Nasehat orang tua kepada anaknya biasanya adalah senantiasa berpesan kepada anaknya agar selalu hati-hati dan waspada dalam hidupnya.
Prinsip hati-hati selalu ditanamkan oleh orang tua semenjak anak masih kecil, agar anak selalu waspada
dan hati-hati terhadap kondisi sekitarnya.
Jika sikap kehati-hatian ini terus dijiwai oleh anak-anak sejak kecil, hingga masuk usia remaja, maka sikap kehati-hatian ini akan berdampak besar pada kehidupan anak-anak.
Sikap kehati-hatian akan mengasah karakternya.
Pada masa remaja, banyak remaja bersikap reckless atau sembrono dalam bersikap, bertutur dan beringkah laku di dalam kehidupan masa remajanya.
Bisa jadi
remaja itu akan mencoba-coba hal-hal yang dianggapnya baru dan mengasyikkan
dalam kehidupan ini.
Namun paling
becik atau paling baik bagi remaja adalah senantiasa mengingat nasehat orang tua
agar selalu berhati-hati dalam hidup masa remaja.
Jika melihat kawan pakai motor baru dan ngebut dengan gagahnya,dan terasa sungguh cool karena dengan motor atau mobil baru sang remaja bisa bergaya ngebut, maka anak remaja yang sudah memiliki dan menghayati makna hati-hati dalam hidupnya akan memilih menahan diri dari hawa nafsu darah mudanya yang juga ingin merasakan sensasi sekedar kebut-kebutan.
Lain halnya jika itu untuk olahraga yang terjamin keamanannya di sirkuit olahraga resmi, hal ini lain lagi.
Jika saat remaja seorang individu telah berhasil menerapkan sikap berhati-hati dalam hidupnya, maka ketika memasuki usia dewasa dia akan selalu waspada dan berhati hati dalam segala sikap,tingkah, dan perilakunya.
Sikap dari falsafah Jawa yakni gemi,nastiti dan ngati-ngati ini, saya membahasnya khusus dalam sikap berhati-hati.
Saat usia dewasa sang individu itu telah memasuki masa belajar di kampus atau kuliah atau bekerja, maka sikap berhati-hati selalu menjadi pertimbangan dalam kehidupannya.
Berhati-hati di sini bukan dalam pengertian terlalu berhati-hati hingga menciutkan nyali untuk berusaha demi kebaikan.
Hidup yang berhati-hati saja masih bisa mendapat bala dan bencana - padahal sudah hati-hati-, apalagi hidup menyerempet bahaya dan sembrono.
Menghitung resiko atau mengkalkulasi resiko dalam setiap ucapan, tindakan dan perbuatan bisa menjadikan individu mawas diri dan selalu berhati-hati dalam hidupnya.
Jika individu
telah memahami rasa berhati-hati ini, maka semoga hidupnya bisa berjalan dengan
baik sesuai koridor selaras dan seimbang dalam hidup tata norma bermasyarakat.
Gaya hidup hip-hip hurahura sesungguhnya dekat dengan kesembronoan, dan hidup yang menahan diri dari nikmatnya hura-hura adalah hidup yang penuh kehati-hatian.
Sikap hati-hati ini berarti mampu mengkalkulasi segala dampak dari tindakannya, sejak tindakan adalah lanjutan dari berpikir maka oleh karena itu pikiran sebaiknya jangan overthinking dan selalu berdoa meminta jalan yang terbaik dari Tuhan Yang Maha Esa. (*)
0 komentar:
Posting Komentar