cari kata

Kamis, 07 November 2013

Bahasa Indonesia menjadi Ketrampilan Mutlak bagi Mahasiswa

Civitas Akademika IBM-ASMI dari kiri ke kanan : Suci, Yudi, Tyan, Eka,Gerry, Mutia, Farah, Mung Pujanarko (berdiri), Ayda, Satriadi, Erika, Ayu


 Pentingnya Bahasa Indonesia menjadi bahasa yang dipergunakan dalam karya ilmiah juga percakapan sehari-hari amat mutlak dibutuhkan bagi para mahasiswa. 

Karena sekarang ini pada jaman media sosial yang semakin menyentuh dalam berbagai sendi kehidupan, penggunaan Bahasa Indonesia menjadi seringkali diabaikan, bahkan ditinggalkan dan dijauhi oleh masyarakat pada umumnya,  terutama bagi anak muda yang sering menggunakan media sosial.

Untuk itu mahasiswa harus dibekali dengan kemampuan Bahasa Indonesia yang baik, seperti yang dilakukan oleh para mahasiswa  IBM - ASMI (Institut Bisnis dan Multimedia - Akademi Sekretaris dan Manajemen Indonesia)  yang berkampus di kawasan Pulomas Jakarta Timur pada Kamis (7/11).

Para mahasiswa ASMI kini sedang giat mendalami Bahasa Indonesia untuk digunakan dalam tulisan, baik tulisan ilmiah dan populer.

Menurut Dosen Bahasa Indonesia yakni Mung Pujanarko menyatakan bahwa mahasiswa harus mampu mempergunakan bahasa Indonesia sesuai KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) serta mampu menyusun kalimat dalam ragam bahasa Indonesia yang telah disempurnakan.

”Dalam bahasa Indonesia dikenal ragam dan laras bahasa, untuk itu mahasiswa harus paham tentang ragam terutama laras bahasa yang baik” ujar Mung Pujanarko yang akrab dipanggil Imung ini.

Menurut mahasiswa ASMI semester 1 yakni Ayda (18) mengatakan bahwa Bahasa Indonesia yang baik dan benar, mutlak penting dalam pergaulan sehari-hari, meskipun terkadang remaja jaman sekarang meninggalkan ragam bahasa yang benar, namun tetap penting digunakan dalam menulis karya ilmiah.

”Bahasa Indonesia saya pelajari secara mendalam karena saya adalah orang Indonesia, dan di tempat kerja nanti saya ingin bisa sempurna berbahasa Indonesia secara lisan dan tulisan” urai Ayda. (*)

Workshop Fotografi Jurnalistik di STIKOM Indonesia Maju


Mung Pujanarko menerima piagam penghargaan dan Ketua Panitia Rahmat Irwansyah


Menjadi fotografer adalah sebuah pilihan profesi yang makin diminati dewasa ini di Indonesia pada khususnya. Di dunia kampus sendiri makin banyak saja mahasiswa yang tertarik untuk menekuni dunia fotografi,baik sebagai hobby maupun kegiatan yang dapat menghasilkan uang. 
Agar menjadi  fotografer yang profesional harus sering-sering mempertajam ilmu dan seringlah mengikuti workshop fotografi. Hal ini dikatakan oleh Eddy Henurjanto atau akrab dipanggil Edo seorang fotografer senior dalam kesempatan workshop fotogafi jurnalistik di kampus STIKOM (Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi) Indonesia Maju di bilangan Jl Harapan lenteng Agung, Jakarta pada hari Rabu tanggal 6 November 2013.“Fotogafer kini adalah sebuah profesi yang semakin banyak diminati, baik sebagai fotografer  freelance atapun full time yang bekera secara mandiri, punya studio ataupun bekerja di media massa,” tutur Edo.
 Menurut Edo,  fotografer harus mutlak mencintai ilmu fotografi, dan memilki keinginan untuk terus memperdalam ilmunya, “Carilah ilmu fotografi baik secara formal mapun informal, seringlah kumpul bersama fotografer yang lebih senior dan lebih matang ilmunya baik dalam kegiatan komunitas ataupun saat lomba-lomba foto digelar” papar Edo.



Maksud kegiatan workshop ini selain untuk memperdalam ilmu juga  menjadi ajang uji kemampuan event management bagi mahasiswa STIKOM yang menempuh mata kuliah manajemen event,”Kami selaku panitia mengadakan event ini secara serius, mulai dari merencanakan, merancang dan melaksanakan kegiatan workshop ini, semuanya butuh waktu, dana dan tenaga yang memakan waktu satu bulan lebih untuk melaksankan event ini” tutur Rahmat Irwansyah selaku ketua panitia dari mahasiswa STIKOM IMA.
Sementara itu Mung Pujanarko selaku dosen pada STIKOM IMA dan juga mengampu mata kuliah manajemen event menyatakan, bahwa  dalam melaksanakan sebuah event  mahasiswa memperoleh dua keuntungan sekaligus, “Yang pertama adalah memperoleh ilmu dari kegiatan event itu sendiri misalnya seperti workshop  fotografi ini, dan kedua; mahasiswa juga belajar membuat event dan melaksanakan event acara semacam ini hingga sukses dan bahkan memperoleh keuntungan finansial dari peserta,sponsor dan donasi,” papar Mung Pujanarko yang akrab dipanggil Imung ini.

Nasehat untuk Mahasiswa

Menurut Pak Mung Pujanarko, S.Sos, M.I.Kom yang merupakan Magister Kekhususan Ilmu Jurnalistik alumnus IISIP Jakarta ini berpesan pada para mahasiswanya di berbagai kampus bahwa era informasi kini menjadikan dunia fotografi makin mudah dan diminati. Adanya fenomena foto selfie, foto pre-wedding dan wedding dan aneka moment dalam media sosial makin menggoda siapa saja yang mampu untuk tejun mendalami fotografi. Yang paling penting harus diingat adalah :

1. Fotografi adalah hobby yang cukup mahal, fotografi dengan kamera DSLR kini setidaknya membuat peminatnya harus membelanjakan sedikitnya empat juta rupiah hingga kisaran enam juta rupiah untuk sebuah kamera kelas pemula atau entry level DSLR. "Mulai era SLR sebelum adanya DSLR, fotografi  adalah bukan barang murah, alatnya cukup mahal, ini merupakan hobby yang cukup mahal bagi sebagian besar orang, ada sih yang menganggap murah tapi secara statistik demografi dihitung dari tingkat pendapatan rakyat banyak, ini hobby yang cukup mahal," papar Mung Pujanarko. Dirinya memberi gambaran bahwa seiring laju inflasi per tahun, harga barang import kamera DSLR (Digital Single Lens Reflect) ini cenderung terus mengalami kenaikan, "Dari tahun ke tahun harga DSLR baru selalu naik, karena dihitung US dollar, ini harus dipahami bagi peminat fotografi," lanjutnya. Paling tidak menurutnya anak muda harus bisa menabung dulu.

2. Manfaatkan mata kuliah Fotografi dan Fotografi Jurnalistik. Di berbagai kampus kini telah ada mata kuliah Fotografi dan Fotografi Jurnalistik terutama untuk jurusan Ilmu Komunikasi, bahkan ada S1 Fotografi namun masih sepi peminat karena S1 Fotografi sifatnya yang terlalu niche.
Untuk mahasiswa yang ikut mata kuliah fotografi maka manfaatkan praktek dengan kamera DSLR milik kampus. "Dengan praktek dan memahami seluk beluk DSLR dalam fotografi menggunakan kamera praktikum milik fakultas, maka mahasiswa dapat menguasai alat DSLR terlebih dahulu sebelum nanti dapat membelinya," papar Mung Pujanarko. Dengan demikian maka mahasiswa sudah terlebih dahulu kenyang praktek DSLR sebelum memilikinya.

3. Waspadalah saat membeli DSLR di toko-toko. Kini banyak toko menjual DSLR,  maka anak muda atau siapa saja peminat pemula, wajib mengetahui terlebih dahulu DSLR apa yang perlu dibelinya ?, harga pasarannya berapa?, dan ingat DSLR dijual terpisah dengan aneka asesories tambahan seperti UV filter, dll, terkadang ada toko yang tega menjual terpisah dengan memory card. Cek semua asesories keperluan anda, dan pastikan harganya. Jangan sungkan bertanya kepada para koh penjualnya di toko-toko, meski seringkali penjualnya menggertak pembeli agar terpana secara psikologis, menawarkan asesories tambahan seperti lens converter, pembersih, tas, lens hood, dan aneka asesories yang semua harganya kelewat mahal dari harga pasaran, dan ada toko DSLR yang menganggapnya 'seperti perang' saat menjual, kalau ada yang beli berarti dia menang kalau tak jadi beli berarti kalah, hati hati-dengan ideologi toko macam ini. Ada pula toko sok menolong, pura-pura ramah padahal menjebak, namun ada pula penjual yang baik.
Karena itu lebih baik ajak teman yang berpengalaman membeli DSLR, hati-hati memilih toko, cek dahulu di google mana toko DSLR yang curang, dan di kawasan mana saja toko-toko DSLR yang menjebak pembeli bak mafia ini beroperasi, bak jaringan yang rapi yang siap memperdaya 'lalat pemula' yang awam soal DSLR, punya uang tapi awam, hati-hatilah, cek di google semua sebelum membeli, ketik saja kata kunci "tertipu kamera DSLR", "toko curang penjual DSLR" dan lain-lain kata kunci yang berkaitan dengan kecurangan penjual DSLR.
Be careful, be creative dont get scam by anybody.

4. Sesuaikan anggaran kemampuan anda dengan kebutuhan akan alat DSLR type apa, jangan mudah terpancing dengan pendapat yang meremehkan anggaran yang anda punyai, karena fotografi adalah hak bagi siapa saja.

5. Jika anda sudah memiliki kamera DSLR, ingatlah bahwa DSLR adalah barang elektronik, bukan seperti SLR jadul yang menggunakan rol film. Sebagai barang elektronik, DSLR memilki delicate parts yang cukup fragile, jatuh bisa rusak, kena debu bisa rusak, kena air bisa rusak. Belum lagi keausan barang elektronik lebih tinggi dibanding non elektronik, mengapa ? Ya karena saat kontak dengan listrik maka komponen elektronik mengeluarkan panas, jadi cepat aus. Jika anda memilki SLR sisa jaman dulu (jadul), maka perhatikanlah perbedaan mendasarnya pada sistem elektrik yang rumit. Jadi jagalah, rawatlah baik-baik DSLR anda yang sejatinya fragile tersebut.

6. Menurut Mung Pujanarko S.Sos, M.I.Kom, ada rumus yang paling penting bagi seseorang untuk sukses dalam dunia fotografi, "Prinsipnya adalah anda memiliki apa yang dinamakan AMOL atau Ability yakni kemampuan finansial dan skill fotografi, Motivation atau motivasi untuk tekun dalam dunia fotografi, Opportunity atau anda memilki kesempatan untuk membuktikan skill dan motivasi anda, dan yang terakhir Luck atau anda mendapat cukup keberuntungan dalam upaya anda di dunia fotografi" papar Mung Pujanarko. Jadi menurutnya yang mebedakan satu fotografer dapat lebih suskes dibanding  fotografer yang lain, padahal alatnya sama, skillnya sama, maka jawabnya ada dalam prinsip AMOL tersebut.

Ability
Motivation
Opportunity
Luck

Good Luck !(*)



Republika Online Goes To Campus Jayabaya

Mung Pujanarko, Pudek III FIKOM Jayabaya menerima plakat dari M Irwan Pemimpin Republika Online (30/10)

Para panitia di akhir acara

Mung Pujanarko memberikan pengarahan kepada mahasiswa peserta Workshop

Guna melatih kemampuan (skill) mahasiswa  di bidang jurnalistik, maka Tim Republika Online (ROL) Goes to Campus mendatangi Kampus Universitas Jayabaya pada hari  Rabu 30-10- 2013 untuk bekerja sama dengan mahasiswa Jayabaya mengadaan workshop jurnalistik.

Menurut M. Irwan selaku Kepala Republika Online kunjungan di Kampus Jayabaya ini dimaksudkan untuk mengasah kemampuan mahasiswa  dalam bidang jurnalistik dan mengajak agar mahasiswa lebih bersemangat dalam menulis, "Kami dari Republika Online memberikan ruang seluas-luasnya bagi para mahasiswa untuk menyalurkan berita dan tulisan mereka dalam situs kami,”tutur Irwan.

Sementara itu Marsha selaku ketua panitia mahasiswa Jayabaya menyatakan workshop jurnalistik yang dikerjakan bersama antara mahasiswa Jayabaya dan  Tim Republika Online Goes to Campus ini berlangsung semarak, “Semakin membuat kami para mahasiswa tertarik menggeluti dunia jurnalistik”ujar Marsha yang juga berkuliah pada jurusan Jurnalistik Universitas Jayabaya ini.

Sementara itu Mung Pujanarko selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) Universitas Jayabaya dan sekaligus dosen Jurnalistik juga mendukung penuh acara Republika Online Goes to Campus bersama mahasiswa Jayabaya, “Karena ini adalah kesempatan yang baik bagi mahasiswa untuk langsung terjun menjadi pewarta, apalagi kini sudah lazim adanya Pewarta Warga atau citizen journalist,”papar Mung Pujanarko yang akrab dipanggil Imung ini.(*)
 Link terkait :
https://m.republika.co.id/berita/video/berita/13/11/12/mw3i8j-rtc-bertandang-ke-universitas-jayabaya

https://m.republika.co.id/berita/video/berita/13/11/12/mw3i8j-rtc-bertandang-ke-universitas-jayabaya

Senin, 04 November 2013

Situs Narsum.net jadi Rujukan pencarian Nara Sumber



Bila anda duduk dalam kepanitiaan sebuah acara atau event yang mengupas aneka masalah dan topik yang sedang hangat, atau jika anda adalah pihak event organizer acara seminar dan pelatihan, maka anda bisa menjadikan situs http://www.narsum.net/ sebagai bahan rujukan pencarian narasumber yang berkualitas dan berkompeten dalam bidangnya masing-masing.

Situs  www.narsum.net hadir di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan media massa, terutama kru media massa yang ingin mencari narasumber untuk bahan berita atau tulisan, juga menambah wawasan bagi para event organizer untuk menyuguhkan narasumber yang berkualitas dan mampu mengampu seminar, diklat dan workshop secara berkualitas.

Imam Suwandhi seorang broadcaster, juga narasumber yang dapat dikontak via www.narsum.net menyatakan situs www.narsum.net menyedakan aneka pilihan narasumber yang dapat diundang untuk sewaktu-waktu pihak media massa butuh narasumber yang berkompeten untuk referensi atau rujukan bahan beritanya,”Mungkin selama ini masyarakat audiens telah bosan melihat wajah yang itu-itu saja dalam sebuah acara talk show atau real time, sebenarnya masih banyak narasumber yang dapat cepat menjelaskan sebuah pokok permasalahan, juga mampu menjadi pembicara di acara seminar dan diklat yang lebih umum dan luas audiensnya”papar Imam Suwandhi ketika ditemui di Hotel Rodhita, Banjarmasin (23/10).

Ada istilah name make news, atau its about the singer not the song, namun secara ilmu sosial some times news make name dan its about the correct song (*)

Pelatihan Jurnalistik untuk Tingkatkan Skill Anggota Paspampres

Mung Pujanarko dan Lettu (CPM) Sahrul (peserta diklat)


Dalam rangka meningkatkan skill anggota TNI terutama anggota Paspampres maka PPWI  bekerja sama dengan pihak panitia  dari pihak Paspampres mengadakan pelatihan Jurnalistik.

Pelatihan jurnalistik ini digelar  di Mako Paspampres di Jl Tanah Abang II no 6 Jakarta Pusat. Pelatihan ini digelar mulai dari tanggal 25- 29juni 2013.

Menurut anggota TNI dari Paspampres yakni Lettu (CPM) Sahrul sebagai peserta mengatakan bahwa dengan pelatihan ini maka diharapkan dapat meningkatkan profesionalitas anggota TNI, “Anggota Paspampres juga sebaiknya tahu seluk beluk pelatihan jurnalistik, karena berguna sekali di lapangan” ujar Lettu Sahrul.

piagam dari paspampres

Menurut Ketua Umum PPWI yakni Wilson Lalengke menyatakan bahwa PPWI amat gembira dan bangga mendapat kesempatan untuk membagi ilmu jurnalistik kepada para anggota TNI, terutama dari angota Paspampres. 




“Kami dari PPWI tentu saja merasakan adanya kepercayaan dari pihak pimpinan TNI terutama dari Pimpinan Paspampres untuk dapat menjalin kerjasama dengan  TNI pada umumnya “ ujar Wilson dalam kesempatan wawancara dengan media.  (*)

Anggota TNI Terampil Membuat Quick News

Letkol (CAJ) Koesmiani -salah satu peserta

    Sebanyak 20 orang anggota dan PNS TNI mendapat pelatihan membuat berita cepat atau spot news di Balai Wartawan Puspen TNI Cilangkap, Jakarta, tanggal 5 September 2012.  Yang dibimbing oleh Mung Pujanarko, S.Sos, M.Ikom. Dosen Jurnalistik Univ Jayabaya.
    Dalam proses belajar mengajarnya  Mung Pujanarko yang juga dosen di Universitas Bung Karno dan Universitas Jayabaya ini mengajarkan para peserta pelatihannya, bagaimana membuat berita secara cepat.  Diawali dengan berlatih menata filkiran dengan belanja 5W + 1H dan menuangkannya kedalam tulisan secara cepat. Para siswa dituntut  untuk dapat langsung mempraktekkan bagaimana membuat berita sebanyak 150 kata dalam waktu tidak lebih dari 10 menit. Menurut Imung panggilan akrab Mung Pujanarko, 150 kata adalah Standar Operasional Prosedur Quick News / berita cepat tayang, untuk beberapa media radio, berita lelevisi maupun beberapa media on line untuk running news.
     Pelatihan yang dilaksanakan Puspen TNI ini dimaksudkan agar dijaman platinum ini Angota dan PNS TNI dapat dengan cepat memberitakan setiap kegiatan yang dilaksanakan satuannya melalui media massa, khususnya media on line maupun running teks di media elektronik. Pelatihan yang dikemas dengan nama Penataran Citizen Journalism ini dilaksanakan selama 1 bulan. (oleh : Lena, Dispen AU)

Senin, 21 Oktober 2013

Pelatihan Jurnalistik Digelar oleh Mabes Polri dan Makin Grup


kenang-kenangan pose bersama peserta pelatihan di Banjarmasin 21-25 Oktober 2013

Divisi Humas Mabes POLRI bekerja sama dengan Makin Grup dan PPWI (Persatuan Pewarta Warga Indonesia) mengadakan pelatihan Jurnalistik dengan tajuk “Pendidikan dan Latihan Jurnalisme Warga”. Pelatihan ini digelar di Hotel Rodhita, Jl Pangeran Antasari, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada hari Senin (21/10) hingga jumat (25/10) tahun 2013.

Menurut narasumber yakni ketua Umum PPWI Wilson Lalengkey menjelaskan bahwa pelatihan ini amat berguna bagi anggota POLRI dan staf MAKIN Group untuk meningkatkan skill dan melatih kepekaan akan peristiwa yang terjadi di lapangan sehingga para anggota dapat segera menuliskan apa yang terjadi di lapangan.

Mung Pujanarko sedang memebrikan materi diklat untuk Humas Polri dan Karyawan Makin Grup


Sementara itu menurut pelatih quick news yakni Mung Pujanarko menyatakan bahwa waktu bukanlah hambatan dalam seseorang untuk menulis. Dengan waktu yang mepet sekalipun, dan meski tidak juga ahli atau piawai dalam mengetik, namun seseorang harus dapat menyusun berita secara cepat hanya dalam 5 menit memperoleh 150 kata,”Quick new yang penting bukan tergesa-gesa melainkan menyusun berita anda dengan tenang untuk menuangkan dalam media yang siap tayang,” pungkas Mung Pujanarko yang akrab dipanggil Imung selaku nara sumber

Suasana  Diklat Penuh Semangat



Dalam lima hari pelatihan Jurnalistik yang diadakan oleh Mabes Polri dan Makin Group, para peserta nampak semakin antusias. Pelatihan jurnalistik yang difasilitasi oleh Mabes POLRI ini menghadirkan nara sumber dari PPWI (Persatuan Pewarta Warga Indonesia). 
Tujuan utama pelatihan yang digelar di Hotel Rodhita, Banjarmasin, 21-25 Oktober 2013 ini adalah untuk mempraktekan ilmu jurnalistik sebagai ilmu yang tidak eksklusif.

Menurut salah seorang peserta yakni AKP Tadjudin Noor selaku Kasubag Humas Polres Tapin,  Kalimantan Selatan, pelatihan jurnalistik dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang dunia jurnalistik secara lebih mendalam.

Sedangkan menurut Busra Adi (46) sebagai karyawan Makin Grup menyatakan bahwa pelatihan jurnalistik amat berguna dalam pelaksanaan tugas, “Benar, bahwa pelatihan jurnalistik ini dapat membantu tugas di lapangan, karena kebetulan saya bersentuhan langsung dengan masyarakat,” tutur Busra Adi ketika ditemui di lokasi pelatihan Violet Room, Hotel Rodhita, Banjarmasin.




Semua peserta juga mempersilahkan peserta mengisi tulisan di website http://www.pewarta-indonesia.com/
 Ditambah menurut salah seorang nara sumber yakni Mung Pujanarko, menguraikan untuk mampu berkomunikasi secara verbal dan non verbal harus menggunakan tips “REACH” yakni : Respect (respek, hormat) Empathy (empati), Audible, (bisa didengar), Clarity (jelas) dan Humble (kesederhanaan, kerendah hatian) dan menggunakan teknik BIJ (Bahasa Indonesia Jurnalistik), yaitu : SPSLMJ (Singkat, Padat, Sederhana, Lugas, Menarik dan Jelas). “Dengan begitu Humas dapat menjadi insan yang unggul dalam instansi dan masyarakat” pungkas Mung Pujanarko yang akrab dipanggil Imung ini. (*) 




 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons