Maaf sebelumnya para pembaca blog saya, artikel tulisan ini
sifatnya benar-benar personal hanya untuk saya dan keluarga saja. Mengapa
demikian kiranya ? karena tulisan catatan jurnal saya ini saya lebih tujukan sebagai arsip
online, yang kelak mungkin akan dibaca oleh anak cucu saya, keponakan, cucu keponakan.
Aamiin.
Kalau terlanjur dibaca oleh khalayak bagaimana ? Saya mohon kebijaksanaannya menyikapi tulisan ini, atau : "viewer discretion is advised".
Kebetulan saya melakukan kegiatan ziarah kubur ke makam
keluarga di Kecamatan Nglames, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
Tujuan berziarah kubur adalah bagi kami sekeluarga adalah : Mendoakan para Leluhur dan umumnya semua ummat Muslim yang sudah meninggal.
Ya, berdoa memang bisa dari
mana saja.
Namun ada alasan kedua yakni di makam keluarga ini terdapat
makam yang urut mulai dari makam tante, budhe, pakdhe, adik, sepupu dll juga kakek-nenek (mbah putri-kakung), mbah buyut, mbah canggah dan atas-atasnya lagi.
Karena semua
makam ini ada di satu tempat pemakaman keluarga di pemakaman keluarga kami di Jalan raya Nglames, Madiun, Jawa Timur. Jarak perjalanan dari pusat kota Madiun adalah 30 menit.
Maka berziarah ini
sekaligus kami sekeluarga bisa mengurutkan nama leluhur kami hingga nama leluhur ke atas, sampai ke almarhum Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari (lahir 1754 dan wafat tahun 1904).
Dirunut dari garis keturunan Ayah saya Ir. Subagyo ke atas ke ayahnya lagi yakni Kusno dan ke atas lagi ke Ayahnya lagi, maka ada garis keturunan laki-laki yang tak terputus hingga ke Alm. Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari, di kompleks makam keluarga di Nglames, Madiun.
Urutan pohon keluarga saya dari Ayah saya :
Ayah saya : Ir. Subagyo ayahnya adalah Kusno. Kusno ayahnya adalah Nur Muhammad (makamnya di makam desa Jagalan Kediri). Nur Muhammad ayahnya adalah Kyai Ngujer yang makamnya di Jatisobo, Bekonang, Surakarta, Kyai Ngujer ayahnya adalah Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari yang makamnya ada di Nglames.
Itulah kenyataan yang melekat dalam diri saya, ayah saya dan atasnya lagi.
|
Ini Pohon Keluarga yang di gambar/ditulis sendiri dari tulisan tangan ayah saya Ir. Subagyo |
Sedangkan Makam kakek saya Kusno dan istrinya (nenek saya) yakni Siti Sarah ada di samping kanan makam Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari dan Nyi Ageng Ngalimuntoha.
Juga bagi kami sekeluarga wisata ziarah ini sarat makna, karena di makam keluarga ini ini ada makam ibunda saya tercinta Ibu Ir. Suryandari Soeratman yang lahir tahun 1945 dan wafat tahun 2012 lalu. Ibu saya dimakamkan di pemakaman keluarga ini.
Di kompleks makam ini ada juga makam adik saya Wirastri, meninggal waktu masih di dalam kandungan.
Gunanya apa sih Ziarah Kubur ?
Pertama, gunanya mengingat mati.
Kedua mendoakan pada Tuhan Yang Maha Esa, agar si mati di akhirat mendapat jalan terbaik.
Ziarah kubur kok bawa bunga ?
Bunga hanya unt wewangian saja sifatnya, tidak lebih tidak kurang.
Tidak bawa bunga ya tidak apa-apa, bunga hanya aroma therapy agar saat berdoa, otak peziarah tenang karena menghirup wewangian. Ingat, yang mati tak butuh bunga, dan tak ada yang butuh bunga di kuburan.
Hanya pastikan bawa uang untuk sedekah biasanya bagi orang-orang pengurus kebersihan makam.
Kemudian bagi
saya pribadi, selain bisa melihat
kondisi makam para keluarga yanga asri dan sepi, saya utamanya bisa mengunjungi Masjid Jamik yang
dibangun oleh leluhur kami yakni Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari, di mana sebagian bangunan konstruksi kayunya terutama kuda-kuda atap semua masih lengkap berasal
dari tahun 1700-an akhir atau tahun awal tahun 1800 –an.
|
Masjid Jamik yang dulunya dibangun warga jaman dulu dan dipelopori oleh Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari (lahir 1754 dan wafat tahun 1904). |
|
Ir. Subagyo, M.Sc keturunan kyai ageng Ngalimuntoha Muhammad Besari, Nglames |
Adapun sebagai blogger, saya memberikan apresiasi pada tulisan-tulisan artikel di link-link berikut :
Semoga tulisan kita semua bisa berguna untuk mengenang sejarah perjuangan para pendahulu kita.
Utamanya mengenang perjuangan almarhum Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari (
lahir 1754 dan wafat tahun 1904)yang juga turut berperan aktif dalam perjuangan perang Pangeran Diponegoro (1825-1830) melawan penjajahan kolonialisme Belanda, juga bagi para arwah pahlawan, utamanya juga pada almarhum Pakdhe Imam Mukadi, Pakdhe saya yang makamnya juga di keluarga di Nglames ini, beliau almarhum yang ikut berjuang pada perang 10 November 1945 di Surabaya. (*)
|
Di Depan Kompleks Makam Keluarga, Kompleks Makam Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari, Nglames, Madiun |
|
Kami sekeluarga di Makam Mbah Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari |
|
Masjid Jamik yang pembangunannya oleh warga jamandahulu yang dipelopori oleh Almarhum Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari (lahir 1754 dan wafat tahun 1904).
Makam Nyi Ageng Muhammad Besari |
(**)
|
Budhe Sri Koeswati dan Bpk. Ir.Subagyo memangku foto lukisan Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari dan foto gambar lukisan Nyai Sapaerah binti Muhammad Darso (Syafairah) atau lazim dikenal sebagai Nyai Ageng Ngalimuntoha Muhammad Besari. |