cari kata

Senin, 20 Agustus 2012

DIKPIM dan BELA NEGARA PPWI Wujud Cinta Tanah Air



Prakata : Diklat PIM dan Bela Negara bagi anggota PPWI (Persatuan Pewarta Warga Indonesia) ini telah dilangsungkanpada bulan November tahun 2011, namun kenangannya (memorynya) masih membekas jelas di hati sanubari para pesertanya. 
Diklat PIM dan Bela Negara PPWI ini digelar dengan satu tujuan  yakni : agar anggota PPWI semakin memiliki rasa cinta tanah air dan menebalkan sense of diversity atau keberagaman. 
PPWI sebagai organisasi pewarta warga nasional memiliki anggota di berbagai propinsi di Indonesia. PPWI ingin agar setiap anggotanya memiliki rasa cinta pada tanah air Indonesia, untuk itu dengan bimbingan Kopassus yang bersedia memberikan program training bela negara pada PPWI, maka PPWI bersama Kopassus telah menjalankan amanat konstitusi sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 bahwa “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara” (pasal 27 ayat 3 UUD 1945). Pasal tersebut memiliki dua makna, yakni :

a. Bahwa setiap warga negara memiliki hak sekaligus kewajiban dalam menentukan kebijakan-kebijakan tentang pembelaan negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945.

b. Setiap warga negara harus turut serta dalam setiap usaha pembelaan negara, sesuai dengan kemampuan dan profesinya masing-masing.

Foto kenangan :Mung Pujanarko sedang persiapan rapelling dari lantai 5 gedung Kopassus

Mung Pujanarko (ke-empat dari kanan) beserta kawan PPWI lain sedang menyimak survival training Kopassus

Mung Pujanarko (duduk di belakang) saat di kelas bersama rekan2 PPWI

Mung Pujanarko (paling kiri) sejenak sebelum memasang LCR

Mung Pujanarko (pojok kanan belakang) bersama rekan PPWI saat apel pagi di markas Grup 3 Kopassus

(Mung Pujanarko pojok kanan depan, memperhatikan penjelasan dari Instruktur dari Grup 3 Sandi Yudha)

(pagi push up, siang juga,..)


Rangkaian acara pertemuan nasional dan Diklat Kepemimpinan serta Bela Negara yang dihelat PPWI bekerjasama dengan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD, yang dihelat Markas Komando Kopassus, Cijantung berjalan dengan sangat baik. Acara tersebut dihelat selama 1 minggu sejak tanggal 20-26 November 2011. Di mata warga sipil, Diklat Kepemimpinan dan Bela Negara yang dipusatkan di Markas Grup 3, Komando Pasukan Khusus menjadi kesempatan langka dan menarik.
    Sejumlah 25 orang anggota dan pengurus PPWI se-Indonesia telah tamat mengikuti Diklat Kepempimpinan dan Bela Negara yang di Mako Kopassus Cijantung, Jakarta. Dengan berbagai aturan disiplin, dan tata cara yang sangat ketat, puluhan anggota PPWI mengikuti perintah dan panduan dari para instruktur profesional dari Kopassus. 
Menurut Mung Pujanarko, editor di situs berita www.indonesiamediacenter.com dan situs berita www.pewarta-indonesia.com, sekaligus juga merupakan Wakil Ketua Dewan Pengurus Nasional PPWI, yang juga menjadi salah satu peserta diklat, pelatihan ini diharapkan dapat membentuk karakter dan mental kedisiplinan setiap anggota PPWI. 
  Mung Pujanarko menjelaskan bahwa karakter setiap orang pada hakekatnya harus dibangun. 
Karakter yang bagaimana ? Yakni karakter kebaikan orang Indonesia yang cinta terhadap bendera merah putihnya, bukan cinta pada bendera lain, -bukan pula cinta pada bendera anime seperti yang muncul di fenomena bendera anime manga populer di HUT ke-80 NKRI di tahun 2025😄-.
Karakter orang Indonesia yang cinta pada bangsa dan negaranya. Rasa cinta terhadap bendera merah putih🇮🇩 dan tanah air bangsanya inilah yang dikhawatirkan bisa jadi luntur, apalagi ketika marak bendera anime kartun manga😁 dikibarkan warga di momen hari ulang tahun ke-80 HUT NKRI😒 agustus tahun 2025.
Menurut Mung Pujanarko yang juga sebagai pewarta sekaligus Dosen jurnalistik di Universitas Jayabaya- Jakarta, dan Universitas Djuanda Bogor, juga Universitas Bung Karno (UBK) Cikini, ini mengatakan bahwa Diklat PIM dan bela negara ini bukan untuk menjadi militer, namun untuk menghayati perjuangan para TKR '45 (Tentara Keamanan Rakyat) para pejuang rakyat di tahun awal kemerdekaan.
 "Tidak dapat dibantah, bahwa rakyat dulu langsung turun berjuang untuk melakukan kontak senjata dengan penjajah, terlatih atau tidak terlatih, jaman merebut kemerdekaan waktu itu rakyat berjuang dengan senjata seadanya, benar-benar seadanya, apalagi jaman perang Diponegoro melawan kolonial belanda tahun 1825, dari jaman ke jaman kita lihat secepat itu rakyat bangkit untuk melawan penjajahan, kini kita sebagai elemen bangsa ingin menghormati spirit perjuangan rakyat itu di tahun 1945 dulu," urai Mung Pujanarko.
Salah satu peserta lainnya, Fenly Sigar, Ketua DPD PPWI Sulawesi Utara memiliki kesan menarik terhadap acara yang dihelat PPWI Nasional tersebut.
"Pertama kali, saya merasa seram mengikuti acara ini, karena kita kan pewarta warga. Ingat tidak, kita sewaktu zaman Soeharto, wartawan jika mengkritik maka dapat dibungkam. Kalau sampai memuat berita-berita yang menyudutkan rezim Soeharto apalagi pemerintahannya, para wartawan akan dibungkam," urai dia dengan penuh kesungguhan.
Tapi, lanjut Fenly Sigar, ternyata sekarang setelah menit-menit awal beradaptasi, terlebih setelah disuruh jalan 2-3 kilometer dengan menyanyikan lagi-lagu nasional, ternyata di sini kita merasa seperti keluarga besar Kopassus ini. Sementara anggota  PPWI dari Sulawesi Utara lainnya yakni Maykel Tielung mengatakan bahwasannya Kopassus dan PPWI memiliki kesamaan visi dan misi, yakni mempertahankan NKRI, negara yang sangat kita cintai bersama. 
Maka hari Rabu, 22 November 2011 lalu itu, seluruh peserta Diklat Kepemimpinan mengikuti berbagai program acara yang telah diskenariokan khusus oleh para komandan dan instruktur Kopassus. Antara lain Pengetahuan Bongkar Pasang LCR, Pengetahuan dasar mengenai Senjata Laras Panjang (SS1, M 16), Pistol (FN 45, Glock), kemudian di-drill  dengan PBB (peraturan baris berbaris) yang ketat, ditambah mengikuti Orientasi Wawasan Kebangsaan dan pengetahuan lainnya terutama teori jungle survival, land survival, navigasi kompas dan peta. Teori tentunya, tapi menambah wawasan, apalagi bagi banyak anggota PPWI yang memang hobbynya naik gunung dan hiking di daerah asalnya masing-masing.
Menurut Mung Pujanarko selaku anggota PPWI ; sekali lagi PPWI apalagi dirinya ingin mengenal senjata sebagai sarana bela negara bukan untuk menjadi militer, -bukan sama sekali-, tapi menurutnya rakyat Indonesia pada tahun 1945 dulu juga berjuang dengan pengetahuan senjata seadanya, ada dengan senjata rampasan tentara Belanda, dan pada pertempuran 10 November 1945 rakyat merampas bedil Jepang dan langsung berhadapan dengan NICA belanda. Bahkan tahun 1825 perang Diponegoro dalam sejarah tercatat rakyat melawan belanda kompeni dengan senjata tradisional.

