cari kata

Jumat, 02 Maret 2018

Susunan DPN PPWI periode baru




Rabu, 28 Februari 2018

Memaknai Wisata










Wisata yang kita jalankan tentu menyenangkan.

Perjalanan menuju obyek wisata ini merupakan pengalaman tersendiri.

Adakalanya orang hanya ingin merasakan sensasi perjalanan menuju ke lokasi wisata.

Adakalanya orang ketika sampai di lokasi wisata justru terpikir pada rutinitas pekerjaan yang akan menantinya kelak sekembalinya dari tempat wisata.

Untuk itu penting kiranya memahami rasa memaknai wisata.

Memaknai wisata dimulai dari memaknai menghargai waktu yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa untuk kesempatan berwisata.

Memaknai wisata dimulai ketika bekal sangu untuk wisata kita peroleh secara jujur, benar dan hak alias bukanlah dari hasil colongan.

Waktu liburan juga merupakan sesuatu yang hak, bukan saat waktu itu haknya untuk keperluan lain.

Jika waktu yang kita miliki adalah haknya liburan dan uangnya juga dari jalan yang benar.

Maka sebelum mulai wisata pikiran kita tata dulu untuk memaknai perjalanannya, suka duka perjalanannya.

Mungkin karena inilah banyak orang berwisata dengan memilih perjalanan naik pesawat,  kapal, perahu, menyeberang pulau kecil di tengah laut luas, atau dengan kereta  juga angkutan darat untuk memaknai  suka duka perjalanannya.

Orang yang ingin sukanya saja namun malas resiko dukanya, pasti akan menghindari wisata menyeberangi laut luas menuju  ke pulau-pulau kecil,  susah payah naik ke gunung atau jalan kaki ke pantai terpencil.

Namun bagi para penghayat makna wisata, ya mungkin akan siap dengan suka-duka perjalanannya.

Ketika sampai di lokasi wisata maka waktu itu adalah hak kita untuk menikmati wisata yang dilakukan. 

Fokuslah pada menikmati waktu wisata, bukan fokus pada memikirkan bagaimana kerjaan di rutinitas kerja di kota besar yang akan menanti kita.

Bersabarlah saat perjalanan pulang pergi dan bersabar saat berada di tempat tujuan wisata. 

Maknailah bahwa wisata itu akan memberikan kita pengalaman baik lahir maupun pengalaman batin, yang semoga akan memberikan kesenangan dan kebahagiaan ketika memaknai perjalanan wisata kita.

Ya...dimaknai sajalah perjalanan wisata dan wisatanya ..

 (*)

Rabu, 21 Februari 2018

Belajar Menggunakan Media Chat Sosial



Saya baru saja -belum setahun- belajar menggunakan media chat sosial. Saya tidak memiliki akun FB atau twitter (tidak aktif).

Saya mengikuti grup chat di Whatsapp saja. Mulai dari grup wa  smp, sma hingga grup kawan kuliah dulu.

Kesamaan primordial membuat saya nyaman mengikuti grup chat. Karena kesamaan pernah satu sekolah, satu organisasi.

Juga rata-rata orang yang satu grup chat itu, sudah saya kenal sebelumnya.

Siaran chat dalam grup yang saya amati selalu ada orang yang memulai melempar topik, dan ada yang menimpali. 

Dalam sehari di grup-grup Whatsapp berdasarkan satu ikatan primordial yang saya ikuti, biasanya di pagi hari saat mulainya aktivitas, ada saja teman yang melakukan opening salam. Ini juga saya sebut sebagai wacana yang dilempar atau disajikan di grup percakapan (chat).

Kemudian barulah ada pihak-pihak atau kawan-kawan sebagai penanggap wacana tersebut.

Wacana bisa berbentuk teks, foto, video, animasi dan lain sebagainya bentuk pesan.

Wacana-wacana ini kemudian ada yang mendapat respon atau tanggapan ada pula yang tidak, melainkan hanya dibaca saja.

Responnya juga ada yang umpan balik positif ada pula yang umpan balik negatif.

Tidak jarang sampai ada yang keluar dari grup.

Alasan keluar dari grup chat ini beragam. Rata-rata berkaitan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk rasa aman, atau rasa puas, sebagai piramida kebutuhan sosial.

Setidaknya ikatan primordial ini juga belum cukup kuat sebagai ikatan yang membentuk sebuah grup chat. 

Juga ada yang diam atau silent reader.

Paling tidak dengan mengikuti chat grup yang primordial bagi saya seperti mengikuti siaran dialog. Dialog dari kawan-kawan dan orang yang relatif sudah saya kenal.

Meski saya jarang aktif namun rasanya cukup terhibur dengan mengikuti rangkaian chat dialog.

 Cukup membuat saya nyaman sebagai makhluk sosial yang membutuhkan  interaksi dengan sesama.

Hanya saja mengubah bahasa tutur seketika menjadi bahasa tulis memang tidak seketika otomatis. 

Karena dalam bahasa tulis, teks yang kita ketik tidak diikuti oleh gesture dan intonasi ucap yang mendukung komunikasi.

Namun tetap saja menarik untuk terus diamati dan dipelajari bagaimana membuat bahasa tulis menjadi sederhana meski kurangnya rasa emosional di dalam bahasa teks itu. Emotico karena terbatas juga dirasa sulit mewakili emosi yang tersirat oleh jiwa.

Bagi anak-anak usia belajar sudah saatnya anak-anak juga dibekali dengan kemampuan menulis teks sebagai bahasa tulis yang baik untuk dipergunakan dalam percakapan di media sosial. (*)



Sabtu, 20 Januari 2018

Belajar Menggunakan Media Sosial

Saya tidak memilki akun FB atau Instagram, akun twitter juga tidak aktif.

Namun tetap ada akun medsos whatsapp sebagai sarana media sosial.

Di umur saya sekarang yang tidak lagi muda di tahun ini sudah hampir 45 tahun.

Media sosial hanyalah sebagai sarana untuk menjalani kehidupan sosial, karena manusia fitrahnya sebagai makhluk sosial.

 Saya pun ingin tetap menjadi makhluk sosial, sehingga dorongan untuk menggunakan media sosial ini, ada.

Saya juga bersyukur ada media blog seperti ini, jadi media ini khususnya bagi saya adalah ajang introspeksi diri, melalui membaca lagi tulisan-tulisan yang saya tuangkan.

Dalam menulis saya tidak mengejar ingin terkenal, ya sama sekali jauh dari itu. Untuk apa motivasi itu, tiada berguna tersebut.

Menulis bagi saya ini ibarat hanya mengasah pisau saja supaya tidak tumpul.

Kalau menulis tidak diasah bisa tumpul.

Kalau tidak tahu apa yang mau ditulis.... wah lebih susah lagi.... karena hal ini sama dengan sudah merasa kebas (numb) sehingga tidak tahu mau nulis apa.

Pengalaman belajar saya menggunakan media sosial ini saya lebih banyak mengamati bahwa tahun 2017 dan awal tahun 2018 ini di media sosial banyak bertebaran hoax alias berita palsu atau info yang hoax atau tidak benar.

Mengapa timbul berita Hoax?

Berita hoax selalu ada tujuannya.

Artinya si pembuat berita hoax ini pastilah memiliki tujuan tertentu.

Selama mengikuti aneka grup WhatsApp saya menandai cukup banyak berita hoax yang diunggah oleh anggota grup dengan hanya mengcopy paste atau meneruskan informasi yang ternyata hoax atau tidak benar itu dari grup whatsapp ke grup whatsapp yang diikutinya.

Dorongan hoax terkadang ada motivasi dengan kalimat 'indahnya berbagi'.

Namun ternyata belakangan diketahui bahwa info tersebut hoax.

Di sisi lain, tidak banyak orang yang menulis di blog. karema dengan nge-blog ini kan lebih terbuka, lebih terekspos, sehingga lebih sedikit orang yang menulis di blog.

Mungkin bagi para blogger yang lebih dahulu mulai nge blog, pun pasti melihat lagi tulisan mereka terdahulu, sudah nulis tentang apa saja topik yang kemudian dilihat kembali di dashboard dibaca berapa kali oleh pengunjung.

Di media blog ini apabila tema blognya membawa nama kita pribadi, tercantum nama kita pribadi, bukan nama fiktif atau anonim, maka saat mengunggah informasi pasti para blogger lebih berhati-hati, karena informasi di blog apabila ternyata hoax maka nama pribadi si pembuat blog akan kena getahnya.

Maka contohnya dalam blog saya ini nama blognya adalah nama saya pribadi, maka secara sadar saya tak akan meneruskan pesan yang ternyata hoax, mengapa ?

Karena apa jadinya bila ternyata informasi yang diunggah adalah hoax, nama penulis blog pun akan rusak.

Maka dari itu saya amati dari kawan-kawan saya, tidak banyak yang menulis di blog. Rata-rata hanya sebagai pengunggah foto di medsos atau mengetik info-info singkat yang umur informasi itu juga singkat paling lama sehari.

Di blog ini sejak tahun 2011 awal saya menuangkan tulisan di blog, saya ingin agar tulisan saya kelak bisa saya baca lagi untuk introspeksi diri, sebagai bentuk pengembangan pribadi.

Kadang tertawa sendiri, karena menyadari betapa naif atau polosnya tulisan saya dahulu.

Namun itu semua adalah perjalanan pikiran, yang mengalir menyusuri sungai kehudupan, sungai pemikiran, perenungan dan kontemplasi diri, bertemu dengan lintasan-lintasan pemikiran yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan verbal ke  dalam media. Saya juga tidak pernah menghapus tulisan-tulisan saya terdahulu.

Menariknya dalam nge blog ini saya bisa melihat lagi lintasan-lintasan perenungan dan pemikiran diri sendiri tanpa ada rasa takut salah.

Jika salah pun, maka para pembaca lain yang lebih berilmu biasanya ada yang berkomentar untuk merevisi, atau mengkritik isi tulisan-tulisan saya.

Inilah indahnya berbagi atau menulis meski itu tulisan untuk diri kita sendiri, untuk kita baca sendiri kelak, karena bila kita tuangkan di blog maka selalu ada nantinya orang yang mengikuti alur pemikiran kita. Dan bila jalan pikiran kita keliru atau ada yang menghakimnya sebagai kekeliruan atau kesalahan, maka pasti ada yang berkomentar di kolom komentar bawah.

Biasanya orang akan cenderung menghindari tulisannya dikritik, atau tulisannya dikomentari secara tajam. 
Maka itu jumlah blogger juga tidak banyak hingga saat ini. 

Kok tahu?

Lha coba saja perhatikan, sekeliling anda, siapakah yang punya blog dan rajin menulis ? 

Selamat menulis apa saja, jangan takut dan khawatir berlebihan dalam mengeluarkan pendapat anda, asalkan tidak menyinggung SARA dan memfitnah, maka buat apa kita khawatir dalam mempublikasikan sebuah tulisan ?

Rabu, 10 Januari 2018

Awal Tahun 2018 ke pantai Tanjung Lesung

Sebelum berwisata ke Pantai Tanjung Lesung di Propinsi Banten, saya hanya mengetahui Tanjung Lesung dari berbagai situs internet yang penulis-penulisnya mengulas Pantai Tanjung Lesung.

Karena tertarik oleh ulasan-ulasan yang ada di berbagai medsos dan web site, maka saya dan keluarga (4 orang) berangkat menuju ke Tanjung Lesung.


Maka pada 31 Desember 2017 kami berangkat dari Bogor langsung via Tol keluar di exit gerbang tol Serang Timur terus menuju kota Pandeglang dari Pandeglang  kemudian kami menuju ke arah Labuan lalu arah Tanjung Lesung dengan panduan GPS di smartphone.

Rute perjalanan kami: Bogor - Serang - Pandeglang - Labuan - Panimbang - Tanjung Lesung.



Tiket Masuknya adalah karena malam tahun baru 2018 maka kami membayar @ Rp. 50.000,-.

Acara malam tahun baru 2018 di Tanjung Lesung cukup meriah karena ada panggung musik dan hiburan.




Untuk menikmati Pantai dan lautnya, pengunjung bisa berjalan di dermaga yang menjorok ke laut, atau menikmati naik Banana boat, snorkeling, atau Jet ski.

 Alamat wisata tanjung lesung : Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang Banten. (*)






Minggu, 31 Desember 2017

Jelang Tahun Baru 2018 di Pantai Kerang Ciheru Indah



Persis tanggal 31 Desember kami sekeluarga mencoba menuju ke Pantai Tanjung Lesung Banten.

Dalam perjalanan menuju ke Tanjung lesung kami singgah dulu di Pantai Kerang Ciheru Indah.




Dari Pantai ini kemudian kami melanjutkan menyusuri perjalanan sepanjang pantai menuju ke Pantai Tanjung Lesung.





Sabtu, 04 November 2017

Wisata Ziarah ke Makam Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari, Nglames-Madiun

Maaf sebelumnya para pembaca blog saya, artikel tulisan ini sifatnya benar-benar personal hanya untuk saya dan keluarga saja. Mengapa demikian kiranya ? karena tulisan catatan jurnal saya ini saya lebih tujukan sebagai arsip online, yang kelak mungkin akan dibaca oleh anak cucu saya, keponakan, cucu keponakan.

Aamiin.

Kalau terlanjur dibaca oleh khalayak bagaimana ? Saya mohon kebijaksanaannya menyikapi tulisan ini, atau : "viewer discretion  is advised".

Kebetulan saya melakukan kegiatan ziarah kubur ke makam keluarga di Kecamatan Nglames, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.


Tujuan berziarah kubur adalah bagi kami sekeluarga adalah : Mendoakan para Leluhur dan umumnya semua ummat Muslim yang sudah meninggal. 

Ya, berdoa memang bisa dari mana saja.

Namun ada alasan kedua yakni di makam keluarga ini terdapat makam yang urut mulai dari makam tante, budhe, pakdhe, adik, sepupu dll juga kakek-nenek (mbah putri-kakung), mbah buyut, mbah canggah dan atas-atasnya lagi. 

Karena semua makam ini ada di satu tempat pemakaman keluarga di pemakaman keluarga kami di  Jalan raya Nglames, Madiun, Jawa Timur. Jarak perjalanan  dari pusat kota Madiun adalah 30 menit.

Maka berziarah ini sekaligus kami sekeluarga bisa mengurutkan nama leluhur kami hingga nama leluhur ke atas, sampai ke almarhum Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari  (lahir 1754 dan wafat tahun 1904).



Dirunut dari garis keturunan Ayah saya Ir. Subagyo ke atas ke ayahnya lagi yakni Kusno dan ke atas lagi ke Ayahnya lagi, maka ada garis keturunan laki-laki yang tak terputus hingga ke Alm. Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari, di kompleks makam keluarga di Nglames, Madiun.

Urutan pohon keluarga saya dari Ayah saya :

Ayah saya : Ir. Subagyo ayahnya adalah Kusno. Kusno ayahnya adalah Nur Muhammad (makamnya di makam desa Jagalan Kediri). Nur Muhammad ayahnya adalah Kyai Ngujer yang makamnya di Jatisobo, Bekonang, Surakarta, Kyai Ngujer ayahnya adalah Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari yang makamnya ada di Nglames.

Itulah kenyataan yang melekat dalam diri saya, ayah saya dan atasnya lagi.

Ini Pohon Keluarga yang di gambar/ditulis sendiri dari tulisan tangan ayah saya Ir. Subagyo


Sedangkan Makam kakek saya Kusno dan istrinya (nenek saya) yakni Siti Sarah  ada di samping kanan makam Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari dan Nyi Ageng Ngalimuntoha.


Juga bagi kami sekeluarga wisata ziarah ini sarat makna, karena di makam keluarga ini ini ada makam ibunda saya tercinta Ibu Ir. Suryandari Soeratman yang lahir tahun 1945 dan wafat tahun 2012 lalu. Ibu saya dimakamkan di pemakaman keluarga ini.

Di kompleks makam ini ada juga makam adik saya Wirastri, meninggal waktu masih di dalam kandungan.



Gunanya apa sih Ziarah Kubur ?

Pertama, gunanya mengingat mati.

Kedua mendoakan pada Tuhan Yang Maha Esa, agar si mati di akhirat mendapat jalan terbaik.

Ziarah kubur kok bawa bunga ?

Bunga hanya unt wewangian saja sifatnya, tidak lebih tidak kurang.

Tidak bawa bunga ya tidak apa-apa, bunga hanya aroma therapy agar saat berdoa, otak peziarah tenang karena menghirup wewangian. Ingat, yang mati tak butuh bunga, dan tak ada yang butuh bunga di kuburan.

Hanya pastikan bawa uang untuk sedekah biasanya bagi orang-orang pengurus kebersihan makam.

Kemudian bagi saya pribadi, selain bisa melihat kondisi makam para keluarga yanga asri dan sepi, saya utamanya bisa mengunjungi Masjid Jamik yang dibangun oleh leluhur kami yakni Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari, di mana sebagian bangunan konstruksi  kayunya terutama kuda-kuda atap semua masih lengkap berasal dari tahun 1700-an akhir atau tahun  awal tahun 1800 –an.

Masjid Jamik yang dulunya dibangun warga jaman dulu dan dipelopori oleh Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari (lahir 1754 dan wafat tahun 1904). 

Ir. Subagyo, M.Sc keturunan kyai ageng Ngalimuntoha Muhammad Besari, Nglames


Adapun sebagai blogger, saya memberikan apresiasi pada tulisan-tulisan artikel di link-link berikut :




Semoga tulisan kita semua bisa berguna untuk mengenang sejarah perjuangan para pendahulu kita. 

Utamanya mengenang perjuangan almarhum Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari (lahir 1754 dan wafat tahun 1904)yang juga turut berperan aktif dalam perjuangan perang Pangeran Diponegoro (1825-1830) melawan penjajahan kolonialisme Belanda, juga bagi para arwah pahlawan, utamanya juga pada almarhum Pakdhe Imam Mukadi, Pakdhe saya yang makamnya juga di keluarga di Nglames ini, beliau almarhum yang ikut berjuang pada perang 10 November 1945 di Surabaya. (*)

Di Depan Kompleks Makam Keluarga, Kompleks Makam Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari, Nglames, Madiun

  
Kami sekeluarga di Makam Mbah Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari



Masjid Jamik yang pembangunannya oleh warga jamandahulu yang dipelopori oleh Almarhum  Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari (lahir 1754 dan wafat tahun 1904).


Makam Nyi Ageng Muhammad Besari


(**)
Budhe Sri Koeswati dan Bpk. Ir.Subagyo memangku foto lukisan Kyai Ngalimuntoha Muhammad Besari dan foto gambar lukisan Nyai Sapaerah binti Muhammad Darso (Syafairah) atau lazim dikenal sebagai Nyai Ageng Ngalimuntoha Muhammad Besari.

Selasa, 31 Oktober 2017

Konten tematik nan Menarik


Konten tematik dalam sebuah web site selalu menarik pengunjung, baik pengunjung langsung atau pengunjung web yang diarahkan oleh mesin pencari.

Di sisi lain konten tematik dalam sebuah web juga menguntungkan dan memudahkan pengguna atau pengunjung untuk mengeskplor semua konten yang senada (dalam satu tema ) di web site tersebut.

Dalam konten tematik, berbeda dengan konten general atau umum yang mirip hypermarket berita.

Konten tematik mirip sebuah spesial store yang memuat hanya tema-tema tertentu saja dengan kekhususan tertentu. Keuntungan bagi pengguna atau pengunjung adalah memudahkan mengeksplore semua konten yang infonya senada yang dia butuhkan.

Hanya saja penyusunan konten tematik tidaklah mudah. Karena konten itu harus konsisten dalam memuat tema tertentu, apapun temanya.

Konten tematik bisa menjadi rujukan para netizen (warganet) untuk mencari kebutuhan informasi akan konten yang khusus membahas sebuah tema. (*)

Jumat, 27 Oktober 2017

Bertemu dengan Kapal Pinisi di Muara Laut Lepas



Saya benar-benar terpesona ketika berpapasan dengan Kapal Pinisi yang melintas di muara ketika saya berkesempatan bepergian ke pelabuhan Amamapare, Timika, Papua beberapa waktu lalu.

Kapal Pinisi ini adalah bukti keahlian bidang pelayaran maritim nenek Moyang bangsa Indonesia.
Pinisi adalah kapal layar tradisional Indonesia yang  lazimnya memiliki dua tiang layar ( two masted sailing ship).

Pinisi  terutama dibangun di Sulawesi Selatan dan sebagian besar digunakan oleh orang Bugis Makassar.

Lambung kapal tampaknya mirip dengan kapal ‘dhow Arab’ sementara tali pengikat depan dan belakang mengingatkan pada sekunar bagian luar, meskipun mungkin lebih tepat disebut menyerupai 'kapal ketch', karena tiang depan lebih besar.

Pinisi bisa berukuran 20 sampai 35 meter dan berukuran berat 350 ton. Tiang kapal bisa mencapai 30 meter menjulang di atas dek.

Jenis Pinisi

Ada dua tipe umum Pinisi :

* Lamba atau lambo. Pinisi yang panjang dan ramping dibangun, memiliki buritan lurus. Pinisi jenis inilah yang saat ini masih bertahan dengan versi bermotornya.

* Palari. Pinisi yang lebih tua dengan lengkung buritan dan lunas.

Sejarah

Kapal Pinisi pertama disebut sebagai  "Pinas" yang yang menurut catatan sejarah dilihat di Nusantara oleh  V.O.C. yang berlayar ke Nusantara sekitar tahun 1600.

Jenis "kayu" modern 'Pinisi' berasal dari kerajinan tangan  yang telah digunakan di  Indonesia selama beberapa abad. Menurut beberapa sumber, tipe serupa sudah ada sebelum tahun 1500-an di Nusantara,  mirip seperti kapal 'Dhow Arab'.

Pinisi sebagai kerajinan lokal Indonesia di masa lalu sering menggunakan kemudi kembar, satu di setiap kuartal buritan.

Digunakan sebagai transportasi dan sebagai kapal kargo, kerajinan yang kita sebut 'Pinisi' (Pinissi, Pinisiq, atau Phinisi) yang banyak dieja secara tradisional dibangun di pantai, dimana kayu berasal dari hutan-hutan di Sulawesi dan Kalimantan, lalu diangkut ke lokasi pembuatan kapal.

Secara historis, ada beberapa ritual dan upacara tradisional yang menarik ketika saat membangun kapal Pinisi, dimulai dengan memilih pohon yang tepat untuk bagian-bagian penting dari struktur.

Sama seperti dengan bangunan kapal kayu tradisional di berbagai tempat lainnya, lazimnya berbagai ritual berlanjut sepanjang proses pembangunan untuk memulai dan memasang setiap tahap, seperti peletakan bagian-bagian penting dari setiap bagian kapal.

 Tradisi 'Pinisi'

Pembangun: Meskipun pembangun kerajinan ini biasanya tergabung dalam kategori masyarakat Bugis, ada empat sub-set kapal, dari pembuat kapal yang bisa dibedakan secara terpisah di Sulawesi Selatan (sesuai tulisan Horst Liebner).

Kelompok utama adalah Suku Konjo pesisir di ujung selatan Sulawesi Selatan (dari dekat kota Ara, Bira, dan Tanah Biru), Mandar Sulawesi Barat di utara Makassar, kemudian orang Bugis dari daerah dekat Wajo di pantai timur, Para pembuat kapal dari Teluk Bone (jurang tengah antara dua bagian Sulawesi), dan Pembuat kapal asal orang Makassar dari daerah sekitar kota Makassar.

Berdasar keterangan literatur, di antara kelompok-kelompok ini, Suku Konjo pesisir Sulawesi Selatan tampaknya memiliki peran utama dan paling berpengaruh sebagai pembangun kapal Pinisi.





(*)

Senin, 25 September 2017

Equinox di Candi Cangkuang

Equinox di candi Cangkuang merupakan fenomena alam tersendiri.
Equinox adalah salah satu fenomena astronomi di mana Matahari melintasi garis khatulistiwa. Secara periodik peristiwa Equinox berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu pada 21 Maret dan 23 September.

Saat equinox atau titik kulminasi Matahari tepat di atas Candi Cangkuang.

Saya mengalami fenomena equinox di Candi Cangkuang.




Unik Equinox di Candi Cangkuang











 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons