anak muda lebih menghargai waktu luang dengan menulis konten positif,” pungkas Mung Pujanarko selaku nara sumber. (*)

23 Orang siswa SMP dan SMA Bekasi Belajar Quick News



Sebanyak 23 orang siswa SMP dan SMA di Bekasi mengikuti pelatihan Jurnalistik dasar. Pelatihan ini digelar pada hari Sabtu (26/8) bertempat di Hotel Amaris, Bekasi Jawa Barat.

Dalam pelatihan hadir pula ketua Kadin Jawa Barat Agung Suryamal.

Para peserta yang rata-rata masih berusia remaja ini terlihat sangat antusias dalam pelatihan ini.

Salah seorang peserta yakni Haidar (16) menyatakan bahwa dirinya tertarik dengan tema pelatihan jurnalistik.

Sementara itu  Ami (20) seorang peserta dari mahasiswa Universitas Muhammadiyah, Jakarta menyatakan bahwa dirinya juga ingin menambah wawasan.

Senada dengan Ami yakni Nanda yang sama-sama ingin juga belajar tentang ilmu jurnalistik.




Nara sumber pelatihan ini yakni Mung Pujanarko menyatakan bahwa untuk menjadi penulis atau wartawan, yang penting adalah kemauan serta sesuai dengan fakta dan data.

Pihak panitia dalam pelatihan ini sangat mengharapkan bahwa ilmu jurnalistik bisa dipraktikkan dengan mudah.


“Saya ingin agar peserta mudah membuat tulisan berita secara cepat tepat dan akurat,” ujar Sugiatmico selaku panitia. (*)

Senin, 21 Agustus 2017

Wisata itu Membaca

Bagi saya... ini bagi saya pribadi lho yah.
Mungkin juga tidak cocok bagi orang lain.

Bagi saya wisata itu sama dengan saya membaca.

Saat Wisata saya upayakan untuk tekun membaca atau menelaah segala pengalaman saat berwisata.





Mulai dari proses perencanaannya, perjalanannya dan sampai di tempat tujuan wisata itu.

Kemudian  5W dan 1 H  di tempat wisata itu pun saya 'baca' sebisanya.

Semuanya bagi saya ibarat membaca.

Setelah 'membaca' setiap moment yang saya jalani saat berwisata, Sedapat mungkin  saya menyerapnya dalam otak yang terbatas ini.

Kemudian berusaha menuangkan kembali ke dalam sebuah tulisan.

Namun namanya kendala memori mungkin kapasitas memori lah yang harusnya dipertajam ,agar bisa menangkap segala moment penting dalam wisata kemudian menuangkannya ke dalam tulisan lengkap dengan fotonya dan 5 W 1 H-nya.

Tulisan wisata ibaratnya kenangan yang terekam di dalam blog plus foto dan kalau ada video.

Jadi kalau kata orang adalah : "Sebelum Anda jadi penulis ataupun jadi jurnalis yang penting terlebih dahulu banyak membaca atau iqra, "

Saya berpendapat bahwa saat perjalanan hidup kita inilah sejatinya adalah membaca.

Saat momen demi moment hidup ini adalah 'membaca'.

Apalagi saat kita melakukan trip atau perjalanan wisata dalam hidup kita, saat itu pula adalah 'membaca'.

Setelah membaca maka tuliskanlah agar dibaca oleh orang lain.

Hal ini sudah membuat wisata menjadi lebih bermakna ☺☺☺☺☺

Minggu, 06 Agustus 2017

Moment Unik



Saya ingin mengenang moment selfie saya di atas.

Ketika saya perhatikan....ada 2 orb di atas....dan di belakang di tangga ada sedikit glare photo.

Orang matrialis pasti hanya menganggap hal itu adalah fenomena glare light biasa sebagai fenomena fisika photo.

Saya juga berpikir fisika.

Hanya saja saya ingat bahwa bukankah ada kehidupan lain ciptaan Tuhan YME yang bukan hanya ada di alam dimensi keempat (ruang 3D plus waktu) tempat manusia hidup.

Apakah saya percaya bahwa Tuhan YME menciptakan makhluk selain manusia yaitu makhluk jin (artinya tersembunyi) dan malaikat?

Jawaban saya tegas dan tanpa malu- malu saya mengatakan : Ya saya percaya dan yakin Tuhan Yang Maha Esa menciptakan jin dan malaikat.


Saya juga percaya bahwa Tuhan YME menciptakan 7 langit.
Itu saja.

