Topik yang
saya tuliskan di web log saya kali ini bukanlah merupakan sesuatu hal yang
baru.
Saya
tuliskan karena saya melihat adanya fenomena mindset dari orang yang berbakat
dan berani menjadi pengusaha dan orang yang memang tidak/ belum menemukan bakat bahkan justru menjadi tidak
berani menjadi pengusaha.
Selalu dalam
setiap materi seminar dan workshop juga coaching-coaching tentang kewirausahaan
adalah membahas keberanian untuk membuka kesempatan bagi diri sendiri menjadi
penguasaha.
Baik, hal
ini tentu baik, karena kesempatan peluang harus dibuka sendiri, kesempatan atau
opportunity tentu bukan hanya ditunggu melainkan dibuka sendiri.
Saya melihat
bahwa ketika orang sejak muda ada yang sudah memiliki sikap yang berbeda
terhadap uang, bahwa dia menganggap uang itu hanyalah alat untuk bisa
berspekulasi dalam mengembangkan modal uang itu sendiri.
Ketika orang-orang yang memiliki mindset bahwa
uang adalah modal yang bisa dijalankan untuk melipatgandakan nilai uang itu sendiri,
biasanya sejak muda sikap orang ini adalah sudah bisa menganggap bahwa uang
hanyalah sebagai alat saja. Alat uang ini bisa ditaruh diputar dalam usaha, dalam
investasi, dan bisa saja rugi besar, adakalanya dia untung adakalanya dia rugi, dan hal ini sudah biasa dialaminya, baginya kerugian bukanlah sesuatu yang bernilai
bencana besar.
Namun ada
lagi orang yang sejak kanak-kanak atau masa mudanya menganggap uang itu adalah semata bekal
bertahan hidup.
Dia berhati-hati benar terhadap uang ini, karena mungkin latar
belakang keluarganya yang bukan pedagang/ pengusaha, latar belakang keluarga
yang memperoleh uang dari hasil bekerja keras/ atau bulanan gaji dari orang tua yang
diberikan kepada anak muda ini untuk bekal sekolah, bekal menimba ilmu hingga sampai si anak muda kuliah ini dia tahu bahwa uang kiriman ortu penting untuk
bayar kos, bayar makan, artinya uang kiriman yang sangat krusial bagi
perjalanan menapak studinya.
Maka tentulah bisa terpupuk dalam mindset orang muda
ini bahwa uang bukanlah alat spekulasi, melainkan alat bertahan hidup.
Uang menjadi pusaka keramat untuk menapaki kehidupan yang tentu tak bisa dijalani tanpa adanya uang.
Sikap dia
terhadap uang tentu tidak bisa menganggap bahwa uang ini modal yang bisa ditaruh untuk berusaha, melainkan uang
adalah alat untuk bertahan hidup. Apalagi jika sejak muda usia uangnya sudah ngepas sekali untuk bekal dia menapak studinya.
Semakin
sedikit uang yang didapatnya dari kiriman atau dari honor kerjanya sembari sekolah/
kuliah, maka semakin mepet hidupnya, sebaliknya ketika pengalaman hidupnya
mengajarkan bahwa semakin banyak uang yang diperoleh dari kerja dan kiriman
ortu maka semakin leluasa hidupnya.
Hal ini pun terbawa ketika bekerja, yang dicari pertama adalah gaji besar sesuai pengalaman sikap dia terhadap uang yang sudah dipupuk mindset sejak masa kanak-kanak
Namun di lain sisi, ketika tumbuh
dewasa maka orang muda yang tadinya sudah memiliki sikap bahwa uang adalah bisa
menjadi alat spekulasi untuk meningkatkan nilai uang itu dengan diputar/
dijalankan/ dikulakkan barang mungkin,atau ditaruh pada barang atau pada pengembangan fasilitas jasa.
Artinya
dia menganggap bahwa uang bisa diinvestasikan untuk memutar barang, atau
menjalankan jasa dan bentuk-bentuk investasi lainnya.
Meski terkadang spekulatif sifatnya
karena ada faktor untung dan rugi
Namun sikap ini memupuk mindset tentang
uang.
Dia akan menganggap bahwa uang sebagai alat untuk bisa berusaha guna
mengembangkan keuntungan.
Orang muda jenis ini beberapa contoh kenyataan yang saya
lihat pada masa dewasanya dia berani untuk memutar kapitalnya sendiri, rugi dan
untung sudah dia rasakan ketika muda, baginya rugi dan untung bukanlah hal yang
luar biasa.
Rugi
bukanlah hal yang mengecewakan sangat, karena mungkin saat masa mudanya dia
sudah merasakan secara mental mengalami rugi/ kerugian/ punya pengalaman menanggung kerugian akibat
usahanya gagal, namun baginya hal ini tidak memberhentikan niatnya untuk tetap
berupaya memutar modalnya.
Ketika dewasa maka dia bisa mengembangkan sikap menganggap
untung dan rugi hanyalah konsekuensi saja dari upaya berusaha.
Sebaliknya orang
muda yang sejak muda tadi menganggap bahwa uang kiriman atau pendapatan uangnya
adalah sebagai alat survival, alat bertahan hidup, sebuah pusaka yang dia
pelajari sejak TK sejak SD bahwa sangu bekalnya adalah hal yang membuat dia
survival sejak masa kanak-kanak, apalagi sudah tertanam mindset ini,- bahwa uang yang dia perolah dari ortu dari honor dia adalah pusaka untuk bekal bertahan hidup di lingkungan dia hidup- maka
relatif sulit mengembangkan mindset bahwa uang yang dia kumpulkan dengan susah
payah itu bisa berani dibuat berusaha, bisa ditanamkan , dikulakkan barang untuk
dijual.
"Oh, tentu terlalu riskan", pikirnya, karena mindset yang dibentuk sejak muda, sejak kuliahnya
dulu adalah uang ini merupakan pusaka untuk bertahan hidup, ga ada uang=ga
makan, ga ada uang maka ga kuliah, uang yang dia peroleh adalah pusaka hidupnya.
Maka jika dia jangankan berusaha berdagang,
melihat/ mendengar orang rugi saja sudah bias pikirannya, bias bahwa usaha dan rugi adalah rugi itu mengerikan.
Ketika
melihat orang untung pun dia ragu, apalagi ketika melihat orang untung dalam
berdagang kemudian terpuruk rugi di depan matanya, ini sama saja dengan dia
melihat film horror, dia akan bersyukur bahwa uangnya tidak jadi dibuat usaha
atau investasi.
Uang gajinya akan tetap menjadi pusaka hidupnya.
Hal inilah
yang menjadi alasan saya menuliskan topik simpel ini, tidak lain adalah untuk
merefleksikan memantulkan kembali ke dalam tulisan ini tentang apa yang saya
lihat sendiri.
Jika Anda yang kebetulan kesasar membaca tulisan ini, jika mau komentar boleh silahkan saja.
Pengalaman hidup tentu berlainan, yang saya tuliskan adalah pengamatan saya terhadap teman-teman semenjak muda, terhadap lingkungan dari kecil hingga dewasa.