cari kata

Sabtu, 04 Maret 2017

Tentang Konten Website



Warning : Tulisan ini adalah pemikiran saya untuk saya baca sendiri. Blog aing kumaha aing. Blogku yo yok opo jare ku. Nek ngeyel jaremu, opo kowe nduwe pikiran liyo, yo nggaweo blogmu dhewe, tulisen pikiranmu dhewe, tak iye.

Konten dalam website yang memiliki nilai informasi selalu dibagi menjadi dua garis besar menurut saya.

Pertama : Breaking news atau konten yang berisi informasi terbaru yang memiliki magnitude atau daya tarik secara instan kuat. 

Berita-berita ini biasanya termasuk peristiwa yang baru saja terjadi yang mempengaruhi hidup banyak orang. Kejadian-kejadian luar biasa dalam dunia ini biasanya diinformasikan dalam bentuk breaking news/hard news.

Konten yang bersifat hard news atau breaking news ini saya lihat jarang dipakai dalam sebuah kata kunci yang bisa berlaku sepanjang waktu dalam jangka waktu pencarian konten yang relatif latent.

Dalam riset saya mengenai kata kunci, kata kunci umum yang diketikkan orang adalah sangat tergantung (depend on) sedang trend apa sekarang. 

Misal akhir-akhir ini sedang trend wisata, kuliner, jalan-jalan. Maka kata kunci yang sering diketikkan orang adalah berkaitan dengan hal-hal itu.

2. Jenis Konten web yang kedua adalah konten yang berisi informasi yang bersifat soft news. Konten yang bersifat soft news ini bisa menjadi tulisan artikel ringan yang kemudian juga bisa disebut soft news.

Konten jenis, soft news, feature, artikel populer biasanya tak lekang oleh waktu, sifatnya timeless.

Konten yang time less ini sebaiknya juga jeli dalam melihat trend yang sedang disukai oleh masyarakat luas. Misal kini massa sedang suka membangun sejarahnya pribadinya sendiri dengan banyak swa photo dalam waktu moment hidupnya.

Kini semakin  banyak warga masyarakat yang sadar pentingnya mengabadikan moment-moment hidupnya dalam kisaran umur rentang hidupnya ini kemudian diunggah dalam aneka media sosialnya. 

Seakan setiap orang ingin menciptakan swa-autobiografinya masing-masing, dengan data-data foto, tempat dan aktivitas.
Paling mudah indikator waktu orang membuat swaautobiografinya adalah saat-saat libur atau weekend. 

Di mana orang-orang kelas menengah beramai-ramai menyasar tempat-tempat wisata yang pernah dilihatnya di internet untuk kemudian membuat swafoto dan swaauotobiografinya yang terdiri dari rangkaian foto dan komentar sebaris dua baris text, yang intinya ingin menunjukkan eksistensi “di sini aku berada berarti aku ada”, entah bahasa latinnya apa.

Jika trendnya demikian maka konten untuk web yang memungkinkan dicari kata kunci adalah tentang tempat wisata, tempat makan serta tempat mengisi leisure time.

Web yang terjebak dalam rutinitas berita launching aneka produk karena memang wartawannya memberitakan berita launching product /peluncuran produk karena yang pertama wartawan tersebut telah mendapat imbalan dari penyelenggara acara launching product, maka berita launching product itu hanya lebih berguna pada sang pemilik produk yang melihat ;”oh berita launching product perusahaan kita sudah diberitakan sesuai imbalan yang kita berikan pada wartawan”.

Kemudian tanpa mengurangi rasa hormat saya pada para wartawan peliput acara launching product/peluncuran produk.

Info tentang hal tersebut sangat sedikit pengaruhnya pada kata kunci yang diketik masyarakat luas. 

Karena berita launching product yang sering saya baca tak mengindahkan kaidah SEO, dan luput mengunggah apa kemauan masyarakat yang diketikkan masyarakat via kata kunci.

Maka saya lihat web yang kontennya mayoritas hanya merilis berita-berita launching product ini sering tak mendapat rating ranking di alexa.com, alias rankingnya di Indonesia tak terdeteksi sama sekali.

Mungkin dipikir oleh wartawannya hanya : "oh berita launching produk saya kan murni saya ketik sendiri tanpa copy paste, alias kontennya organik." 

Tapi kalau tak ada impact-nya pada kata kunci yang kerap diketikkan orang ya percuma saja. Itukan hanya lebih pada arah berita servis untuk perusahaan yang me-luncurkan poduknya saja.

Pada prinsipnya konten web 'kan untuk melayani kebutuhan masyarakat luas akan informasi. Maka menurut saya, fokusnya tetap pada konten. 

Sementara untuk konteks hanya satu saja : hal-hal yang sedang trend di masyarakat. (*)  






Selasa, 07 Februari 2017

Sarana Olahraga “Bars” Ampuh latih otot & Turunkan Berat Badan

Skarang ini sedang menggunakan sarana olahraga Bars. Apa itu bars?
Bars adalah sebuah sarana olahraga yang terdiri dari tiang dan batang-batang besi yang disusun sedemikian rupa sehingga bisa  digunakan untuk melatih otot. Terutama otot tangan, lengan, perit dan kaki.

Olah raga bars ini dinilai cujup ampuh untuk menurunkan berat badan.
Saat penulis bertemu dengan  Dwi (45)waktu itu Dwi sedang melaksanakan olahraga dengan sarana olahraga (BARS), dan sarana olahraga BARS ini hasil karya sendiri.

Berikut petikan wawancara saya dengan Dwi yang menggemari olahraga Bars ini.


“Berapa lama pak dalam pembuatan sarana olah raga bars ini?”
Dwi menjawab : “Dalam pembuatan sarana olahraga BARS ini kurang lebih satu bulan, dan ini baru dua bulan yang lalu baru bisa digunakan sampai dengan sekarang” tuturnya.

