cari kata

Kamis, 12 Januari 2012

Prinsip-prinsip Reportase Investigasi


Apa persamaan antara wartawan/ jurnalis /reporter dengan penambang?. Ternyata dalam urusan  gali-menggali (digging), wartawan dan penambang idealnya tidak puas dengan hasil yang ada dipermukaan. 


    Melvin Mencher dalam bukunya (Principles of Reporting, 2007) mengatakan :”Reporter atau wartawan itu adalah seperti penambang atau pencari  bahan tambang  (prospectors)”. Dalam arti, reporter yang baik selalu kurang  senang dengan bahan-bahan permukaan, untuk itu reporter/jurnalis yang baik kadang  menggali ke dalam, meski  kadang-kadang tak tertembus atau kurangnya waktu mengganggu pencarian, dan mungkin perlu untuk berhenti menggali dan untuk membuat hubungan (connections) dengan apa yang telah muncul.

   Jika memungkinkan, wartawan/reporter terus menggali sampai dia  mencapai ke bagian bawah hal, sampai -secara  jurnalistik- pada  lapisan kebenaran dari peristiwa ini digali selengkap-lengkapnya. Karena itu seorang jurnalis idealnya seperti  prospektor. Melvin Mencher mengatakan bahwa : “Sensitivitas hidung wartawan untuk berita-sangat membantu,”. Dalam arti, insting wartawan untuk selalu ingin menggali fakta memungkinkan kebenaran sejati  terungkap. Selain itu, wartawan juga dikenal memiliki akses ke beberapa sumber panduan  nyata. Pertama, wartawan itu tahu bahwa pengamatan (observasi) dirinya secara  umum lebih dapat diandalkan daripada pengamatan banyak sumber, yang belum pernah dilatih untuk melihat dan mendengar secara akurat.
Ketika dipaksa untuk bergantung pada beberapa satu pengamatan yang lain, para wartawan menggunakan berbagai tes untuk menentukan kehandalan sumber. Ketika wartawan harus menggunakan sumber dari tangan kedua atau ketiga atau bila ia meragukan pengamatan sendiri ia tahu di mana harus mencari bahan verifikasi. Sebagai seorang jurnalis  tugas reporter memang menggali informasi yang dipandu oleh pemahaman tentang sifat pelaporan.
        Sedangkan Pelaporan (reporting ) sendiri menurut Mencher adalah proses pengumpulan fakta-melalui observasi, penalaran dan verifikasi  agar dapat disajikan sebagai  berita pada  pembaca, pemirsa atau pendengar ide yang baik dari apa yang terjadi.
        Pekerjaan wartawan itu adalah dengan melihat di bawah permukaan untuk realitas yang mendasarinya. Lincoln Steffens, wartawan terkenal mengatakan : “Tugas wartawan adalah meringankan  dalam cahaya dan udara " artinya  wartawan melihat bahwa  dasar pekerjaan mereka pada keyakinan dan  tugas mereka adalah untuk melihat kebenaran yang relevan untuk orang-orang yang tidak dapat menyaksikan atau memahami hal yang mempengaruhi mereka.   Steffens sebagai anggota staf dari The Washington Post mendefinisikan reportase :”Ini adalah tugas mengungkapkan lapisan kebenaran yang ada di sekitar kita, lapisan pemahaman yang menantang kita.''
  Untuk itu Melvin Mencher dalam , mengatakan  bahwa dalam reporting  dikenal ada 3 layer atau lapisan, yakni :
1.    Lapisan yang pertama (layer 1) adalah informasi yang bersumber dari berbagai nara sumber yang resmi atau asli.
2.    Sementara layer 2 atau lapisan 2 adalah berita atau informasi yang diperoleh dari kejadian yang spontan. Termasuk lapisaan yang kedua adalah  kegiatan memverifikasi bahan- bahan latar belakang untuk tulisan, dan semua hasil pengamatan reporter (wartawan).
3.    Sementara lapisan ketiga (layer 3) adalah lapisan yang membutuhkan penggalian fakta secara mendalam. Karena dalam lapisan ini dibutuhkan penjelasan – penjelasan yang lebih mendalam dan pemahaman yang didasari fakta  dari seorang reporter, akan sebuah masalah yang  muncul. Jadi dalam layer (lapisan) ketiga ini  lebih dari sekedar melaporkan namun telah menginvestigasi berbagai macam fakta serta dapat meng-interpretasikan fakta- fakta itu.
         Layer 1 atau lapisan pertama  pelaporan adalah tujuan pelaporan secara transkripsi. Artinya, reporter secara hati-hati dan akurat mengutip  dari catatan, pidato,  atau konferensi pers. Inilah yang disebut pula  dalam Mencher (2007) yakni kekuatan dan keterbatasan dari  jurnalisme obyektif.
        Mencher (2007;Ch9) mengatakan, Layer 1 (lapisan 1) adalah sumber informasi yang paling faktual karena  data  yang digunakan adalah gabungan dari  berita dari konferensi pers, handout, pernyataan, pidato, pernyataan, perintah, keputusan, keputusan dan pendapat. Bahan ini berasal  dari dan dikendalikan oleh sumbernya.
          Mengumpulkan Fakta pada lapisan 1 adalah seperti wartawan yang menggali pada lahan penambangan terbuka. Banyak tugas wartawan dalam lapisan 1  adalah mengkonfirmasi,  kemudian  menyortir dan mengatur kembali fakta-fakta yang disampaikan, juga memferifikasi alamat dan tanggal serta  memeriksa ejaan nama. Pada beberapa media , tugas penanganan rilis ini dilakukan  oleh petugas re-writer karena pekerjaan verifikasi data pada layer 1 pada dasarnya adalah menulis ulang semua bahan, tidak melaporkan.
Namun  menurut Melvin Mencher (2007;Ch9) justru kini kebanyakan cerita yang muncul di koran dan di radio dan televisi didasarkan pada sumber bahan layer 1 yang berasal  dari konferesi pers dan pernyataan-pernyataan resmi pemerintah.

Layer 2 (lapisan 2)
Dalam lapisan ini banyak kejdian yang sifatnya spontan, meskipun kebanyakan reporter atau wartawan yang baik menurut Melvin jarang yang menginginkan kejadian yang spontan. Dalam layer ini reporter membutuhkan pemikiran tajam untuk lebih dari sekadar melaporkan kejadian yang spontan semata. Karena ternyata banyak hal yang terlihat spontan namun ternyata mengandung unsur pseudo event  (kejadian palsu).  Yakni kejadian yang terlhat spontan namun ternyata telah dibuat atau di-setting oleh pihak  tertentu agar terlihat spontan.
Melvin mencontohkan banyak pseudo event yang diatur oleh pihak politisi. Misalkan seorang politisi partai Republik  Amerika yang sengaja mengatur demonstrasi mendukung Presiden Nixon di  tahun 1972. Dikisahkan  para pendemo yang diliput luas oleh media massa terus berteriak agar Nixon dipilih 4 tahun lagi. Hal ini terlihat spontan, karena itu aksi ini mendapat sorotan media massa, namun sebenarnya telah diatur sedemikian rupa sehingga tercipta apa yang dinamakan pseudo events atau kejadian palsu.