(*)

Jumat, 28 Juli 2017

Pelatihan Menulis Berita Cepat (quick news) untuk Warga Cijantung




Bertempat di sebuah ruang kelas di dekat kawasan Mall Cijantung, Jakarta Timur hadir sekitar 19 orang peserta yang berminat untuk mengikuti pelatihan penulisan berita cepat (quick news).

Pelatihan penulisan berita cepat ini digelar pada hari Jumat (28/7).

Dalam pelatihan ini peserta antusias untuk ingin segera bisa menulis berita secara cepat, tepat dan akurat.

Salah seorang peserta bernama Monang (24) menyatakan bahwa dirinya ingin cepat bisa menulis berita secara quick news.

“Saya ingin memahami materi penulisan berita cepat ini, agar saya bisa menulis berita secara cepat dan tepat,” ujar Monang, di Mall Cijantung, Jumat, (27/8).

Sementara rekan lainnya bernama Iwan (25) memaparkan pula bahwa dirinya ingin juga memperoleh ilmu menulis secara mudah dan cepat.

“Saya juga ingin bisa menulis secara cepat ,” imbuh Iwan, sungguh-sungguh.

Sedangkan seorang peserta bernama Soni yang pernah mengikuti pelatihan ini berkata, dirinya ingin lebih memantapkan skill (keahlian) menulis.

Nara sumber dalam pelatihan yang berlangsung lancar dan semarak ini yakni Mung Pujanarko (43) yang menyatakan bahwa yang penting adalah peserta bisa mulai menulis tanpa rasa takut salah, ragu-ragu atau juga hambatan dalam diri yang lain.

“Peserta harus mantap dalam menulis,jangan takut salah...yang penting mulai saja dulu,” ujar Mung Pujanarko selaku nara sumber. (*)

Minggu, 23 Juli 2017

Pengurus DPD PPWI Jabar Rapat Persiapan Seminar

Sembilan orang anggota pengurus DPD PPWI Jawa Barat melakukan rapat persiapan Seminar Jurnalistik.

Rapat ini dilakukan di resto Warung Teko, Mall Summarecon, Bekasi Barat, hari Minggu 23/7.

Sugiatmico selaku ketua DPD PPWI Jabar menyatakan bahwa rapat ini bertujuan untuk koordinasi mempersiapkan kegiatan seminar dan workshop jurnalistik tingkat pelajar.

"Kami ingin mengadakan seminar dan workshop jurnalistik untuk para remaja terutama awalnya pelajar di Bekasi, dalam materi yang hendak kami sampaikan adalah bertema cara cerdas menangkal ujaran kebencian, dan menangkal berita hoax," terang Sugiatmico selaku ketua DPD PPWI Jabar, Minggu (24/7).

Sedangkan menurut Andriani selaku peserta rapat sekaligus Wakil Ketua DPD PPWI Jabar menyatakan bahwa dengan program pelatihan ini nantinya remaja diharapkan mampu berbahasa verbal yang baik, tidak mudah melakukan kekerasan verbal, dan membully dengan kata-kata.

Karena akan dilatih membuat informasi news yang baik. Mengaplikasikan bahasa tutur menjadi bahasa tulis yang baik dan benar.

"Serta dapat mengetahui, memilah berita itu hoax atau bukan, dan pada akhirnya mampu menyampaikan berita secara baik," ungkap Andriani dalam rapat tersebut.

Hadir dalam rapat ini Mung Pujanarko selaku narasumber untuk
melatih bagaimana cara membuat quick news atau berita cepat.

Karena dalam kesempatan rapat ini juga diberikan materi teknis pelatihan membuat berita cepat-tepat, untuk semua pengurus DPD PPWI Jabar.(*)



Minggu, 25 Juni 2017

Media Online Ciri Demokrasi



Kalau orang melek demokrasi, pasti dia sadar bahwa tumbuh berkembangnya media online di tengah masyarakat sebuah wilayah negara adalah merupakan salah satu ciri demokrasi yang sehat di dalam rakyatnya.

Jika sebaliknya, maka kita bisa melihat contoh nasib warga Korea Utara yang warga rakyatnya tidak bebas menggunakan media internet, tidak bebas bersuara di media online dan bahkan tidak bebas ber-medsos, karena media online di Korea Utara dikendalikan oleh rezim negara itu.

Buktinya apa mas ? ya ketik saja kata kunci 'north korean media censorship' di google dan silahkan dibaca sendiri.

