Dalam literatur Jawa Kuno dikenal adanya jalan gelap yang disebut
MoLimo. MoLimo adalah satu jalan gelap dalam kehidupan manusia yang wajib dihindari.
Secara harfiah
MoLimo/ MaLima adalah :
Madat, Madon , Minum, Main, Maling.
Karena saking pentingnya untuk diketahui, Kakek-nenek saya sering berpesan kepada saya agar menghindari MoLimo dalam hidup yang singkat ini. Pesan ini didapat kakek, dari kakek buyut saya dan seterusnya sampai ke atas nenek moyang.
Pada remaja dan usia muda dulu, saya tahunya bahwa MoLimo adalah sebuah kiasan yang menandakan adanya perbuatan-perbuatan 'Mo' yang terpisah seperti di atas, tanpa tahu apa sebenarnya kode-kode dari istilah MoLimo.
Setelah kini saya pikir, ternyata MoLimo adalah lebih dari sekedar rambu-rambu terpisah yang harus dijauhi.
Hal ini saya dapati setelah saya coba
decode MoLimo sebagai sebuah
message (pesan). Belajar pada konsep penanda dan petanda dalam Semiotika oleh Ferdinad de Saussure (1916), maka dalam pengertian saya Mo Limo adalah sebuah penanda bagi adanya sebuah fenomena lingkaran setan yang tidak berujung. Sampai di pengertian ini saya mulai tertarik mengurai (
decode) isi pesan (
message) Mo Limo sebagai idiom penanda untuk 5 tanda 'Mo'.
Lingkaran setan yakni sebuah
circle atau lingkaran siklus yang bisa dengan mudah dan halus menjebak manusia. Manusia yang tersedot dalam lingkaran setan akan menghabiskan umurnya dalam kerugian dan senantiasa dalam kondisi merugi ketika manusia terseret dalam lingkaran setan MoLimo itu.
Mo Limo saya ibaratkan sebagai sebuah komidi putar, di mana ada lima kuda yang berputar dalam sebuah komidi putar (
merry go round), jika kita naik satu di antaranya maka kita dengan mudah akan senantiasa berganti kuda, dan tidak bisa keluar dari komidi putar itu. Sungguh mengerikan lingkaran MoLimo ini jika kita pahami.
Seorang kawan diskusi saya menyatakan bahwa MoLimo tidak berbentuk lingkaran (circle) melainkan tindakan '5 Mo' yang terpisah secara independen. Dia berargumen orang bisa saja
stick pada satu kegiatan 'Mo' tanpa terpengaruh '4 Mo' yang lain.
Namun saya berargumen padanya, bahwa meski terlihat terpisah (
separated) namun Molimo pada hakekatnya ibarat "
five sisters" yang saling memanggil satu sama lain.
Taruhlah misal seseorang hanya mencoba satu Mo saja misal berbuat Maling, maka percaya atau tidak '4 sisters Mo' yang lain akan segera 'memanggilnya', untuk melengkapi MoLimo. Atau seorang pemadat hanya Madat saja, namun '4 Mo' yang lain pun akan segera menggodanya untuk melengkapi lingkaran MoLimo.
Atau seseorang selama puluhan tahun hanya melakukan 1 Mo berupa Minum (alkohol) saja, karena sifatnya MoLimo ini yang bak magnet, maka percaya atau tidak dorongan untuk melakukan Mo yang lainnya pun akan selalu mengikuti.
Apalagi kalau minum alkoholnya di tempat hiburan malam, sudah jelas Mo yang lain akan segera datang menghampiri guna melengkapi tindakan komplit MoLimo.
Ini bukanlah hal yang remeh, karena hanya melakukan '1 Mo' saja akan segera memanggil '4 Mo' yang lain untuk melengkapinya.
Itulah sebabnya seseorang yang telah mencoba melakukan '1 Mo' cepat atau lambat pasti akan melakukan '4 Mo' yang lain. Ini bukanlah hal yang simpel terpisah. Ini adalah disain lingkaran yang menjebak jutaan manusia di muka bumi.
Jutaan orang? ah masak tidak percaya ?
Lihat saja pada kenyataan anda pada masyarakat Anda sekeliling dalam sehari-hari.