Layer 3 (lapisan 3)
Dalam lapisan ketiga ini telah sampai dalam tahapan investigative reporting atau melaporkan secara investigasi mendalam. Menurut Melvin dalam lapisan ketiga ini reporter telah berhasil menemukan fakta- fakta yang signifikan dari hasil penggalian fakta dan data nara sumber,  kemudian repoter telah menemukan interpretasinya  atau pemahaman yang menyeluruh terhadap sebuah persoalan.
Dalam hal ini sebuah investigative reporting yang baik akan menghasilkan impact atau akibat yang luas  di mata publik, seprti pengungkapan ‘skandal water –gate’  yang melibatkan Presiden Nixon yang diungkapkan oleh wartawan The Washington Post. Serta adanya laporan mendalam diberbagai belahan Amerika Serikat dimana reporter telah berbulan- bulan mengumpulkan fakta sehingga terjadi laporan mendalam yang berakibat luas pada masyarakat Amerika Serikat.

Investigative Reporting (Pelaporan Investigasi)
Melvin Mencher  memberi ilustrasi bahwa   ada sebuah kisah tentang  seorang reporter bernama Judy Johnson dari Koran The Anniston Star yang memiliki daya reportase investigative yang tinggi. Satu saat Judy  mendengar bahwa sebagian masyakarat Alabama kesulitan dalam memperoleh kredit resmi di bank lokal. Karena tertarik dengan peristiwa Itu Judy lalu menghabiskan hampir sebulan waktunya di  Alabama untuk memverifikasi segala informasi tentang peristiwa itu.
Jadi dalam waktu sebulan itu Judy belum melakukan penulisan pelaporan namun hanya menginvestigasi dan memverifikasi semua fakta dan data. Kemudian dari berbagai wawancara yang didukung oleh  fakta dari berbagai nara-sumber itu. Judy menemukan fakta yang menarik bahwa ternyata ada kegiatan lintah darat besar yang mengakibatkan warga kesulitan memperoleh kredit di bank resmi.  Ada sebuah kegiatan rentenir yang teroganisir rapi sehingga menjerat beberapa penduduk Alabama.
Seperti kisah pasangan tua di Alabama yang tadinya hanya meminjam 4000 US Dollar pada lembaga rentenir di luar bank ini, lalu pinjamannya membengkak  menjadi 50.000 US Dollar dalam jangka waktu setahun, karena tingginya bunga oleh  kegiatan  rentenir illegal ini.  Judy juga menemukan fakta bahwa ternyata  pihak oknum pejabat pemerintah county  lokal juga terlibat dengan mendukung kegiatan rentenir ilegal yang dijalankan oleh oknum tertentu yang kuat di Alabama, sehingga menjerat penduduk lokal.
Atas laporan investigasinya ini Judy Johnson kemudian mendapatan  penghargaan jurnalistik. Judy Johnson mengatakan:   “Jangan menjadi hand out reporter atau wartawan hand out yang hanya pasrah menerima sumber dari hand out press conference saja, tapi sedialah untuk menggali lebih dalam,”.
     Sementara itu ada  tips yang berguna dari seorang wartawan investigasi   yakni Bob Greene dari Associated Press (AP),  Bob Greene menunjukkan tips bahwa reporter yang baik haruslah tetap melakukan 4 hal diantaranya :
a.    Mintalah sumber yang lebih lengkap dari sekedar hand out  yang diberikan secara resmi oleh nara sumber jadi jangan ragu untuk mencari sumber lainnya yang lebih lengkap.
b.    Selalu melakukan check dari komentar nara sumber sebelum kita menyiarkan atau mencetaknya.
c.    Secara hati-hati mengumpulkan berbagai fakta, dan harus yakin bahwa  fakta tersebut sesuai dengan konteks.
d.    Selalu mengantisipasi perkembangan peristiwa di lapangan.

Melvin Mencher menambahkan setidaknya ada guidelines to follow atau beberapa langkah panduan untuk diikuti olehs eorang reporter diantaranya adalah :
1.    Pasti ada story (kisah)  di balik  hampir semua kejadian. Melvin mengingatkan kita tentang skandal ‘watergate’ Presiden Amerika Nixon yang kemudian berujung pada pengunduran diri Presiden  Nixon.
2.    Selalu memeriksa nama dalam buku telepon, search engine internet, panduan dalam sebuah kota dan kamar mayat untuk memastikan penulisan nama adalah benar.
3.    Ikuti uangnya (follow the money). Dalam investigasi berita, reporter harus selalu mengikuti dan memahami lalu lintas mengalirnya uang, dari mana dan ke mana serta siapa yang menanganganinya. Misalnya dalam sebuah sumbangan kampanye politik atau kemana  perginya uang pajak, serta kasus yang melibatkan sejumlah besar uang lainnya.
4.    Jadilah pemberani. Kerjakanlah apa yang  tidak mau dikerjakan karena takut untuk berbuat penyelidikan. Kalau kita tidak berani maka kita tidak bisa menggali fakta secara mendalam. Dan kita akan terjebak dalam situasi yang tidak kita inginkan di masa depan.
5.    Pertanyakan semau asumsi.  Melvin Mencher mengatakan agar kita berani menanyakan semua asumsi yang umum dalam sebuah kisah.
6.    Pertanyakan kebijakan otoritas. Jadi seorang wartawan harus selalu bersikap dan berpikir kritis menanggapi semua kebijakan pihak yang berwenang, kritis dalam arti selalu menanyakan kepada pejabat pembuat kebijakan tentang kebijakan yang dikeluarkannya. (*)

Oleh Mung Pujanarko (mahasiswa magister jurnalistik IISIP Jakarta)

Minggu, 08 Januari 2012

Tanaman Srikaya di Pekarangan (2)

Buah Srikaya varietas lokal menemani pisang Raja Sereh

Tanaman Srikaya lokal tetap rajin berbuah biarpun di musim hujan


   Saya memang penghoby tanaman Srikaya, jadi biarpun pekarangan saya luasnya tidak seberapa, tapi ya tetap saja saya tanami aneka Pohon Buah terutama Srikaya. 

  Sesuai keterangan yang saya baca, Srikaya Australia dikenal juga dengan nama Srikaya Jumbo atau Srikaya New Varietas. Di halaman saya, biarpun musim hujan seperti sekarang ini Srikaya Australia yang saya tanam tetap rajin berbuah. Apalagi Srikaya Lokal yang bibitnya saya bawa dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, tetap saja rajin berbuah, dan tidak rontok meski curah hujan Bulan Januari ini amat tinggi di Bogor.
Srikaya Australia (new varietas) di halaman

Srikaya New Varietas berbuah susul menyusul, dengan bunga (tidak musiman)

  Perbedaan antara Srikaya lokal dan New Varietas, daging buah New Varietas lebih tebal., lebih harum , kemudian biji buah lokal lebih banyak yakni sekitar 40 biji dalam satu buah lokal, jika dalam buah new varietas cuma 15 biji saja.
Pohon Srikaya Lokal, buah lebat di musim hujan lebat
    Kalau makan buah ini perut jadi lumayan adem,  dan membuat pencernaan menjadi lancar. Alhamdulillah tanaman di halaman ini rajin berbuah jadi biarpun di Bogor jarang yang jual buah Srikaya, saya masih tetap bisa menikmati  buah ini.
   Selain Srikaya sebenarnya saya juga menanam beberapa tanaman buah lain, seperti Delima Merah dan Delima Putih, kemudian ada beberapa varietas Pisang. Juga saya tanam Jambu Bol atau Jambu Dersono, tapi Jambu Bol-nya masih pentil bunga, mungkin nanti kalau sudah berbuah juga saya masukkan ke blog saya ini.
Srikaya  Australia/ New Varietas  biar kecil tapi mau berbuah

   Perawatan Srikaya selain pemangkasan cabang, terutama adalah pemupukan dengan pupuk kandang, kemudian NPK dan SP36 secara berimbang. Prinsip pemupukan yang saya anut adalah sedikit tapi gradual dan kontinyu. (*)
 


Minggu, 01 Januari 2012

Srikaya (Sarikaya) di Halaman

kiri- cultivar Australia, kanan- cultivar Red San Pablo
Perbandingan Srikaya Australia dengan Blimbing 'Dewi' Depok yang juga tumbuh di halaman

Srikaya Australia buahnya besar, cara makan dikupas mirip Sirsak bukan dibelah tangan

Rasa Srikaya Australia (tengah) lebih manis dari lokal (kiri)
Srikaya (Annnona Squamosa) yang saya tanam di halaman ada 3 jenis kultivar, yang pertama Srikaya lokal yang bibitnya saya  ambil dari biji dari tanaman Srikaya milik orang tua saya di Surabaya, kemudian saya juga menanam Srikaya yang bibitnya saya tanam sejak biji, saya peroleh dari Karanganyar- Jawa Tengah. Srikaya yang saya peroleh dari Surabaya dan Solo ini sudah berbuah baik di Bogor. Jenis yang kedua adalah Srikaya Merah-San Pablo yang bibitnya saya peroleh dari okulasi. Ketiga adalah Srikaya Australia yang bibitnya sudah saya dapat sejak tahun 2009 lalu.
Ketiga jenis kultivar Srikaya ini saya tanam di  rumah saya di Desa Pabuaran kec Kemang Bogor. Sempat saya mengira kalau Srikaya hanya dapat ditanam di daerah yang banyak kapur seperti di Gresik, Surabaya dan  pesisir Utara saja.
Ukuran buah dari cultivar Karanganyar buahnya bisa besar hampir sama dengan cultivar Australia

Srikaya yang asalnya induknya dari Karanganyar ditanam di Bogor, rasa buahnya manis

Coba-coba saya menanam Srikaya di  bekas tanah tegalan di Bogor yang kini jadi halaman rumah saya..ehh.. ternyata bisa tumbuh baik dan berbuah. Curah hujan di Bogor  sangat tinggi sekitar 3000 s/d 4000 mm per tahun. Sedangkan di daerah penghasil Srikaya di Gresik- Jatim atau Solo- Jateng, curah hujannya tidak sebanyak Bogor.  Namun ternyata tidak mempengaruhi tumbuhnya Srikaya 3 jenis kultivar ini.
Berbuahnya juga cukup rajin. Rasanya manis, tidak terlalu masir. Kesimpulan saya tanaman ini bandel, dan tahan cuaca. Musim hujan seperti sekarang ini tetap berbuah seperti yang tampak di foto. Apalagi musim kemarau, terlihat tanamannnya lebih 'senang' berbuah.
Tapi memang, warga, terutama di sekitar tempat tinggal saya agaknya kurang suka menanam Srikaya, bahkan tetangga-tetangga saya juga kurang suka memakan buah srikaya. Ya maklum karena di  sekitar tempat tinggal saya di kawasan Kemang kab Bogor telah terkenal banyak tanaman buah lokal yang unggul seperti rambutan berbagai jenis, durian, jambu biji, pisang, cempedak dan nangka serta tanaman buah lain seperti duku, langsat yang merupakan primadona warga Desa di kabupaten Bogor umumnya. Kata tetangga, "Cara makannya sulit, banyak bijinya" tutur tetangga warga desa.
srikaya autralia (besar) dan lokal (kanan) dari Surabaya yang ditanam di Bogor

Tapi karena saya penggemar Srikaya, saya tetap berusaha merawatnya dengan pupuk berimbang, meskipun warga Desa hanya melihat dengan senyam-senyum saja, karena dibanding buah rambutan dan durian milik warga Desa, memang Srikaya belum banyak pasarannya di Bogor, juga tidak 'laku' di lidah warga. Lain halnya jika saya pulang ke Jawa Timur tempat kampung halaman saya. Jika kita telusuri jalan antara Malang- Surabaya, di pinggir jalan banyak dijual Srikaya. Apalagi kalau kita ke Gresik,dan Srikaya banyak dijajakan di pinggir jalan. Bedanya di Bogor di pinggir jalan kurang dijumpai Srikaya dijajakan.
srikaya australia (kanan) dan red san pablo (kiri)
Sebenarnya Srikaya tidak mengenal musim,  tiap musim berbuah. Cara menanam Srikaya juga cukup mudah jika mau menanam dari biji tinggal ditaruh di poly bag disemai, sudah bisa tumbuh. Kalau ditanam dari biji setahun setengah sudah dapat berbunga dan berbuah. Kini saya tanam Srikaya (annona squamosa) ini di sekeliling dalam halaman, dari hasil semaian biji, yang berasal dari tanaman induknya. (*)

Rabu, 07 Desember 2011

Gaya Hidup


   Di era kita hidup di tengah kondisi bangsa dan negara saat ini sungguhlah aneh di mata saya, karena ; yang pertama tidak seorangpun mengakui kalau Indonesia adalah negara sosialis. Dan tidak pula ada pejabat yang mengatakan bahwa sesungguhnya Indonesia adalah negara kapitalis sejati.  

Jadi kalau ditanya ; apakah Indonesia negara sosialis ? Pasti orang-orang termasuk kaum terpelajar akan menjawab “oh bukan, Indonesia adalah negara Pancasila.” Juga kalau ditanya; Apakah Indonesia adalah negara kapitalis?, maka orang akan terdiam sejenak dan memilih jawaban aman apalagi kalau yang ditanya adalah pejabat publik yang berwenang dan ditanya oleh wartawan maka secara otomatis dia akan menjawab 'Indonesia merupakan negara agraris menganut prinsip gotong royong, musyawarah dst... yang berasaskan Pancasila dan UUD 45', aman. Pokoknya memilih jawaban yang aman-aman saja.
   
Tapi sesungguhnya kalau kita melihat Indonesia secara lebih jelas lagi,  gaya hidup masyarakat kita terutama yang  tinggal di kota besar, kita melihat gaya hidup yang tidak ada bau sosialisnya, nyaris kemanusiaan yang adil dan beradab ini hilang, yang ada hanya kemanusiaan yang adil untuk kaum berada.

Karena yang terlihat secara kasat mata memang kalau ada uang di tangan maka anda hidup, jika tak ada uang di tangan, maka anda bisa mati. Dan mati pula harga diri anda bila anda tak pegang uang. Kalau hidup berlandaskan uang maka ini adalah negara kapitalis.

 Kapitalis murni adalah ketika warga negara hanya bisa hidup dan survive kalau pegang uang saja. Kalau tak ada uang, maka tak ada akses ke kesehatan dan pendidikan yang memadai  Jadi kita ini sama saja  seperti kehidupan  Romawi jaman sebelum masehi.      

 Kapitalis  di Romawi jaman dulu  memicu adab barbaric, adab barbaric adalah ketika warga suku-suku yang ada di luar City of Rome, seperti gothic dan gaelic terpapar kehidupan kapitalisme, dan karena didesak terus oleh kapitalisme, maka suku-suku ini menjadi barbaric dan malah meluluh-lantakkan Romawi.

 Karena itu orang sekarang makin nekat, lebih baik terjun menjadi kriminal dari pada mati miskin. Kata 50 Cent, rapper di Amerika  “get rich or die tryin’ “.  Gaya hidup semacam ini memacu pikiran semua orang setiap hari hanya berpikiran mencari uang saja. Apalagi didukung oleh komersialisasi di segala bidang. Dan terpaan iklan konsumerisme yang semakin deras menyuntik otak seperti teori komunikasi jarum hypodermis. Maka korupsi yang merupakan pencurian tingkat atas, dan pencopetan sebagai pencurian tingkat bawah menjadi makin intens.
   
Gaya hidup masyarakat sepert ini tak lagi menjadi dominasi warga metropolitan namun menjadi gaya hidup warga desa pula. Desa dan kota sekarang ini sudah tak dapat lagi dibedakan. Kalau  30 tahun yang lalu masih ada perbedaan gaya hidup, sekarang ini sudah tak ada lagi.

Gaya Hidup bagi kaum hedonis adalah Hidup yang Gaya. Ketimpangan Sosial Makin Tajam.

 Karena itu dekadensi moral juga melanda pedesaan, pencurian, perkosaan dan penganiayaan menjadi bagian dari kehidupan warga desa sehari-hari. Ini mirip sekali ketika suku-suku di luar Romawi yang tadinya hidup damai dalam harmonisasi alam seperti gothic dan gaelic kemudian menjadi barbaric karena ditekan oleh kapitalisme dan imperialisasi Roma. Saking beratnya kehidupan ketika kapitalisme menjadi pemicu ketimpangan, maka kaum pinggiran ini kemudian ngamuk dan menyerbu Romawi dengan membawa segala rasa penasaran, chaos, kerusuhan, di benak barbaric ini mengapa mereka terpinggirkan hanya karena mereka tak punya akses ke kesejahteraan yang berbasis kapital.

Jadi adab barbaric bukan hanya milik ancient people atau masa kuno saja, namun juga menjadi warisan di masa kini.
  
 Sebenarnya pemerintah harus imbang antara mendidik masyarakat menjadi berwatak kasih sosial, juga mendidik masyarakat untuk berusaha dan berniaga secara jujur. Bukannya justru lingkaran dalam kekuasaan memberi contoh korupsi dan  memberi  contoh  dekadensi moral. (*)

Jumat, 28 Oktober 2011

Ballada Kelas Pekerja (dari lagu Bon Jovi)


Bon Jovi Lyrics to
"Livin' On a Prayer" :

Once upon a time
Not so long ago
Tommy used to work on the docks
Union's been on strike
He's down on his luck...it's tough, so tough
Gina works the diner all day
Working for her man, she brings home her pay
For love - for love

She says: We've got to hold on to what we've got
'Cause it doesn't make a difference
If we make it or not
We've got each other and that's a lot
For love - we'll give it a shot

We're half way there
Livin' on a prayer
Take my hand and we'll make it - I swear
Livin' on a prayer

Tommy got his six string in hock
Now he's holding in what he used
To make it talk - so tough, it's tough
Gina dreams of running away
When she cries in the night
Tommy whispers: Baby it's okay, someday

We've got to hold on to what we've got
'Cause it doesn't make a difference
If we make it or not
We've got each other and that's a lot
For love - we'll give it a shot

We're half way there
Livin' on a prayer
Take my hand and we'll make it - I swear
Livin' on a prayer

We've got to hold on ready or not
You live for the fight when it's all that you've got

We're half way there
Livin' on a prayer
Take my hand and we'll make it - I swear
Livin' on a prayer...

'Ballada Kelas Pekerja"





Bila kita simak benar, lirik lagu Bon Jovi di atas yang berjudul Livin' On a Prayer, terasa benar nuansa balada kehidupan rakyat Amerika. Lagu ini mengisahkan tentang perjuangan hidup yang keras dari kelas pekerja (working class) di Amerika. Dikisahkan tentang pasangan Tommy dan Gina.  Tommy biasa bekerja di pelabuhan dan Gina bekerja di restoran demi membantu ekonomi keluarga, Gina membawa gajinya pulang demi cinta pada keluarga dan kelangsungan hidup keluarga kelas pekerja ini.
Namun sayangnya Tommy sedang tidak bekerja karena Union sedang melakukan pemogokan. Strike atau pemogokan biasa digelar di Amerika oleh Union atau serikat buruh, karena serikat Buruh pengaruh dan solidaritasnya amat kuat di Amerika, pemogokan ini untuk melawan pemodal atau kapitalis. Pemogokan di Amerika  biasanya bertujuan untuk menaikkan upah atau penyesuaian jam kerja yang layak bagi para buruh.
  Bedanya di Indonesia, yang pertama ; serikat buruh di Indonesia lemah, dan kedua; tidak ada jaminan sosial bagi kelas pekerja.
Memang ada satu persamaan dengan di Amerika, yakni di Indonesia kapitalis adalah impian semua orang, bahkan kelas pekerja ingin secepatnya menjadi kapitalis. Hanya saja di Amerika dimana kapitalis telah menjadi sistem selama hampir 2,5 abad, orang telah menikmati adanya jaminan sosial, ini sedikit meredam kekecewaan bila ada orang yang gagal menjadi kapitalis besar.
   Di Indonesia satu generasi pengejaran kapitalis sudah hampir usai, dan muncul lagi seterusnya generasi- generasi baru pengejar kesempatan untuk menjadi kapitalis.
Di Amerika belum lama ini, aksi di wall street menunjukkan bawa kaum sosialis Amerika sedang berusaha menyeimbangkan suara di samping kaum kapitalis. Ini semua tentang keseimbangan.
Karena secara hakekat, sebenarnya di dalam tubuh manusia ada dua sifat abadi yakni individu dan sosial.
Di dalam Islam sudah disebut- bahwa manusia adalah makhluk individu yakni “Bekerjalah mencari rezeki seolah-olah engkau hidup selamanya”, dan di dalam manusia pula terdapat sifat sosialis, “Dan danakan (sumbangkan) kembali hartamu seolah- olah engkau mati esok pagi”. Indah sekali dalam Islam diterangkan bahwa sebenarnya manusia adalah makhluk individu (kapitalis) dan sekaligus makhluk sosial.
 Karena itu, bagi yang mencibir sinisme pada sosialisme, maka dia tentu saja tidak imbang dalam hidupnya, juga bagi yang anti kapitalisme saja, dia juga tidak seimbang dalam hidupnya.
Di Indonesia kisah seperti Tommy dan Gina seperti yang digambarkan oleh Bon Jovi dalam lagu di atas, jamak terjadi.  Sayangnya  di Indonesia tidak ada serikat buruh yang dominan seperti Union di Amerika Serikat. Serikat Buruh di Indonesia terfraksi, terpecah dengan amat parah, bahkan ada serikat buruh yang hanya mengikuti politik aliran. Ini membuat kaum kapitalis menjadi sangat besar dan sangat  kuat di Indonesia, baik asing maupun joint ventura, kelas elite ini menjadi raja diraja dengan kaum buruh sebagai hamba sahayanya.
Di Indonesia kelas pekerja berjuang hidup sehari-hari  dengan satu hukum besi  ‘take it or leave it” atau terima upah anda atau tinggalkan. Satu-dua pemogokan akan berujung pada PHK yang mudah, dan kapitalis akan mencari lagi tenaga kerja manusia yang memang tersedia secara melimpah secara mudah. Ini terjadi di banyak perusahaan pemogokan tidak membuat buruh meningkat daya tawarnya. Bahkan hanya membuat konflik horizontal antar kaum pekerja yang terfraksi antara pribumi dan pendatang.
Karena itu di Indonesia semua profesi pada akhirnya ingin menjadi kapitalis sejati, namun ada hukum  piramida sosial yang  keras, yakni : yang berhasil naik di atas puncak piramida adalah segelintir  saja, menurut hukum piramida sosial ini,pucuk piramida adalah para kapitalis yang berhasil, sedang di bawahnya adalah orang –orang yang masih memiliki resiko jatuh.
Hukum piramida sosial ini berlaku sepanjang jaman. Ballada kaum pekerja  sangat apik digambarkan  dalam lagu Bon Jovi ini, dan saya ingin agar pembaca juga kapan-kapan mendengarnya. Saya sangat senang mendengar lagu ini, yang menyanyikan kisah sejati kaum pekerja, kaum buruh yang murni bekerja dari tenaga fisiknya sahaja. (*)

Selasa, 25 Oktober 2011

13 MANUSIA LINTAH ENERGI (THE THIRTEEN HUMAN ENERGY LEECH ( KATA KUNCI : 13 LINTAH ENERGI)


Dalam sebuah film berjudul ‘The Way Back’ yang dibintangi Collin Farrel, ada sebuah adegan yang saya ingat benar ketika seorang tahanan di pembuangan Siberia selalu mengumbar omongan bahwa dia mempunyai jalan keluar dari penjara neraka salju Siberia itu. Akhirnya, banyak tahanan baru, dan bahkan  tahanan lama yang percaya dengannya.  Namun setelah tiba hari  untuk meloloskan diri dari Siberia, orang ini ternyata takut menempuh resiko menyeberangi salju Siberia menuju kebebasan. Karena itu tahanan lain menyebut si omong besar itu sebagai  Si lintah energi. Si lintah energi (energy leech) itu menghimpun energi positif harapan dari tahanan lainnya agar ditunjukkan jalan keluar dari  camp kerja paksa di Siberia itu, dan energi itu dia gunakan untuk bertahan hidup di pembuangan Siberia.

Dari adegan  ini saya tertarik untuk mendalami apa yang dinamakan lintah energi itu. Setelah saya observasi, dan dari beberapa bahan bacaan saya menemukan bahwa  manusia lintah energi hanyalah manusia yang ingin menyedot energi positif orang lain untuk memenuhi kehausan dirinya sendiri akan energi positif dari orang lain. Orang ini saya sebut sakit. Karena menurut hemat saya, energi positif sebaiknya kita harap dari satu sumber saja yakni : Tuhan Yang Maha Esa.

Kadangkala di lingkungan sekitar kita, ada banyak orang yang bisa menyedot energi emosi positif kita. Dan menyisakan pada kita energi negatif saja. Bahkan orang-orang itu bisa jadi adalah teman seiring, teman kerja, sahabat, famili, dan orang-orang yang  kita berinteraksi dengannya setiap hari. Saya mendefinisikan manusia-manusia jenis ini sebagai Lintah Energi.

Kelakuan orang-orang ini yang wajib kita waspadai  adalah mirip seperti Lintah yang gemar menyedot darah (darah adalah elan vital kehidupan). Mereka menyedot energi emosi dan perasaan positif kita, secara mental. Akibatnya secara mental kita menjadi kesal, capek, malas, dan menanggung beban emosional.

Saya mendefinisikan ada 13 jenis Manusia Lintah Energi, kita harus paham bahwa mereka menjadi manusia Lintah karena sebenarnya ada soul emptyness atau “kekosongan jiwa” dalam diri mereka. Mereka sebenarnya “haus” perhatian, rasa berharga, kasih sayang, dan kedamaian, sehingga mereka berusaha menyedot dari orang lain di sekitarnya. Masalahnya, orang-orang ini bagaikan mesin penyedot energi positif yang tidak pernah puas dengan energi postif orang lain yang mereka sedot, sehingga selama ia belum bisa menyelesaikan problem emosionalnya sendiri, ia tidak akan pernah berhenti menyedot orang-orang di sekelilingnya.

Sekarang, marilah kita kenali 13 jenis MANUSIA LINTAH ENERGI ini:

1. Lintah Hope Giver, atau lintah pemberi harapan. Lintah ini amat berbahaya karena dia selalu memberi harapan angin surga berupa janji-janji atau serangkaian janji untuk memberikan bantuan materi kepada orang-orang  lain yang membutuhkannya, sehingga orang lain itu terus-menerus siang dan malam berharap kepadanya.
Orang ini menguras energi positif bagai mesin sedot daun yang  menyedot daun-daun di sebuah pohon Akasia.

Lintah Hope Giver ini menjanjikan kepada orang lain dan sekelompok orang lain yang ia janjikan bantuan baik berupa materi dan harapan lainnya. Tujuan orang ini tidak ada selain hanya ingin menyedot energi positif kehidupan manusia yang paling berharga yakni ‘harapan’. Energi harapan adalah energi yang seharusnya hanya kita harapkan kepada Tuhan saja. Dan kita seharusnya sandarkan energi berharap ini kepada Tuhan saja. Waspada terhadap Lintah hope giver but nonsense yang satu ini.

Beberapa contoh case; saya mengenal ciri khas pada seorang kawan yang lebih senior, yang kerap menjanjikan sesuatu yang muluk kepada orang-orang yang selama ini dia butuhkan kehadirannya. Untuk supaya orang itu mau berhubungan dengan dia, dia selalu menjanjikan hal yang dia tahu adalah keinginan si orang-orang yang dia manfaatkan itu.

Contoh case lainnya : Ayah saya sempat termakan janji seorang penerbit muda yang katanya ingin menerbitkan naskah novel saku yang ada di blog Ayah saya, siang malam Ayah saya berharap agar naskahnya bisa diterbitkan, namun ternyata itu hanyalah omongan kosong doang agar Ayah saya senantiasa bergantung harapan pada penerbit muda nan gombal itu.

Contoh case berikutnya : saya memiliki kawan-kawan yang mengalami kesulitan modal dalam membesarkan media massa milik mereka. Akhirnya pada suatu ketika mereka berkenalan dengan seorang yang mirip paranormal yang menjanjikan kepada kawan-kawan saya ini omong besar berupa uang 2 miliar untuk membesarkan media yang bangkrut punya kawan-kawan saya itu. Kawan-kawan saya, karena dijanjikan  suntikan modal hingga ‘eM-eM’ -an tentu saja sangat bergairah dan bersemangat serta memiliki harapan yang tinggi. Bahkan mereka telah berangan-angan membeli ini-itu untuk kantor nanti. Apalagi mereka memang tengah dalam kesulitan ekonomi yang serius. Namun beberapa kali janji pencairan dana investor ini batal melulu, dan tanggal pencairan dana selalu diulur-ulur terus, maka saya melihat adanya guratan kelelahan yang amat sangat dari wajah kawan-kawan saya, saya pun baru sadar bahwa kawan-kawan saya sudah menjadi korban seorang lintah energi yang sangat lihai dalam menyedot energi positif dari kawan- kawan saya. Yang tersisa pun hanya perasaan yang terkuras mentalnya.
  
Lintah energi tahu bahwa harapan adalah bentuk energi yang dia bisa manipulasi agar orang yang dia beri janji, prospek, perkatataan yang mendorong adanya harapan itu berharap padanya dan senantiasa mendekat pada dia.

Dari kejadian-kejadian ini untuk terhindar dari hisapan sang lintah energi, maka seharusnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sajalah manusia berharap.

Karena  dengan lihaynya seorang lintah energi membelokkan harapan itu, sehigga manusia tidak lagi berharap pada Tuhan namun berharap hanya pada dirinya. Naudzubillah Min Dzalik. Anehnya Orang-orang lintah energi ini biasanya malah diantri dan acapkali dicari oleh banyak orang-orang yang ingin meminjam uang atau dijanjikan uang hingga ‘eM-eM’-an.  Adapun mereka para lintah energi ini, ada yang berkedok mampu menjualkan pusaka-pusaka bertuah berharga selangit, lipat ganda uang (uang orang lain) dengan cara musykil, bahkan permainan tokek ajaib miliaran yang musykil, yang membuat banyak orang tak rasional dan memburu tokek mustahil ini, semua ini adalah akalan para Lintah Energi.

2. Lintah “hati gunung es”. Manusia jenis ini adalah orang yang hatinya terbuat dari es balok. Selain dingin, hatinya juga keras. Dalam kata lain, orang-orang ini adalah orang-orang yang tidak berperasaan dan kehilangan empati. Ia bisa mengucapkan kata-kata yang menyayat hati dengan santai. Saya percaya Anda tentu pernah berjumpa dengan orang-orang yang entah kenapa mulutnya selalu mengeluarkan kata-kata yang pedas dan menyakitkan, entah secara langsung maupun berupa sindiran-sindiran yang menyakitkan hati. Saya sbut pula lintah ini memiliki prbadi yang abbrasive. Jika anda cerdas pasti memahami apa itu pribadi yang abbrasive atau suka menggerus mental lawan bicaranya

Bentuk perilaku lain dari Lintah “hati es balok” adalah tega mengorbankan orang lain demi keuntungan diri-sendiri. Ia bahkan tidak segan-segan menghancurkan orang lain agar dirinya tetap selamat. Baginya, orang lain tidak perlu diperhatikan.

Tujuan dari Lintah “hati es balok” adalah untuk menunjukkan dominasinya agar orang lain tidak berani macam-macam kepadanya, tetapi sebenarnya hal itu merupakan perwujudan dari ketakutannya terhadap rasa sakit. Umumnya orang ini pernah terluka dan disakiti, sehingga akhirnya ia bersikap sangat agresif untuk melindungi diri. Prinsipnya adalah daripada disakiti mending menyakiti.

3. Lintah “pengemis”/beggar leech. Jenis yang kali ini adalah lintah pengemis. Lintah “pengemis” adalah orang yang menuntut perhatian kita dengan cara memelas dan mengasihani diri-sendiri. Setiap bertemu orang ini, ia akan selalu menceritakan penderitaan dan kemalangan-kemalangannya. Berkomunikasi dengan orang ini tidak jauh-jauh dari seputar masalah hidupnya yang bertubi-tubi dan sepertinya tidak pernah habis. Bagaimana jika Anda bertemu dengan orang yang setiap saat selalu menceritakan masalah dalam hidupnya? Tentu lama-kelamaan Anda akan kelelahan juga bukan?

Tujuan sebenarnya dari Lintah “pengemis” adalah meminta perhatian dan pertolongan Anda. Dengan cara menjadikan dirinya sebagai “korban” ia berharap kita menjadi iba dan akhirnya memberi dia perhatian dan bantuan. Celakanya, semakin kita memperhatikan dan membantu, maka ia akan semakin menjadi-jadi dan semakin membuat dirinya tampak lebih menderita. Perhatian adalah bentuk energi mental positif, dan ada orang-orang yang selalu ingin perhatian dari orang lain, artinya dia kekurangan energi positif.

4. Lintah “kepala batu”. Lintah manusia ini adalah manusia keras kepala yang anti masukan dan tidak mau dinasihati. Ia selalu merasa dirinya benar dan sulit percaya dengan orang lain. Manusia ini akan sangat merepotkan jika kita terlibat dalam sebuah pekerjaan bersama karena pada saat itulah ia akan menjadi halangan untuk kita semakin berkembang.

Bahkan pada kasus-kasus yang ekstrim, manusia “kepala batu” ini bisa berperilaku agresif demi mempertahankan apa yang ia yakini. Ia tidak segan-segan mengorbankan orang lain dan bahkan melukai orang lain hanya agar keyakinannya terwujud. Manusia jenis ini digerakkan oleh ketidakpercayaan dan rasa aman yang hilang. Ia hanya percaya pada dirinya sendiri dan tidak mau mengambil resiko untuk mempercayai orang lain.

5. Lintah “tukang obral”. Manusia “tukang obral” hampir sama dengan lintah hope giver but nonsense, mereka ini adalah lintah yang bermulut besar dan suka mengobral janji. Kata-kata dan perilakunya tampak membela kita dan tampak sangat menghargai kita, tetapi itu hanyalah kata-kata. Pada saat gilirannya, ia tidak melakukan semua yang ia katakan alias OMDO! Awal-awalnya orang jenis “tukang obral” bisa menarik simpati banyak orang, namun akhirnya semua akan kecewa dan meninggalkan dia. Ketika ia ditinggalkan, ia akan melakukan “obral” kepada korban-korban lain, dan begitulah seterusnya.

Manusia “tukang obral” digerakkan oleh ketakutannya untuk ditolak dan kebutuhannya untuk diterima, sehingga ia akan mengatakan dan melakukan apapun untuk memberikan kesan baik kepada semua orang. Namun, karena terlalu banyak “mengobral” akhirnya ia sendiri kesulitan untuk menepatinya dan saat itulah ia justru mengecewakan orang lain.

6. Lintah “misterius yang sok cool’. Jenis yang ketujuh adalah Lintah “misterius”. Yaitu jenis orang yang sok tertutup dan sok “cool”. Ia dengan sengaja menutup diri tetapi sedikit membuka celah agar orang penasaran dan kemudian berusaha mengorek informasi dari dia. Kepuasannya adalah ketika ada orang yang penasaran dengan dia dan kemudian mendekatinya untuk bertanya-tanya. Saat ia ditanyai itulah, ia merasa mendapat perhatian dan merasa bak artis-selebritis yang sedang diwawancarai.

Orang jenis ini tidak pernah memulai inisiatif namun ia sengaja memberi sinyal-sinyal tak langsung agar orang terpancing untuk mendekati. Istilah sederhananya, orang jenis ini selalu bersikap sok jual mahal dan sok penting. Tentunya akan sangat melelahkan berhubungan dengan orang ini bukan? Kita harus setiap saat memperhatikan dan memulai inisiatif lebih dahulu.

7. Lintah “INGIN TAHU AJA”. Orang jenis ini adalah jenis orang yang selalu ingin tahu segala hal. Pernahkah Anda direpotkan oleh orang-orang seperti ini? Selalu ingin tahu apa yang kita lakukan, darimana barang-barang kita, dimana membelinya, berapa harganya, sama siapa kita belinya, berapa banyak kita belinya, dan berbagai pertanyaan nggak penting lainnya.

Malahan, orang-orang ini kadangkala tanpa sungkan-sungkan menanyakan hal-hal yang pribadi dengan santainya. Mata orang ini selalu jeli menangkap dan memperhatikan gerak-gerik kita untuk mencari bahan baru yang bisa ditanyai dan diurusi. Dia adalah manudia yang “Want To Know” aja, pokoknya semua hal tentang kita dia mau tahu aja, meskipun tidak ada hubungannya dengan dia dan bahkan sebenarnya tidak ada gunanya buat dia.

Di saat-saat kita sedang lelah, sibuk, dan fokus, kehadiran orang-orang ini benar-benar akan menyedot energi emosi kita, karena kita akan dibombardir dengan pertanyaan-pertanyaan nggak penting yang mengacaukan konsentrasi kita.

Apakah tujuan orang-orang ini? Ia ingin tahu segala hal agar ia merasa menjadi orang yang tahu segalanya dan tidak dianggap ketinggalan. Ia takut ditolak dan dianggap tidak tahu, itu sebabnya ia berusaha mengumpulkan informasi mengenai apapun. Selain itu, ia juga takut dianggap orang bodoh, sehingga dengan mengumpulkan semua informasi, ia bisa siap kapan saja jika ada pertanyaan dan diskusi.

8. Lintah “gila hormat” dan Gila status sosial/ gila pangkat derajat. Kebalikan dengan manusia “Want To Know” kalau manusia “Gila Hormat” berusaha memberitahu dan menunjukkan semua pengetahuan dan prestasinya kepada siapa saja. Setiap ada kesempatan apapun, ia selalu berusaha mempublikasikan semua yang sudah dia lakukan.

Goal hidupnya adalah untuk mendapatkan pujian dan mendapatkan ekspresi kagum dari sebanyak mungkin orang. Bahkan, orang ini akan menceritakan mengenai orang-orang terkenal yang ada dalam daftar friend Facebooknya, orang-orang terkenal yang dia tahu, orang-orang terkenal yang berhasil dia temui (meski cuma sekali), berbagai prestasi (entah besar entah kecil_ yang pernah dia lakukan, tempat-tempat yang pernah ia kunjungi, dan semua hal yang bisa dibanggakan. Dalam cerita-ceritanya, ia akan selalu berusaha membuat semua orang terkesan, jika perlu ia akan sedikit melebih-lebihkan ceritanya. Tidaklah heran kadangkala orang ini mendapat predikat sebagai “si belagu” atau “si gila derajat”.

Dan yang paling melelahkan dari orang ini adalah ketika ia selalu mengarahkan topik pembicaraan pada dirinya. Apapun topik pembicaraan, ia akan selalu berusaha menyusupkan kata “saya sudah…”, “saya kenal…”, “saya tahu…”, “saya bisa…”, “saya pernah…” dan berbagai “saya-saya” lainnya.

Yang paling mengerikan adalah ketika seseorang memiliki 2 karakter Lintah sekaligus, yaitu Lintah “Want to know” dan Lintah “Gila hormat”! Ia akan merepotkan kita dengan berbagai pertanyaan dan kemudian ia akan menggunakan pengetahuan yang ia peroleh untuk ia bangga-banggakan kepada orang lain. Dua kali sedotan energinya, menyisakan hanya energi negatif buat kita.
   
9. Yang kesembilan adalah Lintah Pengecut  atau saya sebut lintah energi pengecut.  Berteman dengan seorang pengecut sangatlah menguras energi kita karena kita harus sibuk melindungi orang itu dan membelanya/ mendorongnya. Sebaiknya memang tidak kita jadikan teman karena akan menyedot enegi kita dua kali lebih parah dari jenis manusia lintah energi yang  lain.

10. Lintah energi pelit namun sok pamer.Lintah energi pelit namun sok pamer materi ini juga menyedot habis-habisan perhatian kita karena barang-barang yang dia punyai untuk dia pamerkan, namun pada dasarnya dia enggan memberikan pertolongan. Celakalah orang yang demikian ini karena dia hanya menyedot simpati orang-orang bodoh yang tertarik dengan penampilan  luar saja namuan pada dasarnya  si pamer serta pelit ini tidak akan pernah melakukan apapun bagi orang-orang di sekitarnya. Termasuk pula lintah pamer tapi pelit ini adalah orang pintar ilmu yang memiliki suatu ilmu keahlian, namun hanya dia pamerkan saja tanpa dia sudi bahkan terpikir untuk membagi ilmunya bahkan dengan sahabatnya sekalipun. Padahal menurut saya pribadi, ilmu yang dibagi bukannya habis namun makin bertambah karena kita juga berinteraksi dalam mengembangkan ilmu yang berguna tersebut dengan orang lain.  Harta yang dikeluarkan mungkin habis.Ilmu tidak. Harta kalau dibagi di jalan Alloh juga akan makin bertambah tidak hanya di Dunia tapi juga di Akhirat kelak.

11. Jenis lintah yang kesebelas adalah jenis Lintah Racun Tikus Brodifakum. Jenis lintah racun tikus  brodifakum adalah racun ini bekerja lama, sehingga tikus tidak sadar bahwa dia telah mengalami internal bleeding dan dehidrasi sehingga ahirnya mati. Jenis lintah racun tikus brodifakum adalah manusia yang senantiasa mengeret (kerat) korbannya dengan rayuan mautnya, daya tarik fisik yang berujung kobannya mau memberikan uang, materi dan apapun  barang yang berharga yang dimilikinya hanya sekedar bisa berdekatan dengan manusia lintah racun tikus brodifakum ini.

12. Jenis manusia lintah sok berjasa. Orang  sok berjasa juga menguras energi positif kita karena lintah sok berjasa ini akan selalu membuat orang yang pernah ditolongnya segan dengan mengungkit-ungkit pemberian orang tersebut. Jadi orang yang sudah ditolong akan terus merasa berhutang budi kalau sudah berhutang budi maka lintah sok berjasa akan menguras perhatian, daan minta perlakuan dari orang yang pernah ditolongnya dengan aneka permintaan, baik masuk akal dan tidak. Tipe jenis lintah ini sangat dihindari dalam filosofi China , “Hindari perasaan melepas budi dan membalas budi’, melainkan jika kita ditolong orang lain maka cepatlah balas dengan kebaikan. Lao Tze berkata : "Jika menerima budi, pahatlah di dinding karang, jika melepas budi tulislah di pasir pantai".

13. Jenis  lintah ketiga belas adalah jenis manusia lintah sok bodoh. Atau pura-pura bodoh hanya untuk mengawasi gerak-gerik kita dan belajar dari kesalahan-kesalahan kita. Manusia sok bodoh amat berbahaya dalam sebuah organisasi.  Dia membawa energi negatif yang hebat karena dia pura-pura bodoh, dan membiarkan kawan yang lain tersesat dalam kebodohan.  Menurut saya orang ini saya sebut sebagai silent liar atau pembohong yang diam.  Karena dalam diamnya sebenarnya dia sudah berbohong karena dia pura-pura bodoh, masa bodoh dan pura-pura tidak tahu terhadap solusi masalah sebuah organisasi. Manusia pura-pura bodoh ini sebaiknya segera disingkirkan sebelum melemahkan organisasi. Lebih baik  memelihara orang jujur apa adanya, suka bilang suka, tidak suka katakan tidak suka, dari pada pura-pura baik dan pura pura bodoh hanya untuk menyelamatkan diri, atau hanya ingin puas melihat sebuah kebodohan berjalan di depan matanya.

   Baik begitu saja ulasan saya  tentang 13 (celaka tiga belas) manusia lintah energi 13. Semoga kita bisa memetik pelajaran, yang pertama jangan sampai kita menjadi diantara 13 manusia lintah energi dan jangan sampai kita tersedot energi positif kita oleh jenis 13 manusia lintah energi itu. Wa billahi taufik wal hidayah, Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

(13  Lintah Energi oleh : Mung Pujanarko)

Sabtu, 08 Oktober 2011

Sukses dan Gagal


Saya pecinta Ilmu Dialektika Materialisme dan aksioma - aksioma yang ada di dalamnya, sungguh. Saya bersyukur kepada  Alloh SWT yang  menciptakan alam semesta ini dengan prinsip keseimbangan. Keseimbangan adalah alamiah. Namun  Alloh juga menciptakan manusia dengan membekali manusia dengan sifat kesabaran dan ketergesan-gesaan, dengan sifat ketenangan dan kegelisahan. Dengan sifat kebijaksanaan dan ketidak-matangan.
Seorang kawanku ikut berbagai macam pelatihan untuk mencapai satu tujuan : berhasil dalam hidupnya. Ia tak mau gagal. Dia kejar terus yang namanya kesuksesan. Dan ketika keberhasilan itu datang maka dia mensyukurinya. Dan satu ketika kegagalan menghampiri, kemudian dia ikut pelatihan-pelatihan lagi.
Kebanyakan pelatihan yang diikutinya adalah pelatihan psikologi, program-program motivasi dan semua pelatihan mental yang memberikan obat penawar mujarab berupa : kebangkitan, kesuksesan  dan keberuntungan serta jauh dari berbagai macam kemalangan.  Saya pernah bertanya  kepadanya,“Kenapa anda  gemar sekali ikut pelatihan bergenre motivasi, psikologi, bahasa syaraf, hypno-sugestif dll, yang merupakan program ilmu psiko-mental? Dan bukannya ikut pelatihan program ilmu-ilmu keterampilan untuk  meningkatkan ketrampilan, secara skill misalnya, pertanian, penulisan,  aneka teknik  dan ketrampilan lainnya yang bisa meningkatkan ketrampilan metode skill ?”
Tapi dia mengatakan lebih suka mengisi hidupnya denga pelatihan pelatihan mental (satu, dua sesi pelatihan psiko-mental, motivasi, ini ada yang dipatok sampai 10 juta rupiah sampai mahir). Luarbiasanya banyak peminatnya.
Memang kegagalan yang menerpa membuat manusia sesaat kehilangan keseimbangannya, maka dia membutuhkan untuk mengisi ruang kosong di sisi yang berlawanan untuk memburu kesuksesan lagi.
Padahal perasaan sukses pun pada hakekatnya adalah ketidak-seimbangan. Seseorang yang merasa dirinya sukses berada dalam posisi  ketidak-seimbangan yang sama dengan orang yang merasa dirinya gagal.
Gagal=pahit, sukses=manis.  
Semua orang ingin manis, tapi kebanyakan manis bisa sakit gula juga. Perasaan seseorang yang merasa  cukup pada hakekatnya sama  posisinya ketika perasaanya mengatakan dia sedang kekurangan.
Tuhan Yang Maha Esa telah mengatakan dalam Al Qur’an bahwa Dia akan mencoba manusia dengan sedikit kekurangan dan susah payah. Dan Dia menekankan kata :sedikit. Jadi, Tuhan Yang Maha Esa juga pada hakekatnya telah memberi KhalifahNya kemampuan manajerial yang baik untuk mengelola Bumi ini. Untuk mengelola Bumi ini, Tuhan tidak hanya memberi perasaan sukses dan puas diri tapi dia juga menyuruh untuk membagi kesuksesan dan membagi buah dari hasil jerih payah selama hidup di Dunia.
Bahkan Dia juga berpesan dalam Al Qur’an bahwa  : "Memberilah kamu selagi sempit maupun lapang". Karena  kemampuan memberi pada saat lapang dan sempit itu  pada hakekatnya adalah latihan mental yang baik untuk  tidak terjebak dalam perasaan puas karena sukes, dan kecewa karena gagal.  Memberi tidak hanya materi, bahkan memberi pertolongan pun merupakan pemberian. Memberikan senyuman di saat kita pahit adalah termasuk luar biasa karena mampu memberi di saat sempit. Menolong orang di saat kita kecewa berat merupakan pemberian yang paling sulit dilakukan.
Dengan memberi di saat sempit memberikan perasaan bahwa kita pun sebenarnya masih diberi kemudahan dalam kesulitan. Dan Tuhan memang selalu memberi kemudahan dalam kesulitan, dan hanya kepada Alloh-lah, berharaplah. Amin.
(mung-mung p_blog ini untuk membedah dialektika materialisme secara simple atau prinsip KISS: Keep it simple and stupid...)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons