Peserta Diklat Kepemimpinan dan Bela Negara PPWI di Grup 3 Kopassus sedang berpose
This is featured post 2 title
Sangat berkesan pelatihan bagi anggota PPWI di Markas Grup 3 Kopassus Cijantung
This is featured post 3 title
Pelatihan bagi angota PPWI ini dilakukan di Markas Grup 3 Kopassus guna membentuk karakter, disiplin, dan integritas kepribadan
This is featured post 4 title
Peserta diklat bela negara PPWI selalu kompak dalam setiap kesempatan, baik di barak, di lapangan dan arena pelatihan lainnya di dalam markas Grup 3 Sandi Yudha Kopassus
This is featured post 5 title
Pelatihan PPWI meliputi : kepemimpinan pengetahuan bela negara, wawasan nusantara dan teknik survival di Kopassus
This is featured post 5 title
Persatuan Pewarta Warga Indonesia mengirim anggota-anggotanya untuk mengikuti pelatihan bela negara, agar tumbuh rasa cinta pada NKRI, dan menghayati benar arti penting keutuhan NKRI bagi masa depan Bangsa Indonesia
Foto landscape Hamparan sampah plastik di pantai dalam foto yang saya jepret di kawasan Geopark Ciletuh bulan Maret 2024
Foto by : Mung Pujanarko
Hamparan sampah plastik adalah problem klasik pantai, apalagi setelah angin dan gelombang pasang.
Dorongan memposting foto-video liburan adalah manifestasi dari filosofi Jawa sawang sinawang. Foto yo kanggo disawang supoyo urip dadi sawang sinawang karo liyan 😊😆.
Sebelum ada medsos, filosofi Jawa ya urip iku sawang sinawang. Bersyukur orang Jawa terhadap perjalanan hidup. Kita menyawang kehidupan liyan agar paham Tuhan YME itu berkehendak sekehendakNya.
Itu dibalik makna filosofi urip iku sawang sinawang. Dimana-mana kita memandang, kita sedang memandang kehendakNya. Bukan kehendakmu.
Paling ditengok ke dalam jiwa adalah ketika orang tidak mau menyawang kehidupan orang lain. Enggan scrolling kehidupan teman dan familiy karena takut dirinya menjadi iri.
Lihatlah kehidupan orang lain agar sadar bahwa hidup dan kehidupan semua makhluk itu bukan kehendakmu. Melainkan kehendakNya.
Lihat orang beli mobil baru ya itu menghayati kalau kehidupan kasunyatan dunya ini adalah kehendakNya. Bukan kehendakmu ini berlaku bagi yang memandang dan sedang dipandang. Lihat kesuksean orang lain ya cepat baca al-fatihah. Itu kehendakNya, lha kalok kehendakmu ya buyar kabeh 😄
Manusia hanya mengemis memohon ditunjukkan jalan kehidupan yang lurus kepada yang punya hidup, Sang Maha Memiliki semuanya.
Menyawang postingan medsos liyan membuat kita makin paham bahwa kita terbatas, sementara kekuasaan Tuhan YME tidak terbatas, tanpa batas.
FOMO fear of missing out /takut ketinggalan trend, atau terjemahan bebasnya merasa diri ketinggalan ketika belum foto di pantai yang kita lihat di instagram kerabat dan kawan-kawan kita membuat orang ingin pula memotret pantai-pantai yang ber-aura serenity.
Akan tetapi, hal ini juga bisa memicu travel porn. Wisata murni untuk posting foto estetik. Jadi ya diedit agar estetik.
Media sosial sebagai ajang etalase kehidupan pribadi. Etalase itu ditata, diedit, dikurasi (curated) sehingga aesthetic 😊
Namun hamparan pantai sampah plastik yang saat itu belum sempat dibersihkan setelah pantai diterjang angin kencang dan ombak seperti ini ya memang menyajikan pandangan landscape pantai tak lekang oleh sampah.
Orang- orang yang berwisata ke pantai pasti memotret landscape pantai. Memotret landscape pantai adalah kegiatan mengcapture atau menangkap moment dalam sebuah event wisata.
Namun demikian jika terjadi overtourism seperti gambar dari news dibawah ini
Maka bagaimana menikmati landscape pantai ditengah arus wisatawan ?
Pepatah : "lihat dulu sidik jarimu sebelum kamu scroll sosial media"
Artinya : sidik jari jempol yang untuk scroll saja beda-beda setiap orang, demikian juga nasib orang berbeda-beda. Buat apa iri yang primitif terhadap nasib orang lain yang dilihat di sosmed. Wong sidik jari aja beda apalagi nasib, rejeki, pati, urip.
Ketika kita menempelkan jempol atau jari kita ke layar orang lain, saat itulah sidik jari kita yang berbeda tidak match dengan sidik jari nasib jati diri orang lain di layar yang kita lihat.
Ya sudahlah mau bagaimana lagi. Katanya jangan social comparison atau jangan membandingkan diri dengan orang lain di medsos nanti bikin iri.
Iri adalah naluri alami primer /primate. Naluri primitif. Sudah primernya ada sifat iri ada secara primordial. Mau digimanakan lagi, naluri primordial iri ini sudah ada secara primitif sebagai makhluk sosial.
Hanya saja manusia lebih luhur dari makhluk hidup lainnya harusnya bisa mengendalikan sifat iri pada dirinya, jangan dikembangkan menjadi iri destruktif kepada diri dan orang lain.
Studi banding dan benchmarking orang kepada kehidupan orang lain ya memang sudah bawaan manusia mau gimana. Urip iku sawang sinawang, dengan medsos mempermudah dan memperluas kemudahan kegiatan saling sawang sinawang.
Ya memang hidup itu menarik untuk dilihat. Saling melihat dan studi banding dengan hidup orang lain, hidup teman, kolega dan handai tolan bahkan hidup orang-orang yang terkenal di masyarakat.
Urip iku sawang sinawang, yo pengin nyawang uripe liyane. Terus menyadari bahwa urip iku kudu bersyukur. Ikut Mensyukuri semua.
Hanya saja iri, envy, jealous, harus dikendalikan, mungkin dengan bermedsos tujuannya adalah mengendalikan sifat iri itu seperti menunggangi kerbau yang liar mendengus, agar tidak jadi hasad yang destruktif kepada diri dan orang lain.
Iri itu primitif, ga percaya ya lihat video monyet tadi 😊😆