Lha wong seorang mahasiswa Amerika bernama Otto W. yang jadi turis di Korea Utara yang iseng mengambil leaflet propaganda, saja ditangkap, -ditahan lama, hingga menderita koma saat dipulangkan-, kemudian meninggal kok

Jika ada orang yang ingin agar kebebasan bermedia online kembali dikontrol mirip ketika rezim orde baru mengontrol media, maka orang itu mungkin belum pernah ke Amerika Serikat dan negara maju lainnya untuk melihat demokrasi yang berjalan baik, dan menjamin kemerdekaan hak berserikat dan mengeluarkan pendapat.

Terus ada sebagian dari diri saya yang bilang, mencerca dengan penasaran :"Tapi mas rakyat kita yang kebanyakan masih dunia ketiga --(saya tidak menyebut dengan miskin dan bodoh) ini belum siap demokrasi bebas ala Amerika apalagi ala negara maju, ingat mas kita ini dunia ketiga, ulangi : Dunia Ketiga (Third World Country), sebuah kenyataan yang harus dihayati, disadari, ditelan, dan diterima secara bersama-sama..."

"yaaa...dipikir sendiri dulu gimana baiknya toh kebebasan bersuara dan berpendapat sudah diatur dalam UU yang berlaku" jawab saya sendiri, lagi ☺

Jawaban pol yang paling mantep yang bisa saya pikirkan sekarang adalah : "Kita kembalikan saja pada Ideologi Pancasila Yang Sakti, beres kan.. jawab saya lagi dengan tenang pada diri sendiri juga, bukan pada orang lain ☺

Media Online yang saya Ibaratkan

Media online dotcom atau berbasis internet membuat masyarakat makin mudah mengakses aneka informasi di  dunia ini.

Tak heran, media online berlomba-lomba untuk meraih ranking tinggi di dunia persaingan media di dunia internet.

Ranking media online bisa dilihat melalui alexa.com, tinggal ketik nama media onlinenya dan lihat rankingnya baik secara nasional atau global.

Ibaratnya, -ini sebuah perumpamaan yang saya bayangkan- : Media online ini ibarat pohon-pohon yang menyajikan aneka buah segar yang siap disantap, sementara para pengguna media online internet ibaratnya adalah burung-burung  yang terbang di angkasa dan melihat-lihat buah ranum yang tersedia di pohon-pohon yang banyak jumlahnya.

Jumlah pengguna internet di Indonesia juga disebut-sebut di kisaran antara 63 juta jiwa menurut situs kominfo di sini  

Ø  Jumlah Pengguna Internet sebanyak itu adalah potensial orang yang bisa melihat aneka iklan dan informasi yang disajikan media online pada umumnya.

Karena itu untuk mempertahankan rankingnya yang tinggi,  maka media media online besar dan ternama ibaratnya makin memperbanyak buah ranum segar di pohonnya agar burung-burung mau ‘memakan’ buah itu.

-Saya Ibaratkan bahwa media Online yang besar adalah mirip pohon besar yang buah informasinya banyak sekali, dan berbuah lebat tiap hari.

-Saya Ibaratkan para peselancar di internet adalah burung-burung yang hendak mencari buah informasi.

-Saya ibaratkan pula bahwa burung-buring ini ada yang langsung mendatangi pohon besar yang buahnya banyak dan lebat karena dengan sebuah pohon saja dia bisa menikmati aneka  buah informasi.

-Saya ibaratkan, ada burung-burung yang mencari buah informasi ini tidak langsung menuju ke sebuah pohon inforamsi, namun terlebih dahulu dipandu atau di-guide oleh mesin pencari atau search engine.

-Saya ibaratkan mesin pencari sperti google adalah  sebuah stasiun angkasa tempat burung-burung biasa menuju terlebih dahulu untuk mencari buah tertentu yang dibutuhkannya.

Untuk itu maka pohon-pohon media online ini seringkali menggunakan teknik SEO (Search Engine Optimalization) agar 'buah informasinya' mudah dikenali oleh sebuah 'stasiun  mesin pencari' yang membantu burung-burung mencari buah yang spesifik.

Tidak Hanya Pohon Besar saja yang Dihinggapi Burung.

Hal ini tentu disambut baik dalam dunia jurnalistik, karena dengan begitu maka makin banyak jurnalis memperoleh kesempatan untuk mengasah ketrampilan jurnalistiknya dengan bekerja di media online yang  ada.

