Kalau orang melek demokrasi, pasti dia sadar bahwa tumbuh berkembangnya media online di tengah masyarakat sebuah wilayah negara adalah merupakan salah satu ciri demokrasi yang sehat di dalam rakyatnya.
Jika sebaliknya, maka kita bisa melihat contoh nasib warga Korea Utara yang warga rakyatnya tidak bebas menggunakan media internet, tidak bebas bersuara di media online dan bahkan tidak bebas ber-medsos, karena media online di Korea Utara dikendalikan oleh rezim negara itu.
Buktinya apa mas ? ya ketik saja kata kunci 'north korean media censorship' di google dan silahkan dibaca sendiri.
Lha wong seorang mahasiswa Amerika bernama Otto W. yang jadi turis di Korea Utara yang iseng mengambil leaflet propaganda, saja ditangkap, -ditahan lama, hingga menderita koma saat dipulangkan-, kemudian meninggal kok
Jika ada orang yang ingin agar kebebasan bermedia online kembali dikontrol mirip ketika rezim orde baru mengontrol media, maka orang itu mungkin belum pernah ke Amerika Serikat dan negara maju lainnya untuk melihat demokrasi yang berjalan baik, dan menjamin kemerdekaan hak berserikat dan mengeluarkan pendapat.
Terus ada sebagian dari diri saya yang bilang, mencerca dengan penasaran :"Tapi mas rakyat kita yang kebanyakan masih dunia ketiga --(saya tidak menyebut dengan miskin dan bodoh) ini belum siap demokrasi bebas ala Amerika apalagi ala negara maju, ingat mas kita ini dunia ketiga, ulangi : Dunia Ketiga (Third World Country), sebuah kenyataan yang harus dihayati, disadari, ditelan, dan diterima secara bersama-sama..."
"yaaa...dipikir sendiri dulu gimana baiknya toh kebebasan bersuara dan berpendapat sudah diatur dalam UU yang berlaku" jawab saya sendiri, lagi ☺
Jawaban pol yang paling mantep yang bisa saya pikirkan sekarang adalah : "Kita kembalikan saja pada Ideologi Pancasila Yang Sakti, beres kan.. jawab saya lagi dengan tenang pada diri sendiri juga, bukan pada orang lain ☺
Media Online yang saya Ibaratkan
-Saya Ibaratkan bahwa media Online yang besar adalah mirip pohon besar yang buah informasinya banyak sekali, dan berbuah lebat tiap hari.
-Saya Ibaratkan para peselancar di internet adalah burung-burung yang hendak mencari buah informasi.
-Saya ibaratkan pula bahwa burung-buring ini ada yang langsung mendatangi pohon besar yang buahnya banyak dan lebat karena dengan sebuah pohon saja dia bisa menikmati aneka buah informasi.
-Saya ibaratkan, ada burung-burung yang mencari buah informasi ini tidak langsung menuju ke sebuah pohon inforamsi, namun terlebih dahulu dipandu atau di-guide oleh mesin pencari atau search engine.
-Saya ibaratkan mesin pencari sperti google adalah sebuah stasiun angkasa tempat burung-burung biasa menuju terlebih dahulu untuk mencari buah tertentu yang dibutuhkannya.
Untuk itu maka pohon-pohon media online ini seringkali menggunakan teknik SEO (Search Engine Optimalization) agar 'buah informasinya' mudah dikenali oleh sebuah 'stasiun mesin pencari' yang membantu burung-burung mencari buah yang spesifik.
Tidak Hanya Pohon Besar saja yang Dihinggapi Burung.
Hal ini tentu disambut baik dalam dunia jurnalistik, karena dengan begitu maka makin banyak jurnalis memperoleh kesempatan untuk mengasah ketrampilan jurnalistiknya dengan bekerja di media online yang ada.
Maka pohon independen yang tak besar itu juga akan 'dihinggapi’ oleh 'para burung' pengakses informasi di internet.
Karena 'burung-burung' pun juga akan curiga dan enggan hinggap lagi jika buahnya ternyata plastik dan bohongan bukan buah beneran.
Alangkah ruginya orang yang menyembunyikan ide pengetahuannya, kalau hanya ide pengetahuan itu dibawa masuk ke liang kubur, untuk apa?