cari kata

Senin, 11 Juni 2012

Sindrom Kecantikan

Saya punya rekan dulu di saat mahasiswa yang wajahnya kebetulan cantik. Karena cantik itu banyak pria rekan mahasiswa yang naksir dirinya. Karena dia tinggi, putih dan cantik. Saya sebagai pemerhati ilmu komunikasi menyadari bahwa wanita cantik secara alamiah memiliki beauty awareness atau sikap sadar bahwa dirinya cantik, dan dengan awareness itu dia sadar pasti mendapat perhatian banyak pria. Namun sikap awareness itu malah kebanyakan berujung pada Beautiful Women Syndrome (BWS).
Sindrom Wanita Cantik atau dikenal sebagai Beautiful Women Syndrome (BWS) adalah istilah yang diciptakan oleh Pick-Up Artists, untuk mengambarkan kondisi psikologis yang tidak diinginkan yang mempengaruhi orang-orang dengan penampilan luar biasa bagus. Istilah ini awalnya sebuah parodi. Karena tidak semua wanita cantik dilabeli dengan BWS.
Namun demikian, kebanyakan orang akan memiliki pertemuan dekat dengan seseorang yang menderita BWS. Serta paling tidak akan mengenali gejala-gejala, dan biasanya mereka tidak akan peduli sampai mereka secara pribadi terluka atau tersinggung oleh BWS-er.

Karakteristik Sindrom Wanita Cantik (BWS) :

 - Kadang sedikit sekali kadar intelektual pengembangan dan kepribadian. Mereka yang menderita sindrom tersebut digunakan untuk mendapatkan kehidupan dengan bertumpu hanya pada penampilan mereka sendiri. Karena mereka tidak pernah ditekan untuk mengembangkan kualitas pribadi, percakapan dengan seseorang yang menderita BWS adalah membosankan.
-  Penderita BWS akan merasa bahwa orang yang mereka anggap kurang menarik (less attractive) adalah seolah-olah lebih rendah dari BWS. Hubungan sosial, mayoritas dibangun terutama atau hanya dengan orang-orang yang menurut mereka semenarik mereka, atau dari kelas sosial yang sama.
-  Meskipun kurangnya pengembangan, akibat menganggap kualitas fisik mereka terlalu tinggi, maka BWS cenderung mengabaikan kualitas pribadi seperti kecerdasan, pesona keramahan, dan kerendah-hatian.
- Penderita BWS kebanyakan mengidap ketidakmampuan untuk menghargai sifat baik pada orang yang kurang menarik; keyakinan bahwa sifat hanya mengagumkan dalam diri seseorang adalah keindahan (atau uang / posisi sosial).
-  Tidak suka kerja keras atau kotor. Para BWS-er berpikir mereka berada di atas bahwa: orang lain harus membantu mereka atau memberikan apa yang mereka inginkan. BWS akan mencari pria penggemar untuk dimanfaatkan dalam mengerjakan pekerjaan atau tugas mereka.
-  Sedikit toleransi untuk perbedaan pendapat. The BWS-er secara samar menuntut bahwa orang lain kudu memperlakukan mereka dengan penuh kagum karena, well, mereka cantik dan jelas lebih unggul .

Jika kita menemukan seseorang yang menderita BWS, tindakan terbaik yang dapat dilakukan adalah memperlakukan mereka seperti Anda perlakukan mereka seperti orang lain. Jangan, terlalu menyanjung, jangan tersandung diri Anda dengan mencoba untuk mendapatkan perhatian mereka, atau memuji mereka berlebihan. Perilaku ini hanya menambah BWS dengan mengkonfirmasi kepada penderita BWS bahwa mereka memang sebagai luar biasa. Sindrom ini hanya bisa disembuhkan oleh BWS-er menyadari mereka adalah fana seperti orang lain.
 Maka kembali pada rekan saya dulu, seiring waktu 15 tahun berselang, kini saya melihat kawan saya yang mahasiswi cantik itu dulu, kini telah menjelang usia 40 tahun, dan terlihat jelas -betapa kini dalam foto di jejaring sosial-, secara alamiah memudar kecantikan dan kesegarannya. Namun, dari berbagai komentarnya pada jejaring sosial dia (BWS-er) masih membanggakan dirinya (atau mungkin ge-er) dengan menyindir banyak sesama kawan pria yang kini bertemu kembali dalam jejaring sosial, bahwa dia dulu dikejar oleh banyak pria rekan mahasiswa.
Komentar dalam jejaring sosial dalam langgam komunikasinya menunjukkan betapa dia masih sadar benar akan banyaknya rekan-rekannya yang dulu naksir dirinya, meski sekarang kawan-kawan pria sudah pada menikah.
 Saya melihat bahasanya pada rekan-rekan pria lain dalam jejaring sosial seperti ini : “Oh kamu kan dulu yang sering menguntit aku (stalker)”, kemudian, “Oh kamu harusnya bangga dong kemeja flanelmu pernah kupinjam, pasti kamu pajang di dinding”. Well, saya merasa geli, juga bercampur kasihan kepada sekumpulan rekan pria kami itu, yang dulu saat kuliah memang dikenal sebagai sekumpulan fans BWS-er itu. Geli dan juga kasihan karena kini 15 tahun berlalu, para rekan pria yang dulu sebagai sekumpulan fans si cantik dulu itu, kini rata-rata sudah berkeluarga. Komentar dari BWS-er itu jelas dan terbuka di jejaring sosial dan dapat dilihat oleh kami semua rekan-rekan sesama alumni. Proses encoding dan decoding message dalam wall  secara eksplisit memperlihatkan betapa dulu para fans pria itu hanya tertarik oleh kecantikan BWS-er.
Ya, memang BWS-er pada akhirnya setelah menjelang usia 40, cukup menggelikan. (*)


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons