cari kata

Selasa, 19 Agustus 2025

Kenangan Membuat Review Materi Diklat ToT PIP Hari Selasa (19/8/2025)

Pada tanggal 7 Agustus 2025 saya mendapatkan notifikasi resmi dari BPIP yang memberitahukan bahwa saya terpilih sebagai peserta Diklat Calon Pengajar Diklat PIP Kualifikasi Madya Angkatan Tahun 2024 -> CPPIPKM2024 Diklat ToT PIP BPIP yang akan dilaksanakan tanggal 19 Agustus 2025 hingga tanggal 23 Agustus 2025. 

https://mung-pujanarko.blogspot.com/2025/08/sertifikasi-pengajar-diklat-pip.html?m=1

 Berikut ini Kenangan Membuat Review Materi dalam Pelatihan bagi Calon Pengajar Diklat PIP Kualifikasi Madya Angkatan Tahun 2024 -> CPPIPKM2024 Diklat ToT PIP BPIP Hari Selasa (19/8/2025) 







Foto kenangan saya di hari pertama Diklat PIP BPIP, saya datang pagi jam 07.30 sebelum diklat dimulai. Hari pada waktu Selasa (19/8/2025) ini hujan di kawasan Sawah Besar Jakarta.

Pada hari Selasa (19/8/2025) yang merupakan hari pertama diklat Calon Pengajar Diklat PIP Kualifikasi Madya Angkatan Tahun 2024 (CPPIPKM2024) => Diklat ToT PIP BPIP Saya berangkat dari rumah di Kemang Bogor  Jawa Barat jam 04.00 WIB pagi, sholat Subuh di terminal Baranangsiang Bogor, kemudian langsung naik bus jadwal bus 05.30 WIB menuju Jakarta dan sampai di lokasi diklat PIP BPIP di Hotel Grand Platinum di kawasan Sawah Besar Jakarta jam 07.00 WIB.

Review materi Selasa (19/8/2025): 

POKOK-POKOK PIKIRAN PANCASILA: Kontekstualisasi Nilai-nilai Pancasila sebagai Ethico-Spiritus Negara-Bangsa Indonesia. Pembicara :  Prof. Dr. Muhammad Sabri selaku Direktur Pengkajian Kebijakan PIP BPIPRI  dalam materi PELATIHAN (Training of Trainer)BAGI CALON PENGAJAR DIKLAT PIP KUALIFIKASI MADYA ANGKATAN TAHUN 2024 Direktorat Perencanaan, Standardisasi, dan Kurikulum Pendikan dan PelatihanBadan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP RI).

Reviu oleh Mung Pujanarko sebagai peserta Pelatihan bagi Calon Pengajar Diklat PIP Kualifikasi Madya Angkatan Tahun 2024 -> CPPIPKM2024 : 

Kontekstualisasi nilai-nilai Pancasila sebagai "ethico-spiritus" (ruh etis-spiritual) negara-bangsa Indonesia, menurut Muhammad Sabri, menekankan pentingnya Pancasila sebagai dasar yang mengikat dalam kebhinekaan dan perekat persatuan bangsa. Pancasila bukan hanya dasar negara, tetapi juga menjadi pedoman moral dan spiritual yang membimbing bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita nasional.

Pancasila sebagai Ruh Etis-Spiritual:

Pancasila, menurut Prof. Dr. Muhammad Sabri, bukan hanya sekadar kumpulan nilai dan norma, tetapi juga merupakan ruh etis-spiritual yang menghidupi bangsa Indonesia. Ini berarti bahwa nilai-nilai Pancasila, seperti Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan, seharusnya menjadi landasan moral dan spiritual dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

 Prof.  Sabri di awal sesi materi dalam ToT ini menjelaskan bahwa di era sekarang ini di media sosial marak terjadi pendapat yang mempertanyakan apakah dalam Pancasila bidang teologis bertentangan dengan humanis atau kemanusiaan ? Hal ini dijawab oleh Prof Sabri bahwa kondisi di Indonesia tidak sama persis dengan di Eropa dimana teologis pernah bertentangan dengan nilai pemikirian ilmu manusia di abad pertengahan. 

Di Indonesia nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa selaras dengan Kemanusiaan atau  dengan penjelasan Prof. Sabri bahwa ada kurang lebih 3000 (tigaribu lebih) religi adat di Tanah Air Indonesia

Prof. Sabri yang saya ingat benar menjelaskan bahwa ketika seorang pemuka adat suku Kajang di sulawesi Selatan ditanya olehnya tentang Tuhan, maka dijawab dengan bahasa tradisional Kajang bahwa : "Lidah kita sebagai manusia ini tidaklah sanggup menjelaskan mengenai Sang Maha Suci," dalam artian lidah manusia fana ini tidaklah sanggup sejatinya untuk menjelaskan tentang Tuhan yang Maha Suci.

Hal ini membuat saya merenung lebih dalam mengenai keaarifan nilai nilai luhur yang telah dikenal oleh Bangsa Indonesia.

Prof. Sabri juga menyoroti pentingnya relasi yang harmonis antara agama dan negara dalam konteks Pancasila. Pancasila, sebagai dasar negara yang mengakui keberagaman agama di masyarakat.

Pancasila sebagai Pemersatu dalam Kebhinekaan:

Dalam konteks Indonesia yang majemuk, Pancasila berperan sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Nilai-nilai Pancasila mengajarkan untuk saling menghargai perbedaan, baik perbedaan suku, agama, ras, maupun golongan, sehingga tercipta persatuan dalam keberagaman. 

Dimensi Filosofis Pancasila:

Prof Sabri juga menguraikan dimensi filosofis Pancasila dari aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologis, serta mengaitkannya dengan pemikiran tokoh-tokoh dunia. Hal ini menunjukkan bahwa Pancasila memiliki dasar filosofis yang kuat dan relevan dengan berbagai konteks pemikiran. 

Kontekstualisasi dalam Kehidupan Sehari-hari:

Kontekstualisasi nilai-nilai Pancasila berarti bagaimana nilai-nilai tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks individu maupun kolektif. Hal ini mencakup bagaimana nilai-nilai Pancasila menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan, interaksi sosial, dan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Dengan demikian, menurut Prof. Dr. Muhammad Sabri, Pancasila bukan hanya dasar negara yang tertulis, tetapi juga merupakan nilai-nilai yang hidup dan menjadi pedoman dalam setiap aspek kehidupan bangsa Indonesia. 

Pancasila bukan sekadar dasar negara, melainkan rumah bersama bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai di dalamnya lahir dari tradisi keagamaan dan kearifan lokal Nusantara, sehingga menjadi titik temu, tumpu, dan tujuan bersama bagi kemajuan bangsa.

Pernyataan itu disampaikan Prof. Dr. Muhammad Sabri, M.Ag Direktur Pengkajian Kebijakan Pembinaan Ideologi Pancasila dan Maheswara Utama BPIP RI, dalam Diklat ToT (19/8/2025) yang saya ikuti sebagai peserta Diklat. 

Kegiatan saya Mung Pujanarko dalam diklat ini selalu mencatat semua uraian pembicara. Saya berniat belajar. Semua uraian saya catat dalam waktu Diklat hari Selasa (19/8/2025) mulai dari pukul 08.30 WIB hingga selesai Diklat hari pertama ini pukul 17.00 WIB.

Ini catatan kenangan saya yang Insha Alloh berguna bagi saya bagi kehidupan saya.

Pembicara kemudian menyoroti tantangan global yang dihadapi Indonesia, seperti paham khilafah yang tentu bertentangan dengan Pancasila.

Prof. Sabri dengan materinya menguraikan Pancasila : Ruh Etis-Spiritual Bangsa.

Prof Dr Muhammad Sabri mengurai dimensi filosofis Pancasila dari aspek ontologis, epistemologis, hingga aksiologis, serta mengaitkan pandangan para pendiri bangsa.

Ia menegaskan pentingnya menjadikan Pancasila sebagai ethicus-spiritus atau ruh etis-spiritual bangsa yang menjadi pengikat moral dan spiritual dalam kehidupan bernegara dan berbangsa.

"Sementara Pancasila sebagai sebuah kode. Kode itu bahwa sekalian, dia hadir bukan untuk selesai, tapi untuk ditafsir sepanjang masa," urai Prof. Sabri.

Saya  Mung Pujanarko sebagai peserta Diklat ToT Diklat PIP BPIP selalu menyimak dengan rasa ingin tahu yang besar. Karena ini kesempatan saya belajar. Saya manfaatkan benar kesempatan belajar sinau urip Pancasila ini.

Saya lahir tahun 1974 di Surabaya.  Saya menempuh pendidikan SD tahun 1981 - 1986 (SD saya 5 tahun karena PPSP IKIP Surabaya program SD PPSP 5 tahun), dan menempuh masa studi di SMPN 29 Surabaya tahun 1986-1989, serta masa SMA saya Mung Pujanarko tahun 1989- lulus SMAN 16 Surabaya tahun 1992, dan Tahun 1992 saya mengikuti Program Pola Penataran P4 Pancasila Pola 100 Jam di Universitas Sam Ratulangi, Menado


 Kemudian saya meneruskan belajar di Universitas Negeri Jember tahun 1993- lulus S1 tahun 1998. Kemudian lanjut S2 tahun 2009 di IISIP Jakarta lulus Magister (S2) tahun 2012. 

Selama kurun waktu belajar di bangku SD-SMP - SMA hingga bangku kuliah saya selalu belajar Pendidikan Moral Pancasila (PMP), ada buku paketnya sejak saya SD di tahun 1981-1986. Masa SMP pun terus belajar PMP hingga SMA juga saya belajar PMP, bahkan Guru PMP SMAN 16 Surabaya bernama Pak Erik kurun waktu masa saya SMA tahun 1989-1992 menjadi kenal baik dengan saya sebagai muridnya.

Nah, kini pada bulan Agustus 2025 ini tepatnya Senin tanggal 19 Agustus 2025 sampai Sabtu tanggal 23 Agustus 2025 saya mengikuti Diklat ToT PIP BPIP, untuk memperkuat dan membina ideologi Pancasila dengan mengikuti Diklat ToT PIP BPIP.

Terimakasih kepada BPIP yang sudah memanggil saya langsung untuk belajar Pancasila secara langsung di Diklat BPIP. (*)

Mung Pujanarko



























0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons