Blog ini
saya pergunakan sebagai back up memory otak saya.
Tanpa blog ini bagi saya
amatlah sulit mengingat secara lebih detail pengalaman-pengalaman unik dan
menarik yang pernah saya alami dan jalani.
Jadi menulis
untuk jurnal blog ini bagi saya adalah merekam sebuah kisah perjalanan.
Liburan panjang akhir tahun 2018, kami berangkat
dari Bogor hari Jumat tanggal 22-12 -2018 malam sekira jam 22:00 WIB.
Dari Bogor masuk tol menuju arah Bekasi dan langsung
masuk tol Cikapali dan terus berkendara via jalan tol hingga exit di Probolinggo Jawa Timur keesokan harinya pada Sabtu siang (23/12).
Tiba di Jember sekira pukul 15:00 wib Sabtu sore (23/12).
Di Jember, kami sekeluarga menyempatkan
melihat almamater UNEJ tempat dulu menimba ilmu di FISIP UNEJ.
Pada hari Sabtu (23/12) itu kami menginap di kota Jember.
Kemudian pada hari
Minggu (24/12) barulah kami meneruskan perjalanan menuju ke Gunung Ijen.
Kami sekeluarga
menempuh jalur via Bondowoso, Sempolan, Pal Tuding untuk mencapai Gunung Ijen
atau juga biasa disebut Kawah Ijen.
Sampailah kami di
pos pemeriksaan kendaraan pada pukul 13:00 WIB hari Minggu (24/12).
Namun
ternyata pendakian telah tutup karena memang jadwal pendakian adalah mulai dibuka pada pukul 01:00 wib dini hari dan ditutup untuk pendakian pada pukul 12:00 wib siang saja.
Karena ingin
menyaksikan blue fire yang terkenal itu, maka kami sengaja menunggu hingga
malam hari pukul 24:00 wib untuk mendaki Gunung Ijen menuju Kawah Ijen.
Untuk
menunggu malam hari saat pendakian Ijen buka maka kami menunjungi Kawah Wurung
yang berada di kaki Gunung Ijen.
Kawah Wurung
sebenarnya adalah sebuah lembah.
Namun spot
wisata yang cukup sulit dijangkau naik kendaraan roda empat karena akses jalan yang
masih off road.
Meski treknya sulit dilalui spot wisata Kawah Wurung yang adalah lembah ini cukup banyak menyedot minat wisatawan.
Puas melihat
lokasi wisata Kawah Wurung, kami memutuskan untuk ke homestay di resort perkebunan Belawan Ijen untuk rehat sembari menunggu malam tiba.
Di resor Belawan ini kami menjajal mandi sumber air panas belerang alami.
Berendam di
air panas belerang alam ini cukup membuat badan segar.
Ketika malam
tiba pukul 24:00 wib malam, kamipun kembali menyusuri jalan aspal menju ke lokasi Gunung Ijen.
Sesampai di
pos loket pendakian, ternyatabelum buka karena dibuka pukul 01:00 wib dini hari.
Para wisatawan pendakipun telah tertib mengantri di loket karcis untuk mendaki Gunung Ijen.
Untuk mengisi waktu sembari menunggu loket buka, kamipun
menunggu di warung kopi di sekitar pos loket pendakian.
Setelah pos pendakian dibuka kamipun mulai mendaki gunung Ijen, berangkat tepat pukul 01:30 wib, hari Senin (24/12), dan setelah mendaki kurang lebih dua jam kami tiba di kawah Ijen sekira pukul 03:00 wib dini hari, Senin (24/12).
Kami beruntung bisa menyaksikan blue fire ijen yang terkenal itu.
Hanya saja dihimbau bagi wisatawan pendaki yang memiliki sakit darah tinggi, jantung, asthma, dan kondisi badan tidak fit jangan dipaksakan naik gunung Ijen apalagi memaksakan turun ke kawah ijen yang terjal dan curam treknya, karena asap dan uap belerang yang ada di kawah Ijen tergolong cukup beracun.
Untuk itu kami menyewa masker gas yang disediakan oleh masyarakat setempat di lokasi sebelum menuju kawah
Ijen.
Setelah itu pada sekitar 05:30 wib kami memutuskan untuk kembali menuruni ke kaki gunung Ijen dan menyudahi pendakian karena tujuan kami melihat blue fire sudah terpenuhi.
Kami mencoba jalur jalan aspal menuju ke Jambu, Licin, Banyuwangi, untuk pulang, karena naiknya kemarin hari minggu (23/12) lewat Bondowoso maka hari senin (24/12) kami turun dengan rute yang berbeda yakni via kawasan Licin, Jambu, Banyuwangi.
Kami sempat lewat pelabuhan ketapang Banyuwangi, kemudian mampir berfoto di patung penari gandrung yang ikonik.
Kemudian mampir pula di kawasan pasir putih Situbondo untuk sekadar berenang di laut.
Kemudian pada pukul 16:30 kami meneruskan perjalanan dengan tujuan Karanganyar jawa tengah.
Kemudian tiba dengan selamat di Karanganyar Jawa Tengah pada Senin malam (24/12) sekitar pukul 22:00 wib. (*)