Kemudian saya bertanya, “Kenapa bapak mempunyai ide untuk membuat sarana olahraga (BARS)?”
Jawabnya, “Awalnya saya dulu memiliki badan yang cukup besar,dan saya mencari cara cepat untuk menurunkan berat badan dan Alhamdulillah sekarang badan saya bisa kembali normal,” tambahnya.
Dengan cara apa bapak BARS cepat menurunkan berat badan.

Yaitu dengan cara olahraga secara berkelanjutan dengan menggunakan BARS ini,namun pada saat itu saya masih menyewa di tempat orang lain.

Dan karena bisa dibilang program saya dalam menurunkan berat badan dengan olahraga BARS ini berhasil lama-lama saya merasa makin cinta terhadap olahraga BARS ,olehkarena itu saya mempunyai keinginan untuk membuat sarana bars sendiri seperti ini,sehingga selain saya tetapi rekan-rekan saya bisa memelihara berat badan secara teratur .Dan sampain saat ini olahraga BARSmenjadi sarana olahraga paling pavorit.

Sarana olahraga (BARS)saat ini sudah menyebar kesemua kalangan dan komunitas karena olahraga bars selain dapat menurunkan berat badan dengan cepat tetapi dapat membuat badan kita lebih atletis.
SARANA OLAHRAGA BARS

(Liputan oleh Airawan Asgar)

Pasukan Kuning 'Menyerbu' Pemukiman

Kurang lebih 20 orang anggota Pasukan Kuning terlihat sedang  rajin 'menyerbu' di pemukiman warga di wilayah Kelurahan Baru Kalisari Jakarta Timur, pada hari Selasa (7/2) pukul 06.30 WIB.
Diantara ke-20 orang Pasukan Kuning tersebut ada yang dituakan sebagai pemimpin, yaitu  Sudirman (55).
Menurut Sudirman, Pasukan Kuning ini bergerak atas perintah Pemerintah Daerah yaitu dari Kelurahan Baru Kali Sari, karena akan diadakannya pengecekan kebersihan dari pihak Kelurahan.
Maka dari itu dari pihak Kelurahan Baru Kali Sari mengerahkan Pasukan Kuning untuk mengadakan pembersihan di lingkungan wilayah Kali Sari agar tidak ada teguran masalah kebersihan oleh Ibu Lurah setempat.
Walaupun tidak ada inspeksi dari manapun, namun Pasukan Kuning tiap hari senantiasa rajin berpatroli untuk mengadakan pembersihan di sektor umum yang kelihatan kumuh dan tidak terawat.
 Oleh karenanya, warga di wilayah Kali Sari merasa banyak dibantu oleh Pasukan Kuning yang berada di wilayahnya.
Karena dari warga biasanya kalau mengadakan gotong royong pasti dibantu oleh Pasukan Kuning jadi bisa meringankan pekerjaan dari warga.
Warga setempat bernama  Iwan menyatakan sangat terbantu dengan adanya kegiatan Pasukan Kuning karena dengan demikian maka sungai menjadi bersih, selokan, got tidak lagi tersumbat sampah.
Mengingat  di wilayah Kali Sari sudah sering terjadi air meluap di perumahan warga yang berada di pinggiran sungai.
Apalagi  Pasukan Kuning ini tiap hari mengadakan pembersihan sampah, dari sampah-sampah yang dibuang oleh masyarakat di bantaran sungai.
Karena anak sungai yang berada di wilayah kali sari akan bermuara di Sungai Ciliwung, agar tidak menambah permasalahan sampah yang berada di Sungai Ciliwung.

Oleh karena menurut Sudirman selaku anggota Pasukan Kuning ini, dirinya sangat berharap dan menghimbau pada masyarakat pemukiman di pinggiran sungai agar tidak lagi membuang sampah di sungai.
"Janganlah membuang sampah di sungai karena bisa menyengsarakanatau menyusahkan warga lainnya, dan bisa menyengsarakan warga Ibu Kota secara luas," tutur Sudirman serius.

(Liputan oleh Jono PPWI)

18 Orang Warga mengikuti pelatihan Jurnalistik di Jakarta Timur


 Sebanyak 18 (delapan belas) orang warga Jakarta Timur mengikuti pelatihan jurnalistik yang digelar di dekat kawasan Mall Cijantung Jakarta Timur.

Pelatihan ini berlangsung selama 1 hari yakni pada hari Selasa (7/2).

Dalam pelatihan ini diajarkan cara bagaimana cara membuat berita, teknik meliput secara cepat dan membuat berita layak tayang secara cepat pula.

Menurut salah seorang peserta yakni Heru (45) menyatakan dirinya ikut pelatihan ini karena ingin mengetahui cara menjadi jurnalis yang baik dan benar.

 “Saya ingin tahu cara menjadi jurnalis yang benar,” tutur Heru.

Kemudian menurut Beni salah seorang peserta juga, dirinya menyatakan bahwa pelatihan ini penting baginya untuk mengetahui perkembangan dunia media massa.

Sedangkan bagi peserta lainnya yakni Iwan ( 35) menyatakan bahwa dirinya juga tak mau ketinggalan ingin belajar menjadi seorang peliput  berita yang handal.

Nara sumber pelatihan, Mung Pujanarko

Dalam sesi latihan ini nara sumber yakni Mung Pujanarko menyatakan bahwa untuk menjadi seorang jurnalis diperlukan banyak berlatih menulis dan pengetahuan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

“Saya ingin agar kemampuan kita berbahasa Indonesia menjadi prioritas kita dalam penulisan,” tukas Mung Pujanarko atau yang biasa disapa Imung itu. (*)


Sabtu, 28 Januari 2017

Scopolamine berbahaya dalam Kecubung




Scopolamine berbahaya dalam Kecubung. Kandungan zat psikoaktif bernama scopolamine ini terdapat dalam buah tanaman kecubung.

kecubung
Scopolamine berbahaya dalam Kecubung. Kandungan zat psikoaktif bernama scopolamine ini terdapat dalam buah tanaman Kecubung, sangat berbahaya.



Beberapa hari lalu saya tengah berjalan-jalan di sekitar kawasan bukit dan pegunungan yang indah.
Di kaki perbukitan, dekat pemukiman warga, saya melihat sebuah tanaman Kecubung (Daura Metel). Bunganya yang indah khas, menjuntai seperti terompet.


Tanaman Kecubung di Luar Negeri , bunga ini biasa disebut Devil’s Trumpet, atau Devil’s Breath. Anda bisa mengetikkan kata : Scopolamine, Devil's Breath di Google maka Anda bisa paham betapa secara Internasional, Kecubung memiliki reputasi mengerikan sebagai obat bius (Drugs).

Kecubung, terutama buahnya mengandung zat substantif bernama scopolamine.

Tanaman Kecubung yang masuk genus datura mengandung alkaloid tropana yang bisa mematikan, seperti scopolamine, hyoscyamine, dan  seperti pada tanaman Atropa belladonna. Zat Hyosciamin dan Scopolamin dalam Kecubung merupakan Halusinogenik kuat.

Maka itu pada Januari 2017 Badan Narkotika Nasional mengusulkan agar Kecubung digolongkan dalam psikotropika narkotika berbahaya.

Zat ini rawan digunakan untuk tindak kejahatan, terutama untuk bius / sarana pembiusan.

Karena itu berkali-kali dan dimana saja Polisi selalu mengingatkan pada masyarakat baik itu di terminal, di stasiun dan di tempat-tempat keramaian bahwa jangan menerima makanan dan minuman dari orang yang tidak Anda kenal.

Spanduk berisi peringatan : "Jangan menerima makanan dan Minuman dari orang yang tidak Anda kenal" .

Peringatan itu memang  ditujukan untuk mencegah adanya tindak kejahatan pembiusan yang biasanya menggunakan zat scopolamine yang diekstrak dari buah Kecubung.

Jangan menerima tawaran kebaikan apapun, termasuk mengantar pulang dan lain sebagainya dari orang yang asing.

Kemudian jika bepergian dan nongkrong di dunia malam, maka jangan pula menerima botol minuman yang sudah terbuka, jangan menerima minuman dan makanan dari orang yang tak dikenal yang menyodorkan, karena rawan bius scopolamine ini sangat jahat dan berbahaya.

Di Bogota, dan kota-kota pusat hiburan malam di Amerika latin banyak perempuan malam diumpankan untuk memberikan scopoamine dari kecubung ini agar tamu lelakinya pingsan, serta kehilangan akal pikiran.

Kehilangan akal pikiran ini bisa berhari-hari bahkan berminggu-minggu, bahkan bisa menimbulkan kerusakan permanen pada otak karena efek scopolamine dari kecubung ini.

BNN telah mengusulkan agara kecubung masuk tanaman yang harus diawasi. Karena banyaknya penyalah gunaan zat scopolamine ini dalam Kecubung.

Rawannya tindak kejahatan yang menggunakan kecubung ini selalu terjadi pada target-target korban  yakni biasanya :

- Korbannya adalah orang yang telah ditengarai membawa uang dalam jumlah banyak dalam bepergian.

- Korbannya kebanyakan adalah tenaga kerja yang baru pulang dari luar negeri dan membawa uang dalam    jumlah banyak hasil kerjanya di luar negeri.

- Korbannya adalah karyawan yang telah diintai dan tengah membawa uang banyak.

- Korban ada juga lelaki yang memburu wanita di dunia malam, namun wanita itu telah membawa scopolamine dan dtuangkan sedikit dalam minuman untuk membius lelaki hingga pingsan atau tak berdaya bak kerbau dicocok hidung.

-Korban biasanya tertarik pada wanita atraktif yang baru dikenalnya, kemudian kadang-kadang modusnya adalah sang wanita mengoleskan scopolamine pada bagian tubuh tertentu darinya, sang lelaki disuruh menciumnya, tak lama kemudian hirupan dan kontak dengan zat scopolamine itu membuat lelaki serampangan tadi tak berdaya. Bisa menurut bak Kerbau dicocok hidung menerima perintah untuk memberikan harta-bendanya, bisa langsung pingsan hingga berhari-hari.

-Korban tindak kejahatan pembiusan biasanya telah di target dan diintai terlebih dahulu baik secara khusus, atau di keramaian, baik itu terminal, stasiun, bandara, pasar untuk kemudian ditawarkan makanan / minuman atau tumpangan kendaraan.

Jenis penawarannya biasanya sebagai pemancing adalah hal-hal yang seolah menguntungkan bagi korban. Namun dibalik itu scopolamine telah disiapkan.

Maka tetap waspadalah, tanpa mengundang keresahan orang lain. Berdoa-eling- tenang-kalem-waspada.

(mung p)

Rabu, 25 Januari 2017

Workshop Broadcasting di STIKOM Indonesia Maju





STIKOM IMA (Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi - Indonesia Maju) menggelar workshop Broadcasting dengan tajuk ”Membuat program siaran televisi’di kampus STIKOM Indonesia Maju (IMA) yang terletak di Jl. Harapan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Sabtu (21/1).

Hadir sebaai pembicara adalah Gunanto Bimo, seorang praktisi broadcasting. 

Dalam ulasannya,  Gunanto Bimo menjelaskan bahwa kini untuk menjadi broadcaster, seseorang bisa menggunakan kamera smartphone, serta untuk mengedit gambar video juga menggunakan aplikasi editing yang bisa diunduh via internet.

“Melalui smartphone, kini Anda sudah bisa menjadi pewarta yang memberitakan peristiwa melalui bahasa gambar, kemudian anda edit sendiri dan anda siarkan sendiri, bisa via youtube atau dikirim sebagai video pewarta warga via stasiun televisi nasional yang membuka saluran jurnalisme warga,” tutur Bimo.

Dalam workshop ini Bimo juga menjelaskan bagaimana proses produksi sebuah tayangan yang bisa memakan waktu persiapan yang panjang dan berjenjang di sebuah stasiun televisi besar.

Namun dirinya juga menjelaskan proses siaran itu bisa simpel atau sederhana, terutama dalam proses siaran berita (news).

Penyederhanaan proses produksi ini mungkin dilakukan dalam era digital dan serba terkoneksi seperti sekarang ini dan masa depan.

“Penting bagi Anda para mahasiswa, untuk bisa cara mengambil gambar yang bagus, pelajari teorinya, pelajari teknik shooting gambar yang baik, untuk dapat layak tayang,” ujar Bimo.

Selama berlangsungnya workshop, para mahasiswa STIKOM Indonesia Maju sangat memperhatikan ulasan Gunanto dalam workshop yang digelar di lantai 5 gedung STIKOM mulai pukul 9.30 WIB hingga pukul 15:00 WIB ini.
Mung Pujanarko (batik), Drs. Mustofa, M.Si, Bu Veronica,MA, Bu Hani M,I.Kom, Vinda (MC)


Dalam workhsop ini hadir pula Ketua III STIKOM IMA yakni Drs Mustofa, M.Si, Ketua Program Studi, Bu Hani, M.Si dan ketua D3, Ibu Veronica, M.A serta dosen STIKOM Indonesia Maju pengampu mata kuliah Manajemen Event yakni Mung Pujanarko M.I.Kom.

Ketua panitia workshop yakni Ahmad Minannur Rohman, menyatakan kesuksesan acara ini terselenggara berkat adanya kerjasama seluruh mahasiswa kelas Manajemen Event yang telah berhasil menggelar workshop ini.

“Alhamdulillah, workshop telah berjalan lancar, semoga ilmu yang bermanfaat ini bisa digunakan oleh kami semua nantinya di dunia karir dan pekerjaan," tutur ketua panitia di akhir acara. (*)



Minggu, 15 Januari 2017

Lontong Kupang dan Sate Kerang



Pada awal Januari 2017 ini saya mengunjungi kota kelahiran saya, Surabaya.
Di Kota Surabaya dan sekitarnya, saya selalu mengunjungi tempat kuliner khas Surabaya, terutama tempat-tempat kuliner yang menjual sajian menu Lontong Kupang dan Sate Kerang.

Tempat pertama yang saya selalu coba rasakan sensasi makan Kupang adalah di Pantai Kenjeran Surabaya. 

Di pantai ini kita bisa menikmati sajian kuliner Lontong Kupang dan Sate Kerang sembari menikmati pemandangan pantai dan laut di Pantai Kenjeran sebagai pantai ikonik Surabaya ini.

Di pantai ini sangat menyenangkan untuk anak-anak karena terdapat banyak permainan untuk anak-anak, juga banyak  penjual yang menjual aneka cendera mata khas pantai Kenjeran, Surabaya.

Kita juga bisa menyewa perahu motor untuk pergi ke gosong pasir di lepas pantai  Kenjeran.

Rasa Kupang di pantai Kenjeran ini amat khas dengan ditemani Sate Kerang plus minumannya adalah Es Degan.

Bagi para penggemar kuliner Lontong Kupang dan Sate Kerang, terutama para penggemar yang sudah fanatik dengan menu kuliner yang satu ini akan selalu ingin merasakan nikmatnya makan Kupang.

Kupang yaitu sejenis remis atau  moluska kecil yang biasa hidup di lepas pantai. Biasanya menempel di bebatuan. 

Kupang ini telah ditangkarkan oleh nelayan dengan cara memasang bilah bambu di lepas pantai agar Kupang mau menempel di perairan pinggir pantai.

Kupang ini tidak hidup di pantai Kenjeran, melainkan berasal dari pinggiran pantai di kawasan lain semisal di Sidoarjo.

Puas menikmati Lontong Kupang di Sidoarjo, saya pun belalih menuju ke Sidoajo, untuk apa ?

Ya untuk apa lagi kalau bukan untuk makan Kupang.

 Kupang di Sidoarjo ini juga amat khas rasanya, sehingga penikmat Lontong Kupang dan Sate Kerang seperti saya ini selalau ingin merasakan sensasi nikmatnya sepiring mungkin dua piring sajian menu Lontong Kupang dan Sate Kerang yang rasanya amat khas di lidah ini.

Bagi orang-orang yang telanjur menyukai sajian menu Lontong Kupang dan Sate Kerang, mkaka kami selalu teringat akan rasa sajian menu Lontong Kupang dan Sate Kerang ini.

Hampir sama dengan di pantai Kenjeran, para penjual menu Lontong Kupang dan saet Kerang di Sidoarjo ini juga melengkapi  menu Lontong Kupang dengan menu Lontong Kupang lengkap. Menu Lontong Kupang lengkap yakni : Lontong + Kupang + lentho + Sate Kerang dan minumnya adalah segelas mungkin dua gelas Es Degan.

Es Degan berfungsi pula untuk menetralkan efek Kupang yang mungkin bagi sebagian orang ‘ tidak tawar’ atau tidak terbiasa, atau biasa disebut mabuk Kupang.

 Namun kalau sudah terbiasa makan Lontong Kupang dan Sate Kerang seperti saya maka Alhamdulillah, saya merasakan hanya kenikmatan saja baik di mulut, maupun setelah kenyang menyantap seporsi hingga mungkin dua porsi Lontong Kupang plus lentho dan Sate Kerangnya.

Begitulah kenang-kenangan yang sudah menjadi tradisi ketika berkunjung pulang ke kampung halaman di Surabaya, Jawa Timur.
(*)








Kamis, 22 Desember 2016

Misteri Ikan

Kadang-kadang saya bersyukur saya cuma punya blog untuk mengupload segala sesuatu yang saya alami.

Saya juga bersyukur bahwa blog saya ini tidak banyak pembacanya, hanya satu-dua hit dalam sebulan, jadi saya tak ada beban untuk mengunggah foto ataupun kisah yang saya alami, karena nyaris tak ada impact sama sekali.

Saya juga tak pusing kalau orang tidak percaya bahkan mencemooh melihat isi blog saya ini.

Mengapa ?

Pertama, karena saya memperlakukan blog saya ini sebagai diary saya. Apa yang telah saya alami, saya pikirkan, saya foto, atau tuliskan, maka akan langsung saya unggah.

Untuk apa ?

Untuk saya baca sendiri setelah lama waktu berselang, sama seperti kalau kita punya diary.

Saya tidak pusing jika ada pengunjung yang hanya mampir kemudian misuh-misuh dan mengomel, nggrundhel sendiri, karena isi blog saya di luar harapannya, isinya bukan konten atau hal yang dicarinya ketika dia search di mesin pencari.

Mengapa ?

Karena kan pembaca blog ini hanyalah orang yang tersasar/ kesasar, saja dan bukan sengaja direct ingin lihat blog yang sepele ini.
Saya juga tak pakai SEO yang dengan saya sengaja pasang kata kunci segala, tidak ada kata kunci yang saya siapkan di blog ini, pula untuk pengalaman saya di espisode kali ini, lihat saja judul dan kontennya, 'kan bukan standar SEO.





Foto yang saya jepret ini (ada dua foto) dua-duanya adalah foto seekor ikan besar,

Namun ketika saya melihat hasilnya saya tersadar agaknya ada yang sedikit aneh.

Yah kalau fotografi biasa disebut sun flare, sun glare/glare,  atau bias cahaya.

Namun memang pada saat saya mengambil foto-foto ikan besar ini, saat itu cuaca cerah dan saya tak melihat ada pantulan cahaya di atas air.

Semuanya biasa saja, saya mengambil gambarnya juga cuma iseng untuk memotret ikan besar ini.



Hanya sedikit tidak biasa tampak pada atas kepala ikan-ikan ini ada sosok cahaya yang khusus muncul hanya di kepala ikan besar ini.

Kedua foto semuanya ada sosok cahaya menyilaukan yang ada pada kepala ikan besar ini.

Sekali lagi untungnya pembaca blog saya ini tak banyak orang, dan untungnya pula tersedia penjelasan alamiahnya atau ilmiahnya yakni adanya glare, atau sun flare atau pantulan cahaya matahari di siang yang terik saat saya mengambil gambar ikan besar ini.

Kalau penjelasan non fisiknya, saya kira semuanya hanya berpulang pada diri masing-masing saja, bagi yang melihatnya.






Sabtu, 17 Desember 2016

Anniversary Expose Ke-8 Dihadiri 15 Wartawan dari Berbagai Daerah




Dalam rangka memperingati Anniversary Expose ke 8, Surat Kabar Umum Expose menyelenggarakan seminar jurnalistik yang di selenggarakan di Hotel Dirga, Cibulan, Cisarua - Kab. Bogor. 

Acara tersebut dilaksanakan pada Jumat (16/12) hingga Sabtu (18/12) yang di ikuti 15 wartawan Expose dari berbagai daerah serta Perwakilan peserta dari SMA Negeri 1 Ciseeng.

Mung Pujanarko S.Sos, M.I.Kom sedang memberikan materi jurnalistik quick news




Pada hari pertama Jumat (16/12) acara di selenggarakan pada pukul 19.00 WIB Hingga 22.00 WIB yang dihadiri Mung Pujanarko sebagai narasumber yang juga menjadi dosen di Universitas Jayabaya, dalam kesempatan tersebut Mung menyampaikan materi Quick News (Berita Cepat), Menurut Mung dalam kegiatan tersebut dalam memahami Quick News jika ada kemauan dan semangat sangat mudah memahaminya, ia juga menyampaikan bahwa dasar Quick News ini adalah 5W 1H.

"Quick News dasarnya adalah 5W1H, Who (Siapa), What (Apa), Where (Dimana), When (Kapan), Why (Kapan) dan How (Bagaimana)," katanya.

Dalam penyampaian materi tersebut Mung juga menyampaikan penataan kata dalam membuat Judul dan Berita, menurutnya dalam pembuatan Judul dan Berita idealnya menggunakan prinsip SPSLMJ.

"Dalam membuat Judul dan berita kita gunakan prinsip SPSLMJ yaitu Singkat, Padat, Sederhana, Lugas, Menarik dan Jelas, sehingga dapat dimengerti pembaca," jelasnya.

Pada hari kedua Sabtu (17/12) acara dimulai pada pukul 09.00 WIB yang diawali dengan penyampaian materi cara berkomunikasi oleh Yayang Lesmana yang juga sebagai wartawan Senior Expose, dilanjutkan oleh Daday yang menjelaskan tentang etika wartawan.

Add captionDavid R Nugroho bersama pimred Expose, Irfan Lubis


Pada pukul 14.00 WIB dilanjutkan dengan penyampaian materi Ciri-ciri jurnalis oleh David Rizal Nugroho yang juga sebagai dosen di Universitas Pakuan Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya, menurutnya media dan wartawan harus dapat bersaing dengan perkembangan media masa kini salah satunya Online.