Sedangkan media online menengah dan kecil juga mungkin untuk rankingnya naik merambat ke atas, dengan syarat-syarat umum yakni kreatif dan inovatif.

Di dunia internet ini tidak hanya pohon besar yang buahnya banyak saja yang sering dihinggapi burung.

Namun juga ada pohon-pohon sedang dan kecil yang buahnya manis, serta mungkin buah infonya sangat spesifik, dan mungkin juga buah infonya tidak senada dalam menggiring opini  publik - apalagi buahnya sudah tercemar untuk kepentingan politik sang konglomerat pemilik pohon media besar itu.

Maka pohon independen yang tak besar itu juga akan 'dihinggapi’ oleh 'para burung' pengakses informasi di internet.

Hanya saja hindari berita hoax atau berita bohong yang tak didukung fakta dan data yang jelas.

Karena 'burung-burung' pun juga akan curiga dan enggan hinggap lagi jika buahnya ternyata plastik dan bohongan bukan buah beneran.

Salam jurnalistik, teruslah menulis dan menuangkan fakta, data serta opini dan pikiran kita semua, karena sebenarnya jika kita membagi pengetahuan maka, akan makin bertambah pengetahuan kita secara alamiah. 

Alangkah ruginya orang yang menyembunyikan ide pengetahuannya, kalau hanya ide pengetahuan itu dibawa masuk ke liang kubur, untuk apa?

Karena pengertahuan itu bukan milik kita sebagai manusia biasa. (*)

Selasa, 06 Juni 2017

Majalah 'Hai' Berhenti terbit Cetak

Bulan Juni 2017 adalah bulan terakhir majalah 'Hai' cetak terbit. 

Mulai 1 Juni 2017 majalah cetak ini memutuskan tidak lagi naik cetak. Namun beralih ke platform online digital dengan laman hai.grid.id.

Saya pribadi ingin nostalgia sedikit bahwa saya pernah berlangganan majalah 'hai' ini saat masa pra remaja dan remaja sejak saat masih SD saya suka baca komik yang ada di dalam majalah hai antara lain :

- Trigan dengan tokohnya :Jano, Trigo, Bragg dalam Komik lukisan Don Lawrence

-Storm dan Si Rambut Merah

-Arad dan Maya


-Roel Dijkstra

-Rahan

-Prajurit Rogue, komik strip asyik tentang Prajurit benama Rogue yang punya micro chip di tubuhnya, ada pula temannya Bagman.

Saya ingat cerita Lupus-nya Hilman Hariwijaya  juga di Hai.

Juga epik balada bersambung 'Balada Si Roy' yang  karya Gola Gong. Khusus 'Balada Si Roy' ini sangat inspiratif, membuat saya juga terdorong menulis liputan travelling saya di blog ini sebisa saya saja, bukan fiksi.

Juga cerita "kiki dan komplotannya" karya Arswendo Atmowiloto.

Kemudian cerbung 'Imung Detektif Cilik' karya Arswendo Atmowiloto... lucu juga karena nama Imung ini mirip nama panggilan saya dari kecil hingga kini he he he :-)

... dan banyak lagi, hanya saja waktu SD itu sudah agak terlupa. Namun saya ingat ada beberapa komik strip dalam Hai yang saya ingat, semuanya bagus, seperti komik strip 'Coki si Pelukis Cepat'.

Saya juga ingat banyak kisah pejuang 45 dalam bentuk komik strip yang sangat heroik di majalah 'hai'. 

Menginjak usia  SMP sekira tahun 1986-1989, kalau majalah 'hai' sudah datang diantar loper koran ke rumah, saya selalu siapkan snack buatan sendiri dulu - kentang goreng-, caranya gampang cuci kentang, kupas kentangnya, iris peresegi panjang -goreng, makan pakai sambel 'selera', sambil baca 'hai' he he he... 

....saat SMA tiba di th 1989- 1992 saya juga setia terus baca 'hai' terutama liputan musik luar negerinya yang 'leading' tanpa ada pesaing yang mengulas jagad musik baik nasional maupun musisi mancanegara.

Ulasan musik dalam Majalah 'Hai' adalah serius dan terdepan di jaman dulu itu, dan menjadi acuan untuk anak muda dalam mengembangkan bakat bermusik mereka.




Ya itulah sebatas kenangan jadul alias jaman dulu...

 Kini Hai cetak mulai  Bulan Juni 2017  majalah Hai telah memutuskan untuk tutup.

Sebenarnya beberapa majalah seperti 'kawanku' juga sudah tutup yang menandakan  makin lesunya bisnis media cetak.

Sementara bisnis media online juga tidak semudah cetak dalam menangguk iklan.

Hilangnya majalah cetak Hai yang sudah terbit sejak tahun 1977 menandakan bahwa majalah cetak tidak lagi efisien dalam segi bisnis.

Untuk membuat media cetak jelas membutuhkan modal yang sangat besar, untuk running percetakannya, beli bahan baku kertas, tinta, pra cetak dan biaya panjang untuk sirkulasi terbit dan tagih majalah.

Konten dalam media cetak juga tidak bisa menyaingi konten platform digital yang makin multi platform dari satu laman bisa memuat radio streaming, tv/ video streaming dan  lebih banyak gambar foto dan tulisan yang tak terbatas kuota halaman.

Belakangan ini memang terindikasi semakin banyak media cetak di Indonesia yang tutup tau pindah menjadi media online. Pada tahun 2016 lalu misalnya, majalah terkenal untuk pria 'FHM' memutuskan tutup.

Di negara seperti Amerika Serikat, media cetak pun sudah cukup banyak yang tutup. Ketik saja kata kunci di google : 'defunct newspaper', maka akan disajikan ratusan daftar media cetak yang sudah tutup di Amerika. (*)

Kamis, 18 Mei 2017

Fikom Days 2017 FIKOM Jayabaya

Event FIKOM Days yang didakan oleh para mahasiswa Fikom Jayabaya digelar mulai hari Kamis 17/5s.d hari Jumat 28/5.

Event tahunan mahasiswa Fikom universitas Jayabaya ini, pada tahun ini bertema " Suara Bangsaku".

Hari kamis 17/5 dihelat seminar bertempat di gedung Universitas Jayabaya.
Mung Pujanarko

Sebagai pembicara adalah Budi Dwi Haryanto (Hary), pendiri kampung batik palbatu, Jakarta

Moderator Mung Pujanarko, S.Sos, MI.Kom.

Dalam seminar ini Hary menjelaskan hal-ikhwal Batik kepada para mahasiswa.
"Agar generasi muda mencintai Batik, dan paham mengenai pakem pembuatan batik, juga bisa membedakan antara Kain Batik Tulis dan Kain Motif Batik" jelasnya.

Karena menurut Harry jika disebut Batik tulis syaratnya adalah adanya canting, malam atau cap. (*)

Rabu, 17 Mei 2017

Fiska Clarisa Berikan Materi Video Jurnalistik di Diklat Kehumasan POLRI

 
Tribratanews.polri.go.id-Polda Papua Barat, Dalamrangka meningkatkan kemampuan kehumasan bagi anggota Humas Polri jajaran se-Indonesia, Divisi Humas Polri menggelar Pelatihan Kehumasan mengenai jurnalistik media sosial yang berlangsung tanggal 15-21 Mei 2017 yang berlangsung di Hotel Falatehan Jakarta.
Dihari kedua ini (17/5) Pelatihan diisi oleh narasumber Fiska Clarisa dari Reporter Kompas TV. Pada kesempatan tersebut Fiska memberikan materi Video Jurnalistik tepatnya cara menjadi presenter yang baik dan benar. Berbagai teori jurnalistik juga diberikan oleh Fiska kepada 34 personil Humas Polri yang mengikuti pelatihan tersebut. Usai pemberian materi dilaksanakan sesi praktek yang harus diikuti oleh peserta pelatihan. Para peserta diberikan sebuah tema oleh Fiska yang nantinya harus dipraktekan oleh peserta yang akan mengikuti praktek di kegiatan pelatihan ini. Peserta yang tampil pertama dari Polda Sumatera Selatan Bripka Yulius. Bripka Yulius melaporkan peristiwa banjir dari daerah Sumatera Selatan yang terjadi baru saja berlangsung. Walaupun tidak lancar, ini merupakan sebuah proses karna bila ingin sukses tidaklah mudah dan harus dengan berbagai latihan. Setelah Yulius peserta yang tampil dilanjutklan oleh peserta lain namun tidak semuanya karena waktu yang terbatas, namun pada umumnya para peserta mengiktui kegiatan ini dengan penuh semanagat dan keceriaan karena mendapatkan pengalaman baru dari seorang Jurnalis profesional. Usai

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons