Ibarat pisau, kita harus menemukan batu asahan yang keras agar menjadi tajam. Saya masih terus berharap betemu dengan aneka batu asahan yang membuat saya makin tajam dalam dunia jurnalistik.
Tantangan umumnya bagi para pewarta online atau jurnalis online adalah tantangan membuat konten yang original, namun memancing khalayak luas untuk mengunjungi situsnya.
Pernah saya bahas tentang Konten Original Halal. Dengan mengusahakan bahwa konten dalam web kita adalah Konten Original Halal, maka kita telah menghindarkan diri dengan metode : "Asal Sensasional".
Pembaca konten yang sensasional memang acapkali terus diburu oleh para pembaca dan netizen. Namun konten yang sensasional juga jangan asal sensasi semata sehingga nantinya bisa terjebak dalam hoax atau kepalsuan berita bahkan pornografi. Misal berita tentang presenter berita yang kini semakin minim busananya telah lazim menjadi sensasi berita di web luar negeri.
Dalam kacamata barat, menjadi anchor berita televisi bila perlu benar-benar menjadi 'anchor' atau jangkar bagi mata pemirsa. Cara menjadi jangkar dalam mata pemirsa televisi yang paling mudah adalah tampil seksi, dan minim berpakaian atau semakin minimal pakaian pembawa berita, bahkan berita cuaca, maka mata pemirsa akan semakin lekat dalam tayangan berita, dan makin banyak iklannya. Ini contoh berita sensasional yang bisa terpeleset dalam hitungan pornografi, sebab mengunggah foto pakaian sang anchor dari luar negeri tadi.
Dalam sebuah web, konten atau isi adalah sebuah aspek yang harus konsen (konsentrasi) dalam pembuatannya. Konten yang konsen adalah konten yang orisinal, dan konten yang konsen adalah senantiasa berkembang. Konten yang baik adalah konten yang terus melangkah dan tidak diam. Konten melangkah adalah konten yang berisi informasi sinambung dengan konten awal yang telah lebih dulu ada.
Konten dalam sebuah web seringkali orang mengatakan bahwa Content is The King atau konten adalah raja. Mengapa ? karena konten dalam web adalah segalanya bagi web itu. Dalam situs web informatif, konten akan mendapatkan traffic bagus atau kunjungan yang signifikan jika konten tersebut :
1. Orisinal
2. Menarik
3. Berguna (usefull)
Bagi pemilik web, mengembangkan konten adalah sebuah keasyikkan dan tantangan tersendiri. Seperti dalam website PPWI yakni situs www.pewarta-indonesia.com dimana saya menjadi kolumnisnya. Konten dalam situs milik PPWI ini termasuk jenis konten yang timeless namun melangkah. Artinya, di dalamnya boleh ada artikel yang timeless, tapi beberapa artikel itu ada yang diteruskan pengembangan informasinya oleh para pewartanya secara kontinyu. Misal info tentang kiprah PPWI.
Sebagai konten, informasi tentang PPWI ini timeless, tak lekang oleh waktu, namun terus kontinyu alias melangkah, misal info tata caramenjadi anggota, tata cara membuka perwakilan daerah, info update tentang Training CJ, dan seterusnya.
Ada pula informasi yang berisi perkembangan geliat pembangunan sebuah daerah dimana pewarta secara kontinyu meliputnya. Yang diharapkan dalam menjalankan konten melangkah, adalah sebuah informasi yang senantiasa disambung dengan informasi perkembangan yang terbaru.
Update tidak harus trend.
Misal di sebuah daerah diberitakan pembangunan jembatan, maka informasi awal menjadi sebuah informasi yang timeless, karena menjadi bagian sejarah sebuah daerah, namun bisa di-update. Misalkan 3 bulan kemudian informasi yang dilaporkan selanjutnya adalah jembatan ini sudah diresmikan dan telah dapat dipergunakan. Jadi dua informasi tentang satu jembatan ini menjadi informasi yang timeless, bagian dari sejarah sebuah daerah. Artinya pembaca yang mencari 5W 1H tentang jembatan itu,masih dapat menemukannya di situs berita yang memuatnya.
Begitu pentingnya konten ini, sehingga tidak sedikit situs yang mati suri, hingga tutup tayangnya karena tidak dapat membuat konten, baik konten timeless atau konten melangkah, apalagi konten yang trending topic, konten yang trending topik adalah konten yang selalu rigid seperti konten milik para situs besar.
Dalam dunia website, sayangnya tidak sedikit pula situs yang informasinya adalah selalu menyadur milik situs lain. Dengan harapan, konten minimal sudah terisi. Menyadur dalam dunia web site justru merugikan traffic situs penyadur, karena susunan rank di mesin pencari tidak akan mengungguli situs asli yang memuat informasi itu secara pertama dan orisinal.
Adapula situs yang kontennya tetap. Tetap, memang bisa dibilang timeless tapi bila tidak melangkah meliput perkembangan aspek yang sudah diinformasikan, maka akan kurang berguna juga (less usefull).
Adalagi contoh, -kalau boleh saya cerita-, ada seorang kenalan saya yang membuat tiga situs bisnis sekaligus. Membuat situsnya sih relatif cepat, namun karena dirinya memang bukan sebagai seorang pewarta, melainkan pedagang, dia kesulitan benar mengisi konten dalam situsnya itu jangankan satu situs, ini tiga situs web yang kontennya mau tidak mau harus ada. Dia bertanya bagaimana cara mengisi kontennya, apakah coppas dari media cetak ? Jawab saya wah jangan itu namanya plagiat, lalu bagaimana? tanyanya bingung, saya tanya, kawan bisa nulis atau motret enggak ? jawabnya : tidak bisa dan akan suruh karyawannya bagian marketing yang isi kontennya. Wah ini memprihatinkan batin saya, ambisi punya web ada namun kemampuan mengisi konten tak ada.
Saya bilang padanya, kalau kesulitan mengisi konten namanya bukan timeless tapi bisa-bisa stagnan webnya.
Kawan saya ini karena profesinya bukan pewarta, dan dia adalah seorang pedagang, memang kurang pergaulan dengan pewarta atau mereka yang memang biasa menulis, memotret dan mengisi konten. Saya katakan biarpun terlihat mudah namun sejatinya pekerjaan menulis, memotret dan membuat berita dan artikel di web tak dapat dipandang remeh, karena kreatifitas para pewarta dan produk jurnalistik para pewarta itu adalah nafas website informatif/ news web site.
Tidak senonoh bila mengelola web hanya main comot isi konten web orang lain, tidak etis bahkan illegal.
Ada pepatah banyak kepala memang lebih baik dalam pengisian konten web. Kecuali anda seorang solo jurnalis, dimana solo jurnalis hanya segelintir jumlahnya di dunia ini saja. Solo jurnalis berarti dia sudah memperoleh pemasukan dari webnya, dia sudah dapat megelola konten-konten orisinal dalam webnya. Bahakan di belahan dunia maju, konten itu mampu membuat media besar melirik, karena saking pentingnya isi konten sang solo jurnalis.
Akhir kata, konten memang hanya bisa dibuat oleh orang yang kreatif. Kreatif ini bukanlah bakat, hanya masalah teknis semata.
Sedangkan website yang hanya menyadur konten, atau re-write konten,- saya perhatikan yang paling marak adalah saling re-write konten, atau paling parah adalah coppas dari konten web lain-, maka justru sulit akan berkembang. Web site yang asal comot konten dari web lain, biasanya sangat kekurangan dari segi SDM, dan aneka kekurangan kreatifitas dan keterbatasan taktis yang lain. Re-write itu berarti tidak memulai menulis sendiri, namun hanya mengubah tulisan milik orang lain, ini bukanlah kreatifitas. Re-Write hanyalah satu step diatas coppas, dan akan tetap kalah pamor dengan konten originalnya yang tentunya diunggah dalam waktu yang lebih terdahulu (leading news).
Konten lebih baik ditulis, diketik sendiri tanpa re-write, tanpa coppas tema konten lain. Jika ingin web site selalu unik, selalulah melangkah, selalulah mengisi konten, tak peduli melangkah kecil atau melangkah besar, termasuk melangkah yakin di tengah langkah para raksasa media. Yang penting melangkah dengan kaki (konten) sendiri yang orisinal, dan buatan sendiri.
Buatan sendiri dimana-mana memang (harus diyakini diri) selalu lebih menarik dari sekedar coppas dari web lain.Jangan coppas, tapi ketikkan jari kita ke keyboard, fotolah sendiri meski pakai kamera Hand Phone, dan tulislah informasi yang menurut anda menarik. Salam Adventure Jurnalistik.
Selasa, 28 Juli 2015
Menajamkan Konten agar Konsen
11:08 AM
mung pujanarko
No comments
0 komentar:
Posting Komentar