cari kata

Jumat, 09 Maret 2018

Pelantikan dan Pengukuhan jajaran Pengurus DPD dan DPC PPWI Bandar Lampung




Pelantikan dan Pengukuhan jajaran Pengurus DPD dan DPC PPWI Bandar Lampung


Lampung – Jajaran pengurus DPD (Dewan Perwakilan Daerah) dan (Dewan Pengurus Cabang)  DPC PPWI ( Persatuan Pewarta Warga Indonesia) Lampung resmi dilantik.

Pelantikan para pengurus DPD dan DPC PPWI Lampung ini dilaksanakan di gedung Pusiban, Pemprov Lampung, pada hari Kamis, (8/3) pagi.

Dalam pelantikan ini hadir Pj Gubernur Lampung yang diwakili oleh Kadis Infokom Pemprov Lampung Krisna Putra, Danrem 043 Garuda Hitam diwakili oleh Letkol Inf I Made, juga Kapolda Lampung yang diwakili oleh Kombes Pol Solichin, juga Wali Kota Bandar Lampung yang diwakili oleh kadis infokom Pemkot Lampung.

Juga dihadiri oleh anggota DPD RI dari Provinsi Lampung, Ir. Anang Prihantoro.

Dalam sambutannya, Ketua Umum PPWI Pusat Wilson Lalengke menyatakan bahwa pelantikan dan pengukuhan DPD dan DPC PPWI Lampung ditujukan untuk membantu masyarakat dan pemerintah dalam hal penyebar luasan informasi di tengah-tengah masyarakat.

“Pelantikan dan pengukuhan pengurus DPD dan DPC PPWI lampung bertujuan untuk membantu seluruh elemen masyarakat pemerintah, dalam menyebar luaskan inforamsi yang bermanfaat bagi  masyarakat” tegas Wilson Lalengke.

Hadir pula ratusan siswa SMU juga mahasiwa se Kota bandar Lampung dalam acara ini.

Para peserta tampak antusias mengikuti acara pelantikan, karena juga terdapat ulasan dari anggota DPD RI, Ir. Anang Prihantoro tentang wawasan kebangsaan. (*)

23 Orang Ikuti pelatihan Jurnalistik PPWI di Bandar Lampung






Sebanyak 23 orang peserta pelatihan terlihat tekun mengikuti uraian yang diberikan nara sumber dalam acara Pelatihan Jurnalistik PPWI.

Pelatihan ini digelar oleh jajaran pengurus PPWI DPD Lampung selama satu hari, yakni hari Jumat (9/3) mulai pukul 08:00WIB hingga pukul 16:00WIB, bertempat di ruangan meeting, Hotel De Green yang terletak di kawasan Jl Jenderal Soeprapto, Bandar Lampung.


Dalam acara ini tampil sebagai nara sumber yakni Wilson Lalengke selaku ketua umum PPWI, dan Mung Pujanarko selaku dosen jurnalistik

Salah seorang peserta, Gusti (25), menyatakan dirinya amat memerlukan pelatihan ini guna bisa menyusun berita jurnalistik secara tepat dan akurat.


”Saya mengikuti pelatihan ini guna menambah ilmu di bidang jurnalistik dan membuat berita secara tepat dan akurat,” ujar Gusti ketika ditemui di Hotel De Green, Jumat (9/3).


Menurut Mung Pujanarko selaku nara sumber menyatakan bahwa untuk menulis quick news sebagai ciri khas berita PPWI, peserta dapat mempraktekkan secara langsung.

“Peserta hanya perlu berlatih saja, karena menulis itu, atau membuat konten itu gampang,” pungkas Mung Pujanarko atau akrab disapa Imung itu. (*)


Kamis, 08 Maret 2018

Sekelumit PPWI

*Penasaran Dengan PPWI, Yuk Kita Simak Visi dan Misinya*


*PPWI,JAKARTA -* Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) pada hakekatnya adalah sebuah gerakan yang didasari oleh kehendak luhur untuk membantu usaha-usaha pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kehidupan bangsa yang cerdas, sejahtera dan berkebudayaan tinggi, serta mengembangkan peradaban yang sesuai dengan kehendak masyarakatnya melalui program dan kegiatan ke-media-massa-an.


PPWI sangat konsisten untuk mendorong terciptanya sistim publikasi yang jujur, benar, dan beretika, dan memberi manfaat bagi masyarakat banyak.


"Visi PPWI adalah mewujudkan komunitas warga masyarakat Indonesia yang cakap-media, yakni yang cerdas, kreatif, dan bertanggung jawab dalam berbagi informasi melalui media massa serta mampu merespon dengan benar setiap informasi yang diperoleh dari media massa," kata Ketua Umum PPWI Nasional, Wilson Lalengke, S.Pd,M.Sc,MA, Rabu (7/3/2018) di Jakarta.


Sedangkan, Misi dari PPWI lanjut alumni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012 itu diantaranya, memperjuangkan dan memasyarakatkan kebebasan dan kemerdekaan memperoleh dan memberi informasi yang benar, bebas dari kepentingan kekuatan tertentu dan bertanggung jawab.


Kemudian, meningkatkan kemampuan mengemukakan informasi, pendapat, aspirasi, keinginan dan buah pikiran dalam bentuk lisan maupun tulisan kepada semua anggotanya dan seluruh lapisan masyarakat.


Selanjutnya, sambung alumni dari tiga universitas terbaik di Eropa itu, PPWI Ikut serta melakukan upaya pembelaan/advokasi kepada pewarta warga Indonesia dan masyarakat, termasuk ikut serta menegakkan Kode Etik Pewarta Warga Indonesia dan mempertahankan integritas Pewarta Warga Indonesia.


"PPWI juga ikut serta menjalin dan memajukan kerjasama dengan semua pihak baik itu pemerintah maupun swasta serta dengan jejaring pewarta warga internasional, ini juga merupakan bagian dari Misi PPWI," tegas Wilson Lalengke, yang merupakan trainer jurnalistik bagi ribuan anggota TNI, Polri, guru, mahasiswa, dan masyarakat umum di berbagai daerah di Indonesia. [Jml]

Jumat, 02 Maret 2018

Susunan DPN PPWI periode baru




Rabu, 28 Februari 2018

Memaknai Wisata










Wisata yang kita jalankan tentu menyenangkan.

Perjalanan menuju obyek wisata ini merupakan pengalaman tersendiri.

Adakalanya orang hanya ingin merasakan sensasi perjalanan menuju ke lokasi wisata.

Adakalanya orang ketika sampai di lokasi wisata justru terpikir pada rutinitas pekerjaan yang akan menantinya kelak sekembalinya dari tempat wisata.

Untuk itu penting kiranya memahami rasa memaknai wisata.

Memaknai wisata dimulai dari memaknai menghargai waktu yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa untuk kesempatan berwisata.

Memaknai wisata dimulai ketika bekal sangu untuk wisata kita peroleh secara jujur, benar dan hak alias bukanlah dari hasil colongan.

Waktu liburan juga merupakan sesuatu yang hak, bukan saat waktu itu haknya untuk keperluan lain.

Jika waktu yang kita miliki adalah haknya liburan dan uangnya juga dari jalan yang benar.

Maka sebelum mulai wisata pikiran kita tata dulu untuk memaknai perjalanannya, suka duka perjalanannya.

Mungkin karena inilah banyak orang berwisata dengan memilih perjalanan naik pesawat,  kapal, perahu, menyeberang pulau kecil di tengah laut luas, atau dengan kereta  juga angkutan darat untuk memaknai  suka duka perjalanannya.

Orang yang ingin sukanya saja namun malas resiko dukanya, pasti akan menghindari wisata menyeberangi laut luas menuju  ke pulau-pulau kecil,  susah payah naik ke gunung atau jalan kaki ke pantai terpencil.

Namun bagi para penghayat makna wisata, ya mungkin akan siap dengan suka-duka perjalanannya.

Ketika sampai di lokasi wisata maka waktu itu adalah hak kita untuk menikmati wisata yang dilakukan. 

Fokuslah pada menikmati waktu wisata, bukan fokus pada memikirkan bagaimana kerjaan di rutinitas kerja di kota besar yang akan menanti kita.

Bersabarlah saat perjalanan pulang pergi dan bersabar saat berada di tempat tujuan wisata. 

Maknailah bahwa wisata itu akan memberikan kita pengalaman baik lahir maupun pengalaman batin, yang semoga akan memberikan kesenangan dan kebahagiaan ketika memaknai perjalanan wisata kita.

Ya...dimaknai sajalah perjalanan wisata dan wisatanya ..

 (*)

Rabu, 21 Februari 2018

Belajar Menggunakan Media Chat Sosial



Saya baru saja -belum setahun- belajar menggunakan media chat sosial. Saya tidak memiliki akun FB atau twitter (tidak aktif).

Saya mengikuti grup chat di Whatsapp saja. Mulai dari grup wa  smp, sma hingga grup kawan kuliah dulu.

Kesamaan primordial membuat saya nyaman mengikuti grup chat. Karena kesamaan pernah satu sekolah, satu organisasi.

Juga rata-rata orang yang satu grup chat itu, sudah saya kenal sebelumnya.

Siaran chat dalam grup yang saya amati selalu ada orang yang memulai melempar topik, dan ada yang menimpali. 

Dalam sehari di grup-grup Whatsapp berdasarkan satu ikatan primordial yang saya ikuti, biasanya di pagi hari saat mulainya aktivitas, ada saja teman yang melakukan opening salam. Ini juga saya sebut sebagai wacana yang dilempar atau disajikan di grup percakapan (chat).

Kemudian barulah ada pihak-pihak atau kawan-kawan sebagai penanggap wacana tersebut.

Wacana bisa berbentuk teks, foto, video, animasi dan lain sebagainya bentuk pesan.

Wacana-wacana ini kemudian ada yang mendapat respon atau tanggapan ada pula yang tidak, melainkan hanya dibaca saja.

Responnya juga ada yang umpan balik positif ada pula yang umpan balik negatif.

Tidak jarang sampai ada yang keluar dari grup.

Alasan keluar dari grup chat ini beragam. Rata-rata berkaitan dengan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk rasa aman, atau rasa puas, sebagai piramida kebutuhan sosial.

Setidaknya ikatan primordial ini juga belum cukup kuat sebagai ikatan yang membentuk sebuah grup chat. 

Juga ada yang diam atau silent reader.

Paling tidak dengan mengikuti chat grup yang primordial bagi saya seperti mengikuti siaran dialog. Dialog dari kawan-kawan dan orang yang relatif sudah saya kenal.

Meski saya jarang aktif namun rasanya cukup terhibur dengan mengikuti rangkaian chat dialog.

 Cukup membuat saya nyaman sebagai makhluk sosial yang membutuhkan  interaksi dengan sesama.

Hanya saja mengubah bahasa tutur seketika menjadi bahasa tulis memang tidak seketika otomatis. 

Karena dalam bahasa tulis, teks yang kita ketik tidak diikuti oleh gesture dan intonasi ucap yang mendukung komunikasi.

Namun tetap saja menarik untuk terus diamati dan dipelajari bagaimana membuat bahasa tulis menjadi sederhana meski kurangnya rasa emosional di dalam bahasa teks itu. Emotico karena terbatas juga dirasa sulit mewakili emosi yang tersirat oleh jiwa.

Bagi anak-anak usia belajar sudah saatnya anak-anak juga dibekali dengan kemampuan menulis teks sebagai bahasa tulis yang baik untuk dipergunakan dalam percakapan di media sosial. (*)



Sabtu, 20 Januari 2018

Belajar Menggunakan Media Sosial

Saya tidak memilki akun FB atau Instagram, akun twitter juga tidak aktif.

Namun tetap ada akun medsos whatsapp sebagai sarana media sosial.

Di umur saya sekarang yang tidak lagi muda di tahun ini sudah hampir 45 tahun.

Media sosial hanyalah sebagai sarana untuk menjalani kehidupan sosial, karena manusia fitrahnya sebagai makhluk sosial.

 Saya pun ingin tetap menjadi makhluk sosial, sehingga dorongan untuk menggunakan media sosial ini, ada.

Saya juga bersyukur ada media blog seperti ini, jadi media ini khususnya bagi saya adalah ajang introspeksi diri, melalui membaca lagi tulisan-tulisan yang saya tuangkan.

Dalam menulis saya tidak mengejar ingin terkenal, ya sama sekali jauh dari itu. Untuk apa motivasi itu, tiada berguna tersebut.

Menulis bagi saya ini ibarat hanya mengasah pisau saja supaya tidak tumpul.

Kalau menulis tidak diasah bisa tumpul.

Kalau tidak tahu apa yang mau ditulis.... wah lebih susah lagi.... karena hal ini sama dengan sudah merasa kebas (numb) sehingga tidak tahu mau nulis apa.

Pengalaman belajar saya menggunakan media sosial ini saya lebih banyak mengamati bahwa tahun 2017 dan awal tahun 2018 ini di media sosial banyak bertebaran hoax alias berita palsu atau info yang hoax atau tidak benar.

Mengapa timbul berita Hoax?

Berita hoax selalu ada tujuannya.

Artinya si pembuat berita hoax ini pastilah memiliki tujuan tertentu.

Selama mengikuti aneka grup WhatsApp saya menandai cukup banyak berita hoax yang diunggah oleh anggota grup dengan hanya mengcopy paste atau meneruskan informasi yang ternyata hoax atau tidak benar itu dari grup whatsapp ke grup whatsapp yang diikutinya.

Dorongan hoax terkadang ada motivasi dengan kalimat 'indahnya berbagi'.

Namun ternyata belakangan diketahui bahwa info tersebut hoax.

Di sisi lain, tidak banyak orang yang menulis di blog. karema dengan nge-blog ini kan lebih terbuka, lebih terekspos, sehingga lebih sedikit orang yang menulis di blog.

Mungkin bagi para blogger yang lebih dahulu mulai nge blog, pun pasti melihat lagi tulisan mereka terdahulu, sudah nulis tentang apa saja topik yang kemudian dilihat kembali di dashboard dibaca berapa kali oleh pengunjung.

Di media blog ini apabila tema blognya membawa nama kita pribadi, tercantum nama kita pribadi, bukan nama fiktif atau anonim, maka saat mengunggah informasi pasti para blogger lebih berhati-hati, karena informasi di blog apabila ternyata hoax maka nama pribadi si pembuat blog akan kena getahnya.

Maka contohnya dalam blog saya ini nama blognya adalah nama saya pribadi, maka secara sadar saya tak akan meneruskan pesan yang ternyata hoax, mengapa ?

Karena apa jadinya bila ternyata informasi yang diunggah adalah hoax, nama penulis blog pun akan rusak.

Maka dari itu saya amati dari kawan-kawan saya, tidak banyak yang menulis di blog. Rata-rata hanya sebagai pengunggah foto di medsos atau mengetik info-info singkat yang umur informasi itu juga singkat paling lama sehari.

Di blog ini sejak tahun 2011 awal saya menuangkan tulisan di blog, saya ingin agar tulisan saya kelak bisa saya baca lagi untuk introspeksi diri, sebagai bentuk pengembangan pribadi.

Kadang tertawa sendiri, karena menyadari betapa naif atau polosnya tulisan saya dahulu.

Namun itu semua adalah perjalanan pikiran, yang mengalir menyusuri sungai kehudupan, sungai pemikiran, perenungan dan kontemplasi diri, bertemu dengan lintasan-lintasan pemikiran yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan verbal ke  dalam media. Saya juga tidak pernah menghapus tulisan-tulisan saya terdahulu.

Menariknya dalam nge blog ini saya bisa melihat lagi lintasan-lintasan perenungan dan pemikiran diri sendiri tanpa ada rasa takut salah.

Jika salah pun, maka para pembaca lain yang lebih berilmu biasanya ada yang berkomentar untuk merevisi, atau mengkritik isi tulisan-tulisan saya.

Inilah indahnya berbagi atau menulis meski itu tulisan untuk diri kita sendiri, untuk kita baca sendiri kelak, karena bila kita tuangkan di blog maka selalu ada nantinya orang yang mengikuti alur pemikiran kita. Dan bila jalan pikiran kita keliru atau ada yang menghakimnya sebagai kekeliruan atau kesalahan, maka pasti ada yang berkomentar di kolom komentar bawah.

Biasanya orang akan cenderung menghindari tulisannya dikritik, atau tulisannya dikomentari secara tajam. 
Maka itu jumlah blogger juga tidak banyak hingga saat ini. 

Kok tahu?

Lha coba saja perhatikan, sekeliling anda, siapakah yang punya blog dan rajin menulis ? 

Selamat menulis apa saja, jangan takut dan khawatir berlebihan dalam mengeluarkan pendapat anda, asalkan tidak menyinggung SARA dan memfitnah, maka buat apa kita khawatir dalam mempublikasikan sebuah tulisan ?

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons