Mengunjungi Palembang, Sumatera Selatan kurang lengkap rasanya jika kita tidak menyeberang ke Pulau Kemaro di tengah Sungai Musi. Di pulau ini terdapat kisah legenda Tan Bun An seorang pangeran dari China yang jatuh cinta dan kemudian meninggal bersama putri setempat di perairan dekat pulau ini.
Ya, namanya juga legenda maka belum ada catatan history secara komprehensif disertai dengan data dan fakta misalnya manuskrip asli dari jaman kuno tersebut.
Bagaimanapun, namanya juga legenda. Boleh percaya, dan tidak percaya juga tidak dilarang. Apalagi kita memaksakan percaya, maka juga tidak baik.
Karena itulah di Pulau Kemaro ini kemudian dibuat sebuah Kelenteng untuk mengingat legenda pangeran China tersebut.
Peristiwa di Pulau Kemaro yang membuat saya terkesan adalah saya bertemu dengan patung "Pak Harto” di tengah pulau ini, patung ini besar juga dengan tinggi 3-4 meter tentu saja patung yang dimaksud adalah sebuah patung simbol kepercayaan tertentu. Saya tidak membahas kepercayaan tertentu.
Namun -sekali lagi-, yang membuat saya amat terkesan karena wajah patung ini mirip benar dengan Pak Harto. Dan berulangkali saya harus tersenyum geli karena semakin dilihat, maka wajah patung ini adalah benar-benar mirip sekali dengan wajah Pak Harto. Sungguh menarik, anda bisa datang ke Palembang untuk mengetahui hal ini. Saya sarankan jalan-jalanlah ke semua tempat wisata di Palembang ini.
Saya mengunjugi Pulau Kemaro ini pada hari Jumat (27/2/2015) sore hari. Dan untuk mencapai Pulau Kemaro ini kita bisa menggunakan speed boat yang tersedia di dermaga sungai Musi, kota Palembang.
Sangat indah pemandangan alam Sungai Musi dan Jembatan Ampera yang sudah terkenal semenjak jaman Bung Karno ini.
Mung Pujanarko dan "Patung Pak Harto" -ingat : "Patung Pak Harto" dalam tanda kutip, artinya bukan arti nyata. foto diambil pada hari Jumat (27/2/2015). |
Sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Untuk itu saya berusaha membuat memorinya di blog saya ini, karena sebuah memori yang kita simpan saja di otak, kita bisa terlupa kalau tak menuliskannya.
Kita manusia juga belum menemukan perangkat canggih yang membuat kita mengingat segala pengalaman kita sejak kecil hingga mati.
Mungkin suatu hari kelak ada alat yang bisa menghubungkan otak dengan device tertentu yang bisa membuat otak bisa disambungkan mirip hard disk yang bisa diakses oleh siapa saja bahkan ketika orang tersebut sudah meninggal. Kita bisa melihat segala pengalaman hidupnya. Kelak saya yakin manusia akan sampai pada jaman Otak menjadi Hard Disk memory.
Namun karena kita belum sampai pada jaman itu, maka memori yang saya simpan di otak ini saya simpan juga back upnya di blog saya agar kapanpun saya bisa melihatnya kembali.
Salam adventure jurnalistik. (*)