"Pengenalan senjata ini bukan untuk jadi militer, contohnya di negara lain misal di sebagian negara bagian di Amerika beberapa remaja sudah lebih mahir pegang semi otomatis dari pada remaja di negara lain, karena ada semangat membela tanah air, meskipun ada ekses negatif bila senjata dibebaskan yakni peristiwa-peristiwa penembakan secara random di Amerika misalnya," analognya.
  Sedangkan komentar dari Anhar Rosal, Sekretaris DPD PPWI Riau mengaku, penerimaan dari Kopassus sangat baik. 
"Ini sebuah kebanggaan bagi kita bahwasannya pelatihannya bisa memberikan ilmu bagi kita baik di lapangan terutama dalam menanamkan rasa kebersamaan dalam keberagaman," ujar dia. Harapannya, selepas dari sini karakter masing-masing anggota PPWI bisa lebih baik dan bisa menambah ilmu. 
Pada kesempatan Diklat tersebut, DPD Riau mengirimkan 2 orang dan DPC Siak 2 orang. "Rencananya Riau akan mengirimkan 8 orang tapi karena kendala biaya, jadi yang berangkat hanya 4 orang. Sepertinya para instruktur mendidik kita dengan baik, kita harus menerima setiap keputusan mereka. Cara mendidik mereka sangat bagus," jelasnya yang kali itu memakai seragam pelatihan yang sangat gagah dan menarik.
Peserta belajar teknik survival
Espede Ainun Nadjib, yang notabene-nya seorang kolumnis di berbagai media massa cetak lokal dan nasional yang sekaligus menjadi Ketua DPD PPWI DIY dalam kesempatan tersebut juga mengaku bangga bisa mengikuti acara Diklat Kepemimpinan dan Bela Negara di Kopasus yang umumnya hanya bisa diikuti oleh anggota militer saja.
  Menurut Mung Pujanarko sebagai wakil ketua DPN PPWI Nasional, PPWI dapat memetik berbagai macam ilmu dari TNI, terutama kesadaran pewarta warga atas pentingnya hidup harmonis dengan diversity (keberagaman) suku bangsa dan agama, juga mengasah wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional. (*)

Sumber berita diolah lagi  dari : http://www.pewarta-indonesia.com/special-event/warta-ppwi/7136-dikpim-dan-bela-negara-bentuk-karakter-mental-anggota-ppwi.html 

Mung Pujanarko (tengah) sedang bersiap turun rapelling

Pemandangan dari atas gedung setinggi +- 20 meter

Malam juga di drill, melintasi medan sejauh 10 km tanpa lampu, dan ada ujian fisik mental pada setiap pos, peserta sedang persiapan cross night -lintas malam, terlihat Mung Pujanarko menyimak petunjuk lintas jalur 10  kilometer di malam hari




0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons