Kesenangan yang berujung dari penyalahgunaan narkotika berbahaya tiada habisnya.
Hari ini saya baru baca tentang seorang professor dan dosen di Makassar yang tertangkap menggunakan sabu-sabu (crystal meth) bersama mahasiswinya.
Saya bertanya-tanya dalam hati, apa alasan kedua dosen ini menggunakan sabu-sabu atau crystal methampetamine itu ?
Umur mereka sudah diatas 40an tahun mungkin lewat 50 tahunan. Sudah jelas bukan untuk teler, bukan seperti anak muda yang gemar teler.
Ketika peristiwa ditangkapnya dosen dan mahasiswi ini saya diskusikan dengan rekan-rekan saya di kampus, rata-rata jawaban mereka yang awam adalah, "ah itukan untuk teler saja, siapapun kalau doyan teler ya teler ajalah” begitu tukas rekan-rekan yang awam.
Pembaca, pastinya penggunaan narkoba jenia crystal methampetamine / sabu-sabu bagi para pemakainya ini bukanlah untuk teler, masih banyak narkoba jenis lain yang bikin teler, minum alkohol saja dua botol pasti juga teler.
Kira-kira untuk apa pengunaan narkoba jenis sabu (crystal meth) yang kini kian marak digunakan oleh para kaum pria terutama usia 50tahunan, bahkan seorang pelawak yang sudah umur 60an tahun juga tertangkap menggunakan sabu-sabu/ crystal meth ?
Saya menduga bagi pria usia paruh baya atau 50 tahunan penyalah gunaan methamphetamin ini adalah untuk pendongkrak stamina seksual.
Methampetamine, yang saya baca di literatur juga memiliki efek membuat sensitif reseptor syaraf untuk sentuhan.
Maka stimulan amphetamine dan methampethamine ini membuat pemakainya hypersensitif terhadap rangsangan sentuhan tubuh.
Maka yang terjadi selanjutnya adalah penyalah guna methamphetamine akan cenderung ingin merasakan sensasi surga dunia berupa hypersensitive sentuhan.
Sentuhan yang paling ultimate apa? ya seks.
Sifat narkoba selama ini rakyat awam hanya pahamnya bahwa narkoba untuk teler, untuk mabuk saja, titik.
Padahal narkoba yang paling laris manis di pasaran adalah narkoba yang berjenis stimulan penguat stamina. Stimulan yang telah diderivatkan hingga tercapai bentuk struktur kimiawi berupa komposisi stimulan yang paling kuat, inilah yang laku di pasar gelap narkoba.
Jenis stimulan ini macam-macam ada yang membuat orang kuat melek,kuat disko joijing, dan kuat seks.
Stimulan jika jaman perang digunakan untuk perang, methampetamine malah sudah digunakan sebagai pendongkrak stamina sejak jaman Perang Dunia II di Eropa.
Namun kini stimulan bukan untuk perang, melainkan untuk kesenangan, kesenangan ini memang tidak ada batasnya, dan setiap manusia pasti cari cara senang-senang.
Tragedi narkoba di Tahun 2015
Di bulan Maret-April tahun 2015 saya saksikan ada terpidana mati Freddy Budiman yang justru mengandalikan peredaran narkoba dari balik penjara. Kemudian ada pensiunan BUMN RI yang kedapatan menyelundupkan kokain 5,2 kilogram. Juga Bea Cukai RI menangkap 3 remaja belia asal Negara China Tiongkok yang menyelundupkan crystal meth. Juga ada 2 oknum wartawan 'abal-abal' di Meranti yang ditangkap polisi arena memakai crystal meth. daftar ini pasti makin panjang karena, Indonesia menjadi pangsa pasar narkoba terbesar di Asean.
Peristiwa bulan Mei 2015 adalah paling mengenaskan, ketika seorang dosen di Bogor yang rumahnya di Cibubur digrebek warga bersama polisi dan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia). Dosen gemblung ini kecanduan narkoba dan menelantarkan kelima anaknya, gilanya, dosen dan istrinya ini mengaku rutin menggunakan narkoba. Akibatnya lima anaknya terlantar, nyaris dipelihara negara.
Dopamin & Endorfin Dipacu Maksimal
Semakin absolut kegiatan senang-senang ini maka semakin membuat orang ketagihan untuk melakukannya. Kesenangan paling mutlak adalah penyatuan segala jenis/macam kenikmatan yang ditingkatkan derajatnya.
Jika ada seorang yang sudah merasa senang dan nikmat hanya dengan nasi pecel dan teh manis.
Tapi ada banyak orang yang derajat kesenangannya adalah menggabungkan unsur-unsur kesenangan absolut seperti seks berdoping stimulan, dan bernuansa surga duniawi.
Sebagai gambaran, jika dalam hubungan seks normal, otak mengeluarkan dopamin dalam kadar yang cukup memberikan sensasi kesenangan dan pleasureness yang dapat dirasakan, maka narkotika jenis methamphetamin dapat mengeluarkan dopamin dengan ukuran lima kali lipatnya. Bayangkan derajat atau level of pleasureness yang diberikan oleh crystal meth ini.
Dopamin, endorfin, adrenalin adalah zat-zat kimiawi yang dikeluarkan oleh otak yang memberikan efek kesenangan, bagi manusia. Dengan penyalahgunaan amphetamin, crystal methamphetamin, maka jumlah level dopamin dan endorfin yang mampu dikeluarkan oleh otak menjadi 5 kali lipatnya.
Ini menurut saya seperti menginjak poll pedal gas kesenangan.Narkoba menjadi bahan bakar pemicu keluarnya dopamin, endorfin yang levelnya lima kali lipat kadarnya. Kesenangan kenikmatan duniawi bagai diuji hingga tingkat paling ekstrem, yakni dengan menggabungkan sekaligus kesenangan seksual, yang berdoping stimulan hingga dopamin & endorfin dalam otak manusia dapat memicu manusia merasakan kesenangan yang semaksimal mungkin yang dapat dicapai.
Akhirnya memang manusia itu ada (banyak) yang ingin mencapai derajat kesenangan mutlak yang semaksimal mungkin yang bisa dicapai di dunia ini, paling cepat ya pakai narkoba, apalagi bagi sebagian orang yang telah merasakan luar biasanya kesenangan yang cepat dicapai hanya dengan menstimulasi otak dengan zat napza.
Bagi orang normal, seks yang halal dan sehat mungkin sudah cukup menyenangkan, namun bagi sebagian orang lain, kenikmatan 'sedang-sedang' itu tidak cukup, dopaminnya dirasa masih kurang, maka akan dicoba ditingkatkan lagi dengan penyertaan stimulan narkoba agar tercapai derajat yang lebih senang, lebih senang, dan lebih senang lagi.
Bagi seseorang, kalau berjoget di diskotik saja kalau sudah keringatan sudah cukup menyenangkan, namun bagi sebagian orang joget sampai keringatan itu tidaklah cukup, agar lebih senang lagi, joget harus pakai stimulan entah itu ecstasy, happy five, dll bila perlu dicampur alkohol dan ganja tujuannya agar tidak hanya keringatan saja, namun tahan berjoget tiga hari tiga malam dengan kondisi kesenangan yang ditingkatkan. Jadi banyak orang berburu kenikmatan paling pol-lah yang hendak dicapai.
Maka sejak kesenangan absolut menjadi tujuannya, maka narkoba adalah bahaya laten
Maka sejak kenikmatan absolut menjadi tujuannya, maka narkoba adalah bahaya laten
Maka sejak kelezatan absolut menjadi tujuannya, maka narkoba adalah bahaya laten . (*)