Minggu terakhir Desember 2012 ini, saya pergi ke warung di desa saya di Desa Kemang Kab Bogor untuk membeli beras. "Berapa bu berasnya? " tanya saya pada Bu Mimin pemilik warung. Dia menjawab "Seliter ada yang Rp.6000 ada yang Rp.7500," ujarnya. Oh literan ya, jawab saya. Oke deh saya beli.
Kemudian saya mencoba lagi membeli beras di sebuah toko swalayan ternyata yang jenisnya lumayan bagus dijual dengan harga Rp 10.000,- per kilo jenisnya delanggu super.
Beras mahal mungkin bukanlah topik yang mengherankan, karena mahal bagi orang adalah relatif seberapa kuat kantong seseorang maka dari situlah diukur mahal dan tidaknya. Jika mungkin dari kacamata seorang buruh yang gajinya di pabrik mencapai Rp 2 juta per-bulan maka jika dia menghidupi sekeluarga dengan istri dan dua orang anak maka, tentu saja harga beras yang Rp 10.000,-/kg bisa dibilang mahal.
Juga bagi kebanyakan warga desa di tempat saya tinggal di area Bogor Barat, sudah menggumam bahwa beras sekarang kian mahal. Saya berpikir karena lahan kita untuk tanam padi kan sudah menyempit, impor juga tergantung cuaca negara penghasil beras seperti India, Thailand, Filipina dll jika ada badai di negara tetangga pasti pasokan juga mengalami kenaikan harga.
Juga bagi kebanyakan warga desa di tempat saya tinggal di area Bogor Barat, sudah menggumam bahwa beras sekarang kian mahal. Saya berpikir karena lahan kita untuk tanam padi kan sudah menyempit, impor juga tergantung cuaca negara penghasil beras seperti India, Thailand, Filipina dll jika ada badai di negara tetangga pasti pasokan juga mengalami kenaikan harga.
Bicara tentang beras, beras kini bukan hanya bahan pangan namun juga sumber bahan baku etanol untuk bio fuel. Subsidi besar-besaran pemerintah AS untuk industri biofuel berbasis
dan mandat pemerintah EU untuk memproduksi biofuel mengakibatkan produsen dan kekuatan industri raksasa tergiur keuntungan besar
untuk menanam tanaman pangan termasuk beras untuk jadi biofuel/bioethanol/biomethanol. Atau jika repot menanam biji-bijian untuk biofuel, ya tinggal borong dari lantai bursa komoditas pangan internasional, bereslah. Negara miskin tak makan, ya kan tidak ada yang mengurus juga.
Kepentingan bahan bakar dari karbohidrat (zat pati) ini mereduksi tajam tujuan konsumsi manusia. Tanaman karbo untuk pangan jadi menurun drastis, pindah ke menanam untuk biofuel. Beras untuk makan akan segera beras untuk menjadi biofuel.
Kepentingan bahan bakar dari karbohidrat (zat pati) ini mereduksi tajam tujuan konsumsi manusia. Tanaman karbo untuk pangan jadi menurun drastis, pindah ke menanam untuk biofuel. Beras untuk makan akan segera beras untuk menjadi biofuel.
Dalam persaingan memproduksi biofuel ini, di berbagai situs sudah sering diberitakan bahwa Saudi Arabia berniat menyewa jutaan hektar tanah di Papua untuk ditanami padi secara modern dengan traktor, irrigasi, bibit unggul, pupuk. beritanya ada di http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/message/136703.
Beras dan tanaman karbo lain yang kini dihasilkan dunia saat ini bisa untuk pangan dan lebih untung digunakan untuk sumber bio etanol/bio fuel. Hal ini mengakibatkan negara tropis Dunia Ketiga merupakan negara yang harus dijaga benar oleh negara Dunia Kesatu, karena jika minyak makin mahal, maka negara tropis dapat memproduksi bio etanol/bio fuel.
Dan ada artikel yang menarik bahwa harga pangan makin mahal karena dibuat biofuel di situs ini :
Juga tentang beras di Jawa tengah juga ada di situs http://www.suararakyatindonesia.com/78-berita-utama/372-nyanyian-rakjat-ketjil.html
Menariknya, entah karena kurangnya bacaan atau memang tak peduli, para anak muda mahasiswa, saya tanya tentang harga beras, juga ternyata cuek-cuek aja dengan kenaikan beras, "Wah, harga beras bukan urusan saya pak " jawab mahasiswa kompak. Yah karena mungkin nasi matang selalu tersedia di rumah.
Setelah berbincang dengan para mahasiswa di berbagai kampus, dan jawaban adalah seragam bahwa kenaikan harga beras dianggap wajar oleh para mahasiswa. Sayapun membatin, mungkin juga adalah kebangetan kalau ada orang yang mengeluh tentang beras yang perkilonya Rp.9.000,- s/d Rp 10.000,- adanya orang takut dibilang miskin. Atau takut dibilang pesimistis. Padahal di dunia sekarang ini pilihan beras untuk biofuel lebih 'seksi' dan 'hot' ketimbang beras untuk makan orang miskin (*)
0 komentar:
Posting Komentar