Jika orang Eropa abad pertengahan mulai mengenal adanya ‘
seven deadly sin’ sebagai penanda adanya tanda-tanda 7 dosa mematikan. Maka kearifan nenek moyang kita juga telah memberitahukan bahwa MoLimo pada hakekatnya adalah sebagai idiom penanda dari 5 (lima) tanda perbuatan tidak baik. Nenek Moyang kita berusaha memberi nasihat bahwa Mo Limo adalah merupakan penanda adanya lingkaran setan yang hidup dan aktif dalam 5 (lima) tanda 'Mo'.
Sejak setan bisa berupa dalam diri manusia dan juga makhluk dimensi lain (bisa jin) yang membisik-bisikkan pada hati manusia, maka di situlah MoLimo hadir dalam peranannya sebagai penanda lingkaran setan. Oh ? apa penulis percaya adanya Jin ? Tentu saja, dan maaf untuk pembaca yang berkeyakinan lain, secara tegas saya selaku penulis sangat percaya dengan adanya makhluk Jin sebagai makhluk penghuni dimensi kelima atau keempat.
Mo Limo sebagai penanda saya sebut sebagai lingkaran setan yang berbentuk siklus/pulsar, karena ada Petanda-petanda berjumlah lima sebagai berikut :
- Pada Mo yang pertama yakni Maling apabila seorang telah melakukan perbuatan nista maling. Maling bisa berarti korupsi atau mencuri, dan semua perbuatan yang disebut mencuri, maka orang tadi sudah bisa dibilang melakukan perbuatan Mo yang Pertama yakni : Maling.
Setelah maling dan Korupsi mengembat duit Negara serta duit rakyat jelata miliaran serta ratusan juta atau mengembat uang serta harta benda milik orang lain, maka orang itu akan cenderung tergoda untuk melangkah pada step (tahap) Mo kedua yakni : Main.
- Main sebagai Mo Kedua dalam istilah Jawa adalah : judi, gambling, taruhan, dan aneka perbuatan yang intinya berjudi. Setelah saya pikir, aspek mengundi nasib dalam kegiatan judi inilah yang merusak mental manusia. mengapa mengundi nasib merusak mental?
Dengan kegiatan kegiatan judi, maka pada hakekatnya adalah nasib kita yang sedang kita undi sendiri.
Orang yang berjudi (mengundi nasibnya) dengan probabilitas, maka yang merusak mental adalah ketika orang ini percaya bahwa nasibnya sedang baik atau nasibnya sedang jelek, dipermainkan oleh probabilitas, bukan atas dasar usaha yang dipupuk oleh kesabaran.
Bayangkan jika berhari-hari orang ini percaya nasibnya sedang baik atau sedang jelek, maka dia akan jauh dari mental yang sehat.
Mental yang sehat tumbuh dari kesabaran dan pengendalian atas dirinya sendiri.
Orang yang sering mengundi nasibnya, maka mental orang ini akan jauh dari sehat. Mental orang ini akan sakit. Sebenarnya bukan materi yang sedang dia undi, melainkan adalah nasibnya sendiri yang diundinya, padahal nasib itu tidak perlu diundi.
Artinya, nasib manusia tidak perlu diundi lagi dengan maksud mencari keuntungan.
Berjudi menjadi lebih mengasyikkan bagi orang yang telah maling, karena toh bukan uang halal yang dibuat judi, jadi beban mental untuk berjudi tidak seberat ketika memakai uang gaji atau keuntungan bersih dagang yang halal. Berjudi ketika memakai uang hasil korupsi akan terasa lebih ringan karena kalau habis, kan bisa korupsi lagi.
Setelah melakukan Main sebagai Mo Kedua dalam komponen 'Lingkaran Setan MoLimo', maka orang yang telah berjudi memerlukan tambahan stamina untuk tetap ‘on’ dalam bersenang-senang dalam kemaksiatan yakni dengan melangkah pada tahapan atau stage/ step Mo yang ketiga yakni : Minum.
- Mo Ketiga dari satu lingkaran setan MoLimo adalah Minum. Minum adalah istilah dalam bahasa Jawa untuk minum Miras (minuman keras). Dalam Mo ketiga ini otak akan dibawa larut oleh suasana lebih rileks dan gembira saat dalam kondisi Mo Kedua yakni Main/berjudi, karena kalah-menang pun akan tetap gembira karena pengaruh alkohol. Derai tawa selalu membahana di tengah kesukaan dan keriaan tenggelam dalam lingkaran setan MoLimo.
Bila tubuh dan keinginan telah menagih untuk mencapai derajat teler yang lebih tinggi sebagai kenikmatan berikutnya, maka telah sampailah pelaku pada step Mo yang Keempat yakni : Madat.
- Mo Keempat adalah Madat. Madat dalam istilah bahasa Jawa adalah memakai opium, opiate dan obat bius (dulu), kalau sekarang adalah menyalah-gunakan narkotika dan aneka produk turunannya. Madat sebagai step/stage keempat pada lingkaran setan merupakan rangkaian dari perbuatan ‘enak gila’ dan ‘enjoy aja’ setelah orang tadi melakukan step Mo Pertama yakni korupsi, maling, kemudian beranjak pada Mo Kedua: main judi, dan step Mo Ketiga ketiga yakni : minum. Lazim didapati sebuah efek menagih setelah tubuh ringan oleh alkohol maka muncul keinginan kuat untuk menambah derajat kenikmatan menjadi kenikmatan narkoba.
Dalam Mo Keempat dalam lingkaran setan ini orang akan mengkonsumsi narkoba. Kini lazim diketahui berbagai jenis narkoba bisa menggiring otak ke arah sensasi luar biasa, apalagi jenis shabu dan methamphetamine (crystal meth) sebagai stimulan pemicu 'ultimate satisfaction' maka orang yang telah sampai pada step Mo Keempat, akan segera mencari step Mo yang Kelima yakni : Madon.
- Madon adalah Mo Kelima juga sebagai Mo yang akan menghantarkan pada Mo awal yakni Maling lagi. Maka dari seluruh prosesi rangkaian 'Lingkaran Setan MoLimo' yang dilakukan orang, dan tersedia luas di muka Bumi. Namun, sejak setan adalah musuh yang nyata, maka kita harus senantiasa waspada.
Mo Kelima adalah Madon. Apa hubungannya Madon dengan Madat ? Jawabnya : kerap kali orang memakai narkotika jenis Meth dan aneka narkotika jenis baru untuk menghantarkan pada step berikutnya yakni stimulan kuat guna memuaskan diri dalam hal hasrat seksual. Pada tahapan step Mo Kelima dalam ihkwal rangkaian MoLimo sebagai lingkaran setan yang tak terputus ini, Madon adalah istilah lain untuk main perempuan (nakal). Madon secara umum dalam bahasa Jawa adalah : berzina, selingkuh, melacur, main dengan pelacur.
Istilah Madon dalam bahasa Jawa digunakan sebagai penanda untuk kegiatan berzina baik untuk lelaki dan perempuan.
Sampai pada step yang Kelima yakni Madon ini, maka pelaku bukannya berhenti, tapi karena MoLimo pada hakekatnya adalah sebuah circle, sebuah siklus dan sejatinya adalah lingkaran setan, maka pelaku akan kembali lagi pada step/ stage yang pertama yakni Maling lagi, korupsi lagi.
Maling yang paling gampang adalah korupsi miliaran dan ratusan juta, mark up, dan mencolet uang dari kegiatan tidak sah lainnya. Kegatan rutin Korupsi ini bagi sebagian orang amat mudah dilakukan karena berkaitan dengan jabatan dan posisi dalam ketatanegaraan.
Dalam Mo Pertama terdahulu dalam rangkaian kegiatan lingkaran setan MoLimo, pada pengertian Maling termasuk : menipu, manipulasi, mark-up, korupsi, memeras, jambret, copet, memalak, rampok, culik, curanmor dll, pokoknya aneka kejahatan yang telah ada dalam pokok hukum pidana dan perdata. Kalau masih ada yang nanya : ‘pak, rampok termasuk maling bukan ?’, maka dalam pengertian MoLimo, rampok ya termasuk maling.
Duit dari Maling dibuat Main, di dalam Main disambi Minum dan kemudian Madat, selanjutnya akan segera mencapai tahap final Madon. Dan siklus MoLimo untuk mencari modalnya ya kembali ke awal lagi yakni : ya Maling lagi.
Begitulah, lingkaran setan berputar terus dalam siklusnya. Pada kehidupan orang yang telah terjerumus di dalamnya, akan senantiasa berputar dalam Lingkaran Setan MoLimo. Kalau kita lihat seksama, tidak sedikit orang yang justru hidupnya dari Mo Limo, setiap harinya. Mo Limo itulah sumber kehidupannnya.
Mo Limo di masa Muda
Sudah umum diketahui bahwa anak-anak muda seringkali memasuki 'early stage of Molimo' mulai dari masa mudanya. Ada yang sejak SD, ada juga yang baru mengenal Molimo pada saat mahasiswa atau early adulthood.
Jalan Menuju Perbuatan Molimo pada jaman sekarang ini makin mudah dan terbuka. Sayangnya belum ada survei yang menyebarkan angket ke kalangan anak-anak muda usia SMP dan SMU tentang kapan mereka mulai mengenal dan melakukan Molimo.
Menurut pengamatan saya, saya hanya paham satu hal saja : Bahwa Anak muda ada (kebanyakan) yang hanya mengejar kenikmatan-kenikmatan semata dalam hidupnya.
Apa itu mengejar kenikmatan ?
Saya paham akan hal itu, bahwa ada (banyak) anak muda yang hanya mengejar kenikmatan dalam hidupnya. Kenikmatan itu dikenalnya, diburunya, dan ingin terus ditambahkan kenikmatan-kenikmatan dalam hidupnya.
Misal : pacaran itu adalah kegiatan mencari kenikmatan. Merokok ya mencari kenikmatan. Maka urutkan sendiri di benak anda apa saja kegiatan yang memburu kenikmatan.
Simple Sekali Hidup Mereka (kebanyakan anak muda) ini.
Hal ini dimulai ketika perburuan akan kenikmatan kuliner sudah hampir komplit, artinya kenikmatan mulut sudah tersalurkan penuh. Hal ini nanti ada kaitannya dengan tulisan saya yang lain yakni “Babahan Hawa Sanga”
Contohnya yang lain lagi : Menonton apa saja movie/ film yang bagus, sehingga kenikmatan mata sudah dipenuhi. Kenikmatan telinga juga sudah di full –kan dengan mendengarkan berbagai aneka jenis musik yang ‘gaul’, musik yang gaul ini dari mulai musik indie yang menyebar via online dari berbagai band indie yang jumlahnya ribuan di negeri ini.
Pembaca bisa simak tulisan saya di ‘babahan hawa sanga’ yang mengupas tentang kenikmatan inderawi-ragawi.
Oke, kenikmatan mulut sudah tuwuk diumbar dengan aneka kuliner yang sudah diburu setiap harinya, atau makan lezat setiap weekend, kenikmatan telinga sudah diumbar setiap mendengar lagu-lagu gaul, kenikmatan mata didapat daricuci mata di mall atau nonton film sampai tiga film sehari, sudah.
Kalau kenikmatan ragawi inderawi sudah semua, terus apa berhenti begitu saja?
Ada yang berhenti dan merasa cukup, ada pula yang ingin mencari kenikmatan yang lebih dan lebih lagi. Namanya juga manusia.
Nah yang menjadi pintu gerbang kenikmatan berikutnya bagi anak muda yang sudah terlanjur menjadi pemburu kenikmatan hidup, adalah dengan berani memburu kenikmatan ya apa lagi kalau bukan kenikmatan madon.
Kenikmatan madon ini saya terjemahkan bukan hanya main perempuan bagi lelaki (kata dasar :wadon) namun madon artinya juga memadu (memadon) kasih. Memadu kasih (madon) adalah pacaran ‘hot’ yang menembus batas perbuatan memadu kelamin yang dilarang sebelum menikah resmi dengan saksi dan wali.
Kemudian anak-anak SMU sudah mencapai tahap pacaran dengan tujuan menggapai kenikmatan dengan tahapan pacaran umum berupa : necking, petting dan kissing.
Saat Pacaran ini ada (banyak) yang telah merasakan kenikmatan pemuasan nafsu kelamin, dan inilah yang menjadi finalisasi pengejaran kenikmatan bagi sebagian (banyak) anak muda pemburu kenikmatan ini.
Kemudahan hidup bagi sebagian anak muda sudah bisa dan biasa digapai sejak usia SMP kemudian SMU apalagi sebagian mahasiswa pemburu kenikmatan, membiasakan pada anak muda ini hingga dewasanya adalah pemburu kenikmatan yang makin meningkat akselerasinya.
Wisata saja belum cukup, maka ditambah wisata menginap di villa pantai atau villa di gunung dengan pacar (bukan istri)-jangan heran sekarang ini banyak pria mapan harus punya istri dan pacar (istri punya, pacar juga punya), plus dalam kegiatan wisata itu selalu ditemani minuman beralkohol (minum) dan kemudian juga ditambah narkoba sebagai stimulan kebahagiaan dan sekaligus narkoba sebagai stimulan seksual. Maka wisata yang sekarang ini sedang menjadi trendy untuk kenikmatan hidup juga menjadi sarana pengumbaran MOLIMO yang efektif daalam meningkatkan derajat kenikmatan.
Mengejar kenikmatan ini sudah dirintis oleh sebagian orang sejak masa remajanya.
Setiap anak muda yang sudah mengenal aneka kenikmatan dan kemudahan hidup sejak SMP hingga SMU-nya, menganggap wajar kegiatan madon (memadu kasih dengan pacar), minum (bir dan aneka minuman keras) main atau judi (game online bernuansa judi). Sebagian justru biasa maling (manipulasi) duit orang tuanya.
Inilah saya katakan bahwa MOLIMO ini bukan sebuah kegiatan yang remeh, karena sebagian besar pelakunya sudah aktif berbuat Molimo sejak dari masa dini remajanya.
Kenikmatan hidup yang diburu menjadi makin intens karena media massa segmented dan media
sosial banyak mengulas rentang kenikmatan hidup yang dimulai dari pemanjaan kenikmatan indera ragawi. Dalam artikel saya berjudul Babahan hawa sanga yang sudah banyak dibaca orang pada tulisan di blog saya dapat menjelaskan hal ini.
Jadi peliknya masalah narkoba di negeri yang marak didiskusikan banyak pakar di televisi, bagi saya simpel saja akarnya yakni : Akarnya adalah perburuan kenikmatan ragawi jasmani, yang telah diburu sejak masa muda. Peningkatan perburuan kenimatan ini terus meningkat levelnya hingga pada titik tertentu mereka ini berupaya menggapai crystal meth sebagai penunjang utama kenikmatan daya tahan fisik dan daya tahan seksual.
Narkoba jaman sekarang yang diburu bukanlah narkoba untuk melemahkan fisik dan membuat fly atau teler. Narkoba jaman sekarang yang diburu adalah jenis untuk kuat dalam bahagia dan kuat dalam seksual. Jadi Narkoba yang merajalela adalah jenis narkoba untuk : tahan kuat fisik dan happy.
Coba lihat para pemakai crystal meth itu semua, mereka semua memakai crystal meth bukanlah untuk fly, bukan untuk teler seperti junkies yang berbadan kurus, bukan. Mungkin jaman tahun 70’an, 80’an dulu narkoba hanya untuk high dan teler. Tapi jaman kini narkoba ini untuk stimulan kuat dan happy-happy.
Maka tak jarang madat terintegrasi langsung dengan kegiatan madon, karena itu semua untuk stimulan fisik yang luar biasa, dan stimulan seks dengan kenikmatan paling ‘ultimate’.
Seks yang normal dan halal yang biasa ditempuh oleh pasutri legal, adalah dengan durasi seksual yang normal dan kepuasan seksual yang normal dan wajar, baik itu untuk prokreasi maupun rekreasi pasutri.
Namun bagi para pelaku MOLIMO, seks yang normal itu tidaklah cukup nikmat, saudara. Otaknya sudah menagih sinyal kenikmatan seks yang berbeda lagi derajatnya.
Itulah mengapa ada orang yang sudah berumur, bahkan ada oknum profesor-guru besar, oknum dosen, oknum anggota DPR, oknum PNS, pejabat, dan oknum pegawai swasta juga sejumlah oknum aparat berpangkat, yang telah tertangkap dan dihukum berat karena memakai narkoba jenis stimulan bukan jenis opiat-sedatif.
Coba lihat fisik mereka, mereka bukanlah kurus seperti junkies di film-film, mereka ini fisiknya bagus dan kuat, bahkan ada yang aparat keamanan yang fisiknya oke. Narkoba yang mereka pilih adalah narkoba bukan untuk teler tapi untuk : kuat, trengginas, hebat, kreatif dan happy sexual ultimate. Itu yang kini jadi problem, karena definisi narkoba madat untuk teler sudah bukan jaman lagi. Narkoba terutama meth adalah untuk ‘on’, senang luar biasa, kuat melek, diet hebat, dan stamina seks, juga stamina kerja berat.
Khusus untuk madat narkoba methamphetamine yang diintegrasikan dengan madon, maka mereka semua itu telah sampai pada tahap perburuan kenikmatan seks yang paling ultimate yakni seks dengan stimulan crystal meth. Mereka telah merasakan level nikmat yang palng tinggi dalam hidupnya yakni seks berbalut stimulan crystal meth yang terlarang.
Itulah mengapa bagi saya pribadi, pemahaman saya terhadap merajalelanya narkoba di negeri ini, saya cukup simpel berpikir saja : Itu semua ya karena perburuan kenikmatan yang sudah dikejar banyak orang sejak usia dini, hingga lepas kendali (kendalinya sengaja dilepas menurut saya) dengan ingin (dan akhirnya ketagihan) merasakan kenikmatan paling tinggi dalam hidupnya yakni kenikmatan seks yang di-stimulani oleh daya stimulan dahsyat narkoba jenis crystal meth (methyldimethyl amphetamine). Juga merasakan state of happiness dengan meth yang membuatnya keluar dari kondisi normalnya, jadi ultra normal, kadi merasa luar biasa.
Itu saja simpelnya jebakan kehidupan ini : sebagian besar jadi terbiasa untuk memburu kenikmatan-kenikmatan ragawi,
Begitulah, Mo Limo akan senantiasa makin canggih dan ber-evolusi dalam setiap Mo-nya. Misal saja Madat yang senantiasa didambakan oleh sebagian orang yang tidak dapat hidup normal tanpa 'crystal meth'. Bahayanya, 'crystal meth' yang mudah dibuat di mana saja, bahkan bisa berbentuk 'liquid meth' sungguh merusak dan merubah wajah dunia. Ini bukan drugs yang hanya bikin orang jadi 'high' semata, tapi 'crystal meth' telah menjelma menjadi stimulan yang sangat dibutuhkan oleh makin banyak penyalah-gunanya untuk mencicipi garis nirwana semu. Jumlah pemakainya makin banyak dari tahun ke tahun, dari segala kalangan, dari segala profesi.
Seseorang yang telah mencandu crystal meth, akan menganggap '4 mo' yang lain hanyalah 'mainan anak-anak', karena setidaknya dalam hal Madon atau seks liar menjadi makin intens. Dan Maling pun akan ditempuh demi supply crystal meth lagi dan lagi.
Jadi begitulah nenek moyang orang Nusantara yang bijak telah membuat idiom MoLimo sebagai penanda sebuah rangkaian kejahatan pada diri sendiri dan orang lain, yang bukan hanya merupakan kegiatan terpisah, tapi sebenarnya adalah menandai adanya pertanda-pertanda lingkaran setan yang selalu berpulsar dan berputar tanpa henti selama kita manusia hidup di dalam dunia ini. Ingat, Iblis sebagai bos para Setan sudah terlanjur minta tangguh (penangguhan hukuman) pada Tuhan Yang Maha Esa, dan dikabulkan, jadi dia (setan) baik dalam diri manusia dan makhluk dimensi lain terus bergerak mencari teman sepenanggungan kelak, sampai penangguhan dicabut (kiamat). Tujuannya tiada lain adalah jangan sampai keturunan Adam dan Hawa ini menjadi manusia seutuhnya, bila perlu dikembalikan keadaannya sebelum berevolusi mencapai/ diangkat pada derajat manusia khalifah dunia.
oleh : Mung Pujanarko