Facebook.com merupakan salah satu media massa non struktur redaksional. Karena di dalam channel situs media Facebook.com tidak tercantum secara jelas, struktur hierarkis redaksional seperti : Pimred, Redpel, Wartawan dan Reporter seperti halnya struktur hierarkis media massa redaksional. Facebook.com tetaplah disebut sebagai media massa saja karena fungsinya sebagai media (channel) yang menghubungkan antar massa sebagai partisipan dan khalayak.
Jadi, karena bukan media massa redaksional, di mana tak ada Pimred sebagai penanggung jawab redaksi, maka para pengguna Facebook sendirilah yang merupakan penanggung jawab dari apa yang ditulisnya. Jadi penanggung jawab content bukan pada pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, melainkan pada para pengguna Facebook itu sendiri. Orang bisa dipidanakan jika menulis fitnah di Facebook. Jadi, media massa Facebook bukan media massa konvensional, di mana awak redaksi bisa dipidanakan jika menulis fitnah atau libel.
Facebook lebih cocok diklasifikasikan sebagai media massa kontemporer, karena muncul sesuai tuntutan jaman di era informasi global sebagai genre new media. Sedangkan media massa klasik kita mengenal beberapa jenis, diantaranya media masa cetak yakni surat kabar, majalah,koran serta media massa elektronik yakni radio televisi.
Sedangkan pengertian ‘kontemporer’ itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini. Kata “kontemporer” yang berasal dari kata “co” (bersama) dan “tempo” (waktu).
Karena situs Facebook.com memuat pesan yang disampaikan oleh massa atau publik, maka layak Facebook juga dikategorikan sebagai media massa seperti halnya situs kaskus.com dan situs-situs blog di internet yang pada hakekatnya adalah media (channel) massa.
Saya juga menyebut media massa Facebook sebagai seni komunikasi kontemporer, karena menyangkut beberapa aspek. Pertama dalam pengertiannya, seni kontemporer merupakan salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi. Jadi, seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang.
Seni kontemporer juga berarti :
1. Tiadanya sekat antara berbagai disiplin seni, alias meleburnya batas-batas antara seni lukis, patung, grafis, kriya, teater, tari, musik, anarki, omong kosong, hingga aksi politik.
2. Punya gairah dan nafsu “moralistik” yang berkaitan dengan matra sosial dan politik sebagai tesis.
3. Seni yang cenderung diminati media massa untuk dijadikan komoditas pewacanaan, sebagai aktualitas berita yang fashionable. (sumber pengertian seni kontemporer : wikipedia)
Seseorang yang menggeluti seni memerlukan apresiasi. Inilah yang unik dalam Facebook, karena setiap status dan komentar bahkan tombol like yang ditulis dalam wall atau dinding pribadi seseorang, para Facebooker (orang yang menggeluti atau tergabung dalam Facebook), bisa memancing apresiasi atau dengan kata lain dapat diapresiasi berupa komentar oleh pengguna lainnya. Komentar di dalam Facebook merupakan bentuk apresiasi. Apresiasi merupakan dorongan utama untuk memunculkan eksistensi diri seseorang, yang dapat terpenuhi sebagian ketika bergabung dalam situs facebook.
Untuk itu. motivasi orang yang menulis dalam Facebook umumnya masih dikaitkan dengan 5 teori kebutuhan Maslow.
Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi.
Kebutuhan Maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu kemudian meningkat ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada pada tingkat di bawahnya.
Lima (5) kebutuhan dasar Maslow – disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak terlalu krusial :
1. Kebutuhan Fisiologis
Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.
3. Kebutuhan Sosial
Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4. Kebutuhan Penghargaan
Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya.
Dari lima kebutuhan tersebut, para Facebooker atau mereka yang bergabung dalam situs Facebook.com telah berusaha memenuhi 3 kebutuhan melalui komunikasi dalam situs Facebook.com. Diantaranya yakni: kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
1. Kebutuhan Sosial : Dengan jejaring Facebook dapat diperoleh jejaring sosial baru maupun lama yang bisa terus di up-date sesuai keinginan masing-masing Facebooker.
2. Kebutuhan penghargaan juga didapat oleh para Facebooker melalui respon apresiasi dari Facebooker lainnya, dengan kata lain eksistensi atau keberadaan diri telah terwakili melalui adanya saling berinteraksi dan ber-apresiasi yang bisa saling menunjang eksistensi diri. Ini mendorong alibi berupa reason for being dalam diri psikologis manusia
3. Eksistensi Diri erat kaitannya dengan kebutuhan aktualisasi diri dari para pengguna Facebooker itu sendiri.
Komunikasi dalam Facebook juga tergolong dalam sebuah seni, karena memerlukan adanya unsur apresiasi. Apresiasi di sini, disadari atau tidak tetap menjadi motivasi utama seseorang untuk bergabung dalam situs Facebook.
Sementara kebutuhan manusia untuk terus berkomunikasi pun pada hakekatnya masih terkait dengan 5 kebutuhan Maslow, terutama karena dengan komunikasi orang mampu mendapat rasa aman, memperoleh kegiatan bersosialisasi, memperoleh penghargaan, dan aktulisasi diri.
Jadi kalau kita berbicara tentang komunikasi, pada dasarnya motivasi orang berkomunikasi adalah untuk mencukupi kebutuhan dasar dalam hidupnya di mana telah digambarkan oleh Abaraham Maslow. Apresiasi dalam Facebook menjadi unsur penunjang utama untuk didapatkannya 3 kebutuhan dasar di atas yakni ; sosial, penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Karena itu saya menyebut komunikasi dalam Facebook merupakan jenis seni komunikasi kontemporer modern. Disebut seni karena memerlukan apresiasi dari orang lain berupa komentar maupun kiriman-kiriman bentuk simbol komunikasi lain bisa berupa foto, gambar, ataupun simbol- simbol bahasa. Dan bisa dibayangkan alangkah sedih dan nelangsanya jika seorang Facebooker tidak pernah dikomentari atau berkomentar dalam dindingnya maupun pada dinding orang lain.
Disebut komunikasi, karena jelas merupakan alur pertukaran pesan (message) dari person to person atau group to group melalui channel serta adanya feed back atau respon. Bedanya komunikasi dalam Facebook, saya katakan sebagai komunikasi kontemporer untuk era sekarang ini, karena sesuai dengan perkembangan jaman, seperti pengertian kontemporer di atas. Namun tetap mengacu pada kebutuhan primer manusia yang digambarkan oleh Abraham Maslow. Jadi, selamat ber-Facebook ria.
(Oleh : Mung Pujanarko, kini Pudek III FIKOM Jayabaya-Jakarta, Kepala Lab di FISIKOM UNIDA- Bogor. Dahulu penah bekerja sebagai : wartawan SURYA Surabaya, Redaktur Duta Masyarakat, anggota penyusunan Pedoman Pandemi Preparedness Komnas FBPI bagian Komunikasi Resiko, Wakil Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia –PPWI periode 2007-2012)