Warning : Tulisan
ini adalah pemikiran saya untuk saya baca sendiri. Blog aing kumaha aing.
Blogku yo yok opo jare ku. Nek ngeyel jaremu, opo kowe nduwe pikiran liyo, yo
nggaweo blogmu dhewe, tulisen pikiranmu dhewe, tak iye.
Konten dalam
website yang memiliki nilai informasi selalu dibagi menjadi dua garis besar
menurut saya.
Pertama : Breaking news atau konten yang berisi informasi terbaru yang memiliki magnitude atau daya tarik secara instan kuat.
Berita-berita ini biasanya termasuk
peristiwa yang baru saja terjadi yang mempengaruhi hidup banyak orang.
Kejadian-kejadian luar biasa dalam dunia ini biasanya diinformasikan dalam bentuk
breaking news/hard news.
Konten yang
bersifat hard news atau breaking news ini saya lihat jarang dipakai dalam sebuah kata kunci yang bisa berlaku sepanjang waktu dalam jangka waktu pencarian konten yang relatif latent.
Dalam riset
saya mengenai kata kunci, kata kunci umum yang diketikkan orang adalah sangat tergantung (depend on) sedang trend apa sekarang.
Misal akhir-akhir ini sedang trend wisata, kuliner, jalan-jalan. Maka kata kunci yang sering diketikkan orang adalah berkaitan dengan hal-hal itu.
2. Jenis Konten
web yang kedua adalah konten yang berisi informasi yang bersifat soft news.
Konten yang bersifat soft news ini bisa menjadi tulisan artikel ringan yang
kemudian juga bisa disebut soft news.
Konten jenis,
soft news, feature, artikel populer biasanya tak lekang oleh waktu, sifatnya
timeless.
Konten yang
time less ini sebaiknya juga jeli dalam melihat trend yang sedang disukai oleh
masyarakat luas. Misal kini massa sedang suka membangun sejarahnya
pribadinya sendiri dengan banyak swa photo dalam waktu moment hidupnya.
Kini
semakin banyak warga masyarakat yang sadar
pentingnya mengabadikan moment-moment hidupnya dalam kisaran umur rentang
hidupnya ini kemudian diunggah dalam aneka media sosialnya.
Seakan setiap orang
ingin menciptakan swa-autobiografinya masing-masing, dengan data-data foto,
tempat dan aktivitas.
Paling mudah
indikator waktu orang membuat swaautobiografinya adalah saat-saat libur atau
weekend.
Di mana orang-orang kelas menengah beramai-ramai menyasar tempat-tempat
wisata yang pernah dilihatnya di internet untuk kemudian membuat swafoto dan
swaauotobiografinya yang terdiri dari rangkaian foto dan komentar sebaris dua
baris text, yang intinya ingin menunjukkan eksistensi “di sini aku berada berarti
aku ada”, entah bahasa latinnya apa.
Jika
trendnya demikian maka konten untuk web yang memungkinkan dicari kata kunci
adalah tentang tempat wisata, tempat makan serta tempat mengisi leisure time.
Web yang
terjebak dalam rutinitas berita launching aneka produk karena memang wartawannya
memberitakan berita launching product /peluncuran produk karena yang pertama wartawan tersebut telah mendapat
imbalan dari penyelenggara acara launching product, maka berita launching
product itu hanya lebih berguna pada sang pemilik produk yang melihat ;”oh
berita launching product perusahaan kita sudah diberitakan sesuai imbalan yang
kita berikan pada wartawan”.
Kemudian tanpa
mengurangi rasa hormat saya pada para wartawan peliput acara launching product/peluncuran
produk.
Info tentang hal tersebut sangat sedikit pengaruhnya pada kata kunci yang diketik masyarakat luas.
Karena berita launching product yang sering saya baca tak mengindahkan kaidah SEO, dan luput mengunggah apa kemauan masyarakat yang diketikkan masyarakat via kata kunci.
Maka saya
lihat web yang kontennya mayoritas hanya merilis berita-berita launching
product ini sering tak mendapat rating ranking di alexa.com, alias rankingnya
di Indonesia tak terdeteksi sama sekali.
Mungkin dipikir
oleh wartawannya hanya : "oh berita launching produk saya kan murni saya ketik sendiri tanpa copy paste, alias kontennya organik."
Tapi kalau tak ada impact-nya
pada kata kunci yang kerap diketikkan orang ya percuma saja. Itukan hanya lebih
pada arah berita servis untuk perusahaan yang me-luncurkan poduknya saja.
Pada prinsipnya konten web 'kan untuk melayani kebutuhan masyarakat luas akan informasi. Maka menurut saya, fokusnya tetap pada konten.
Sementara untuk konteks hanya satu saja : hal-hal yang sedang trend di masyarakat. (*)
Sementara untuk konteks hanya satu saja : hal-hal yang sedang trend di masyarakat. (*)
0 komentar:
Posting Komentar