"Media cetak dan wartawannya harus lebih Skeptis, Berani Bertindak, Berubah atau berinovasi, lebih inovatif dalam seni di lapangan serta mengerti Peran Pers sehingga media cetak dapat lebih kuat dan berpengaruh," katanya.

David juga mengatakan bahwa wartawan juga harus dapat mengetahui keakuratan data yang dimiliki terkait sebuah berita, sehingga berita tersebut dapat lebih menarik dan mendalam.

"Dengan semakin cepatnya media massa, kita juga harus tetap meneliti dan mendalami data dari setiap pemberitaan, karena semakin akurat dan dalam berita tersebut maka semakin berbobot beritanya," jelasnya.



tampak para peserta seminar jurnalistik bergambar bersama


Pada Pukul 16.00 WIB dilanjutkan dengan praktek Quick News yang dipandu oleh Mung Pujanarko, yang diikuti secara antusias peserta yang hadir pada kesempatan tersebut. (Randi)

Merasakan kenyamanan Hotel Dirga, Cisarua, Puncak



Makanan yang disajikan di Hotel Dirga, Cisarua Bogor masih terbayang hingga kini di benak saya.

Inilah sekelumit berita kenangan, saat saya menjadi nara sumber di Hotel Dirga memenuhi undangan Bapak Irfan Lubis selaku Pimred Tabloid Expose, hari Jumat (16/12) hingga Sabtu (17/12).
Mung Pujanarko dan Irfan Lubis


Raut wajah Pimred atau Pemimpin Redaksi Tabloid Expose itu terlihat santai, namun serius saat memandu jalannya seminar jurnalistik yang diadakan di hotel Dirga, Cisarua, Bogor.

Menurut Irfan Lubis, memang seminar sengaja diadakan di Hotel Dirga ini, hitung-hitung sambil berwisata.

“Yang penting teman-teman bisa santai dan nyaman dalam mengikuti seminar ini, yah hitung-hitung wisata,” ujarnya.

Hawa pegunungan kawasan Puncak, Cisarua Bogor sejuk menyapa para wisatawan yang mengunjungi Hotel Dirga, yang terletak di Cisarua, Bogor.

Pada akhir minggu atau weekend, tempat wisata Puncak Jawa Barat ini selalu dipadati oleh para wisatawan, terutama para wisatawan yang datang dari Ibu Kota Jakarta dan sekitarnya.

Termasuk ketika saya mengunjungi Hotel Dirga ini selama 2 hari dari hari Jumat tanggal (16/12) hingga hari Sabtu tanggal (17/12) di akhir minggu untuk bersantai bersama rekan-rekan media Expose.

Untuk menuju Hotel Dirga di Cisarua, Jawa Barat ini tidaklah sulit.

Anda bisa menempuh jalur Jalan Raya Puncak yang mengarah ke Cisarua.

Letak Hotel Dirga adalah tidak jauh dari Pasar Cisarua. 

Setelah Pasar Cisarua, kira-kira 300 meter, sudah nampak lokasi Hotel Dirga di sebelah kanan jalan.

Hotel ini sangat tenang dan nyaman, juga strategis, karena letaknya di pinggir jalan.

Fasilitas hotel terdapat kolam renang, bungalow dan kamar-kamar yang semuanya masih menyajikan suasana retro atau klasik.

Bagi saya pribadi yang amat berkesan adalah menu masakan di Hotel Dirga ini yang khas masakan Sunda.

Semua rasa menunya lezat, saya mencicipi menu Goreng Ikan Mas plus lalapan, dan makan malam berupa ayam goreng sambal, sayur asem plus lalapan.

Menu makanan yang khas sunda ini menjadi pelengkap kenikmatan bersantai di hotel Dirga, Cisarua, Jawa Barat. 

Tak kan terlupa suasana hotel Dirga yang retro mirip atmosfer tahun '80'an.   (*/imo)

Hari ke-2 Peserta Seminar Jurnalistik, Tetap Semangat

Peserta hari ke-2

 

Menginjak hari ke-2 acara seminar jurnalistik yang digagas oleh Tabloid Expose, para peserta yang berjumlah  15 orang, dengan penambahan 3 peserta yang baru datang, semuanya terlihat sangat serius.

Karena para peserta telah yakin bahwa dengan ketrampilan membuat berita yang bagus dan cepat, maka media massa akan dapat bertahan hidup, serta tetap terbit.

Mung Pujanarko dan Irfan Lubis


Pada hari kedua seminar yang dilaksanakan di Hotel Dirga, Cisarua, Bogor, saatnya para peserta menuliskan apa yang telah didapat selama mengikuti seminar.

Pimred Tabloid Expose yakni Irfan Lubis berharap agar para wartawan Expose makin rajin menulis berita setelah mempelajari ilmu quick news.
Tampak para peserta dan narasumber berfoto bersama


Mung Pujanarko selaku narasumber menyatakan bahwa para bos media massa yang kini menjadi konglomerat, juga dulunya sama-sama mulai dari bawah, yakni rata-rata bos media mulai karir sebagai wartawan yang setiap hari menulis berita.

“Dengan rajin menulis berita, maka koran dapat terus terbit, dan wartawan juga akan memperoleh nama baik, karena dapat menuliskan beritanya secara baik,” ujar Mung Pujanarko. (*)

Jumat, 16 Desember 2016

12 Orang Wartawan Ekspose Ikuti Seminar Jurnalistik

Tampak Mung Pujanarko,sedang memberikan materi dalam seminar jurnalistik 16/12, Cisarua, Bogor.



Sejumlah 12 orang wartawan Expose mengikuti seminar jurnalistik. Seminar ini digagas oleh pemimpin umum tabloid 'Expose' yakni Irfan Lubis, yang menyatakan bahwa seminar ini sekaligus untuk memperingati ulang tahun Expose yang ke-8.

Dalam acara seminar ini pada hari pertama yakni hari Jumat 16/12, hadir sebagai pembicara yakni Mung Pujanarko, yang membahas tentang jurus baru jurnalisme yakni Quick News.

Seminar yang membahas tentang jurnalistik ini sendiri diadakan di Hotel Dirga, Cisarua Bogor.

Hawa Cisarua yang sejuk, diharapkan dapat membuat para peserta seminar makin fokus dan juga segar dalam mengikuti materi.

Menurut salah seorang peserta yakni Andre (19) menyatakan bahwa alasan dirinya ikut seminar ini adalah untuk mengetahui lebih dalam ilmu jurnalistik.

Sedangkan menurut Rudi (23) seorang peserta dari Bogor menyatakan dirinya ingin memahami apa itu seluk beluk jurnalistik, bersama ilmu yang terbaru.

Nara sumber dalam pelatihan ini Mung Pujanarko menyatakan bahwa belajar quick news yang penting adalah niat, dan sungguh-sungguh dalam menuangkan berita apa adanya. (*/imo)

Kamis, 08 Desember 2016

Wisata untuk menyimpan Waktu

Menulis tentang pengalaman trip atau perjalanan wisata kita, tentu tidak semua orang mampu menuliskannya.

Kebanyakan orang akan menjawab : 

"Untuk apa sih saya repot amat menulis perjalanan wisata saya? Toh upload ke medsos saja seperti instagram atau bbm atau whatsapp dll sudah beres? Ngapain lagi kok susah kita menuliskan, yang penting pamer kan ?"

Itulah yang agak keliru ketika kita hanya mengupload foto wisata kita hanya sekedar untuk menunjukkan pada lingkaran seputar teman-teman kita.

Pula pada saudara kita dan handai tolan kita, mungkin para fans penggemar anda, yang nama-namanya sudah ada dalam daftar kontak whatsapp group, sudah ada nama-nama kontaknya dalam lingkaran pertemanan medsos kita.

Bahwa kemudian kita mengupload foto wisata sambil menuliskan sebaris (sebaris saja) teks yang mengumumkan kita sudah wisata ke mana saja.

Karena dalam media sosial seperti : whatsapp, line, bbm, instagram dll yang melihat aktivitas kita kan hanya relatif terbatas pada group, dan nama kontak handai tolan sahaja.

Namun kalau di web log seperti ini, maka yang mengakses adalah bukan hanya sekadar relasi kita saja, bahkan mungkin relasi handai tolan, teman-teman kita tidak akan melihatnya, karena mereka tidak tahu kalau kita menulis pengalaman kita saat wisata.

Sebaliknya, yang melihat tulisan kita adalah orang yang mencari lewat kata kunci mungkin, atau, hanya kesasar mampir di blog karena faktor LSI atau Latent Symantex Index semata. 

Tadinya tidak ingin menuju mencari informasi berdasar kata kunci, namun mesin pencari tetap mengindeks tulisan kita karena ada hubungan index saja.

Namun justru itulah maknanya.




Saya, misalkan menulis perjalanan saya bukan hanya sekadar bahwa nanti teman-teman saya atau saudara akan melihatnya, tidak sama sekali. Karena mereka semua tidak tahu kalau saya memiliki blog untuk menulis. 







Lagipula saya juga bukan peserta medsos yang aktif. Saya bukan aktivis medsos. Kalau aktivis  web log seperti ini mungkin iya, sebulan nulis satu-dua tulisan saja.

Kalau di medsos kesan pamer kepada para handai-tolan semesta, teman setaman semasa smu, teman setaman semasa sd atau semasa smp, semua itu adalah audiens-captive kita yang kita ciptakan lingkaran audiens itu ketika kita bergabung dalam sebuah grup pertemanan, keluarga atau handai tolan.

Massa yang captive exclusive seperti hanya terbatas pada teman, handai tolan dan hanya saudara-saudara sahaja sepert kawan sepermedsosan atau seperti saudara seperinstragraman saja.

Orang yang mengejar snsasi hanya bisa berharap jika pesan atau foto itu viral, dan nantinya dibahas di media massa.

Maka kesan pamer akan kuat berlangsung.
Karena pula sejak kecil kebanyakan orang sudah diasuh dengan pola asuh yang mendorong kompetitif dalam segala hal.

 Dari semenjak masa kecil sudah dibanding-bandingkan dengan anak teman, anak saudara, anak family, anak-anak handai tolan seumuran yang lain, maka hal ini akan kebawa sampai usia dewasa secara psikologis.

Ketika sudah dewasa maka dengan laten orang akan terus dalam suasana kompetitif yang kental.
Teman sekantor dianggap kompetitor, teman semasa sd semasa smp dan semasa smu juga masih dianggap sebagai kompetitor sejati pesaing saja, bukan sekadar teman belaka. Jiwa ini ingin terus melakukan pembuktian, karena mungkin merasa inferior pada jaman SD, SMP atau SMUnya, dulu belum punya apa-apa, kurang mampu bergaul, introvert, juga mungkins tipis  memendam envy perlahan pada para teman yang dianggap lebih populer, maka setelah dewasa, dengan ajang alasan teman sepermedsossan atau kawan seperinstagraman, maka kesempatan balas dendam pamer akan mudah dilampiaskan.

Diantaranya adalah dengan mengupload secara serial foto-foto wisata, mungkin untuk eksistensi, mungkin untuk pembuktian diri kepada orang lain, untuk menutup lubang kekosongan jiwa yang memang harus menuntut untuk ditambal setiap hari dengan aktualisasi diri.

Hal ini didasari atau tidak masih melekat dalam jiwa. 

Jadi ketika kita mengupload foto-foto wisata kita, di sebuah group medsos yang massa audiens-nya sudah diciptakan secara captive, tercipta secara circle limited, sebatas pada group teman, handai tolan dan saudara ini, kebaynakan juga masih ada terbalut suasana kompetitif.

Maka yang muncul dalam benak kawan, handai tolan, saudara anda adalah : “Oh dia sudah ke wisata itu, oh dia sudah ke sana, wah sukses mapan nih anak, aduh aku ga mau kalah ah kapan nanti akan aku balas, aku juga bisa wisata seperti dia, di tempat itu, nanti pasti akan aku balas upload di medsos, tunggu saja.”

Jiwa kompetitif-jiwa persaingan yang sudah dikondisikan mendarah-daging semenjak masa kanak-kanak, yang dipacu harus bersaing dengan teman sekelas, bahkan sejak teman sekelas TK, bahkan banyak ibu-ibu rela nyogok agar anaknya jadi juara kelas TK / PAUD...bayangkan, agar dapat rengking di sekolahnya, nyogok lagi agar keterima sekolah favorit, padahal ya sama saja kuliahnya pun harus bersaing lagi, dan hal ini masih berlanjut di kantornya harus bersaing dengan rekan-rekan sekerja. 

Kondisi persaingan hidup ini secara alam bawah sadar akan terbawa pula saat berwisata.
Terjadilah persaingan halus saling upload foto wisata karena nuansa persaingan, ajang saling unggul-unggulan.

Hal ini tentu akan disambut hangat para travel biro yang memang jualan sensasi wisata, bahwa jika anda suka upload foto di medsos akan segera ditangkap sebagai kesempatan bagi travel biro untuk jualan.

Kini paket wisata yang laku adalah yang menawarkan spot foto yang indah yang akan bergengsi ditampilkan di medsos.

Jadinya, karena hanya sibuk ber selfie dan unggah foto saja jadi justru tidak nulis perjalanan apa-apa malah yang penting hanya foto di tempat wisata karena dengan satu tujuan: Ingin terlihat sudah wisata di tempat yang eksotis, apalagi jika komentarnya para teman yang dulunya mungkin tidak melirik anda, adalah : “Wuihh kerenn, aduh jengg... pingin juga aku ke sana...” atau “ Aduh jengg... bikin iri saja, aduh mantap loh....” disertai icon jempol like dari handai tolan.

 Woow hati ini serasa melayang... serasa mendapat charge energi penuh, padahal dulu jangankan menyapa, melirik anda pun kawan anda itu enggan.

Dan foto anda itu secara telak menunjukkan pada lingkaran perkawanan anda kalau anda sudah ke sana tempat wisata itu, dan yuppp.... anda jadi perbincangan hangat pada medsos pada lingkaran handai tolan-teman dan sanak saudara saja.

Esensi wisata jadi melenceng.

Menurut saya pribadi (Mung Pujanarko) saya tidak perlu mengutip siapapun juga, dan anda juga tidak perlu mengutip saya. 

Esensi wisata adalah :

Wisata dalam bahasa sansekerta adalah sebuah makna peziarahan diri untuk memaknai kehidupan di tempat visata atau wisata yang sedang dikunjungi, esensi kehidupan di tengah waktu anda saat itu. Keheningan diri, adalah esensi wisata.

Tapi aduh jengg... jaman kekinian ini siapa mau hening diri sihh... sedangkan ibadah religius ke luar negeri saja sudah marak berubah jadi ajang pembuktian kesuksesan materialis duniawi diri, jadi ajang mencari like dan sensasi kekaguman sanak saudara, teman dan handai tolan.

Lah terus dimensi ‘afterlife’ setelah kehidupan dunia ini, apa berpengaruh dan terpikirkan ?

Maka itu ketika saya ketik pengalaman perjalanan ini dengan niat bahwa saya ingin tetap menyimpan (keeping) memory ini karena semuanya karena keterbatasan saya yang tidak mampu lagi mengingat secara rinci apa saja yang sudah saya lalukan di masa lampau. 

Karena faktor usia diri ini jadi mudah lupa.
Saya tulis ini ya untuk saya baca sendiri, tentang pengalaman saya, karena saya jika saya tidak mengetikkan pengalaman saya maka saya mudah lupa akan pengalaman saya.

Mungkin jika ada pembaca yang daya ingatnya tajam, ya saya sarankan tidak perlu repot menulis dan memotret wisata anda karena dengan ingatan fotografis anda yang luar biasa, saya yakin anda akan ingat segala-galanya tanpa repot-repot menulis dan memoret lagi. Untuk apa ? Kalau ingatan saya memang harus ditopang dengan tulisan yang kelak bisa saya baca sendiri.

Kalau saya ya, ini tulisan perjalanan memang saya perlukan, untuk memback-up memory saya yang terbatas sebagai manusia biasa.
-       
Esensi wisata adalah saving time dan time keeping.

Kebalikan dari wasting time, yang berarti membuang waktu, wisata bagi saya adalah saving time dan keeping time.  

Menyimpan waktu.

Kebisaan dan kebiasaan menulis, merekam dan mengunggah dalam website online pengalaman wisata kita akan berguna bagi diri sendiri, keluarga dan orang lain. 
Dengan review kita pada tempat wisata, kemudian kita bisa menerangkan rute, jalan, akomodasi dan hal-hal penting lainnya, maka informasi tentang wisata ini akan tersimpan oleh mesin pencari, tersimpan di web log kita masing-masing.


(Mung Pujanarko)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons