Di Indonesia sebagai negara dunia ketiga, party kerap menjadi daya tarik wisatawan mancanegara. Ini mirip negara Kuba dan Amerika latin seperti Brazil di mana orang kaya dan wisatawan Amerika kerap mengunjungi negara yang lebih miskin di Amerika Selatan untuk wisata dan party, karena lebih murah dan bergelimang kenikmatan.
Party pada dasarnya adalah menghibur diri. Saya jadi agak tidak connect, mengapa orang yang mapan kok masih menghibur diri, apa dirinya dalam kondisi yang sedih ?
Ada wanita muda bertubuh tambun pulang party kemudian mabuk dalam mengemudi avanza hitam dan menabrak 9 orang sampai tewas di Jakarta beberapa waktu lalu, edannya lagi wanita muda tambun-lajang itu masih mencoba melarikan diri, namun gagal karena menabrak halte bus. Dan banyak juga orang usai party dalam kondisi mabuk berat dan masih mengemudi.
Ada lagi, seorang model cantik majalah dewasa pria juga mengemudi sambil mabuk dan menabrak tujuh orang di kawasan Tamansari Jakarta Barat dengan menggunakan mobil Honda Jazz merah dengan nomor polisi B 1864 POP Kamis (11/10) sekitar pukul 17.30 WIB, lalu. Model yang memang pekerjaannya adalah me-model-kan wajah dan tubuhnya, -(pakaian dan apa yang dipakai saat berpose jadi model majalah pria dewasa tentu tidak begitu penting)-, itu dalam keadaan mabuk berat saat mengemudi. Dua dari 7 (tujuh) orang korban diantaranya anggota polisi Polsek Tamansari Jakarta Barat.
Pada dasarnya orang berhak party, tapi tak boleh bunuh orang seusai party hanya karena mabuk mengemudi.
Party menjadi adat kebiasaan sebagian kaum mapan di Indonesia. Oh yeah, prinsip 'enjoy aja' dan 'enak gila' memang menjadi buruan dan sasaran pengejaran kenikmatan hidup bagi kaum mapan. Dalam piramida sosial kaum mapan menempati pucuk piramida sosial, dan kaum menengah serta bawah menempati urutan strata sosial di bawahnya. Strata sosial dibangun atas konstruksi piramida sosial.
Di Indonesia kini tidak mengenal adanya pertentangan kelas, karena kelas bawahpun dicekoki mimpi untuk suatu saat naik ke atas. Tapi piramida sosial secara dialektis bukanlah piramida terbalik, Namun piramida yang curam dan makin ke atas semakin (amat) sempit. Walhasil karena party dianggap sebagai sarana untuk naik kelas, maka kelas menengah yang telah yakin kelak -entah kapan- naik ke atas pun sebagian juga ingin terlibat dalam party agar disebut kelas atas.
Dalam suasana party yang umum adalah suasana :
1. Gelap dan cahaya yang menyambar-nyambar sekilas. Gelap, untuk menyembunyikan kondisi diri, menenggelamkan identitas personal, mengaburkan self being, agar cepat larut masuk dalam suasana party
2. Musik house, music party yang berirama seperti music voodo Afrika dengan ketukan irama ¼ yang bertalu-talu, menimbulkan efek euforia dan musik house dengan irama tribal, dan ritme yang menghentak merangsang otak untuk bergerak ke arah trance (kebalikan dari musik meditatif), trance adalah satu suasana yang melupakan diri. Volume musik lebih dari 80 desibel, artinya lebih dari volume suara normal yang bisa normal didengar manusia. Volume suara di atas 80 desibel membuat jiwa menjadi terpacu adrenalinenya, jantung berdegup lebih cepat dari normal hanya dengan mendengar musik party ini saja.
3. Gerakan badan : dalam party badan bergerak tak berirama. Sebenarnya ada baiknya untuk membakar lemak. Tapi waktu party yang tengah malam hingga dini hari justru membuat kondisi fisik dehydrated dan tidak seimbang. Olah raga membakar lemak sebaiknya justru pagi setelah bangun tidur.
4. Mass hysteria, dalam party dikategorikan sukses jika bisa memancing masa hysteria crowd atau pengunjung yang memenuhi floor atau lokasi party. Massa hysteris dalam party dilakukan secara berjamaah dengan crowd yang bergerak bersama-sama mengikuti irama musik yang mengentak. Dalam tradisi kesukuan (tribal) tarian tribal dance dengan bunyi genderang bertalu dan asupan konsumsi zat halusinogenik bisa memancing kondisi trance. Kondisi trance bisa diperparah saat pelaku party menggunakan zat psikoaktif adiktif maka efek 'on' akan menjadi lebih kental terasa dan bisa membuat pelaku party serasa melihat alam roh, alam gaib. Ini pula yang menimbulkan efek paranoid.
5. Party menjadi semakin ‘sik-asyik’ bila beredar narkoba diantara pengunjung yang dapat dibeli secara bebas. Efek narkoba dalam party akan membuat stamina meningkat dan derajat euforia bertambah tajam. Pill party kini sesuai perkembangan teknologi kimia dikenal berbagai macam jenisnya. Karena itu banyak orang bilang party tanpa pill party bagaikan sayur tanpa garam. Maka kompletlah sudah perjalanan 'party goer' menuju alam nirwana dunia.
Party amatlah lekat dengan sejarah kehidupan manusia. Kita bisa membaca sejarah pada jaman Kerajaan Singhasari yang didirikan oleh tokoh 'ancient preman' bernama Ken Arok pada tahun 1222. Kerajaan ini sangat makmur, kemudian pada tahun 1268 Kertanegara naik tahta. Nah saat Kertanegara naik tahta inilah tercatat banyak 'ancient wild party' yang dilakukan oleh raja ini.
Pada abad ke 12 jaman kerajaan Singhasari, sebuah party gila-gilaan pernah tercatat dalam sejarah Saat itu Singhasari dipimpin oleh Raja Kertanegara yang menganut sekte Bhairawa. Sekte Bhairawa ini melakukan pemujaan terhadap 12 hawa nafsu jasmaniah untuk mencapai nirwana.
Tampaknya kini cara-cara itu juga kerap dilakukan untuk mencapai derajat kenikmatan puncak duniawi (ultimate satisfaction), terbukti adanya tempat 'one stop entertaintment' yang menjamur, yang secara modern menyediakan pelampiasan untuk 'menghabiskan energi positif' dan memuja semua kenikmatan yang ada di Dunia tanpa tersisa. Foya-foya sekte ini segera mengembalikan manusia ke derajat hewani. Saat manusia kembali lagi ke derajat hewani, tepat sebelum Adam dan Eva beranjak menjadi derajat manusia yang mulia, ada tawa puas dari pihak kegelapan yang telah bersumpah untuk mengembalikan anak-cucu Adam kembali ke derajat hewani.
Demikian sejarah Singhasari abad ke 12 di Nusantara berulang pada abad ke 21 ini saat cara-cara sekte Bhirawa ini masih terus digunakan semua demi mencapai ‘nirwana’ duniawi. (*)